To Be One

649 81 31
                                    

Malam yang tak akan terlupakan.

Irama nafas yang akan selalu menjadi candu. Sentuhan kehangatanmu yang tak akan bisa kulepaskan.

Tidakkah itu cukup bagiku untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu?

Ya...

...Aku mencintaimu...

Unrequited

Sinar hangat mentari pagi menyusup ke balik kelopak yang masih menyembunyikan sepasang iris hitam itu. Irama burung terdengar sayup-sayup dari luar jendela. Ia masih malas membuka kedua matanya. Sehun hanya mengeluh pelan sambil berbalik untuk menghindari cahaya matahari yang memaksanya terjaga.

Lalu kekehan kecil terdengar di telinganya.

"Kau tidak mau bangun, Hunnie?" Dan suara itu terdengar berikutnya.

Saat itulah kedua kelopak mata Sehun terbuka malas. Ia mengucek matanya sekali sambil mencari dimana suara itu berasal. Pandangannya masih belum jelas saat ia menatap seorang pemuda berambut merah tengah bersandar di ambang jendela. Tersenyum memandanginya dengan tatapan tulus yang kembali membuat hatinya mendadak hangat.

Spontan pemuda itu mengulas senyum tipis, "Pagi, Chan Hyung."

"Siang?" Chanyeol menaikan satu alis dengan gaya meledek adiknya. Dan sontak kedua mata sehun melotot saat chanyeol mengatakan hal itu. Saat dilihatnya sehun beranjak bangun tiba-tiba, chanyeol tertawa kecil.

"Ya, Tuhan! Sudah siang? Ini hari pertama kegiatan kuliah dimulai!"

chanyeol masih terkekeh ketika ia berjalan santai menghampiri tempat tidur. Awalnya sehun tak langsung bereaksi saat chanyeol hanya memandanginya. Tapi saat ia merasakan angin hangat menerpa kulit dadanya, saat itulah sehun tersentak dan reflek menarik selimut untuk menutupi dadanya.

Oh, tidak… Dia…tak mengenakkan apapun.

Semalam…

Semalam itu…

"Tak perlu terburu-buru, sehunna." chanyeol duduk di tepi tempat tidur dan mengacak rambut hitam itu lembut. "Aku akan mengantarmu," Senyum kini menghiasi wajah tampan itu.

Wajah sehun sontak merona. Ia menunduk sambil beringsut menghindari sentuhan chanyeol. Dadanya berdegup cepat saat ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. sehun menangis, chanyeol memeluknya dan mereka…

Saat ingatan itu muncul, wajah sehun memerah sampai ke kedua telinganya. Membuat chanyeol geli sendiri melihatnya dan lagi-lagi tertawa pelan disampingnya.

"Jangan tertawa, chan hyung. Ini tidak lucu," gerutu sehun kemudian sambil menghela nafas. Ia berusaha beranjak untuk bangun, tapi mendadak ia urung saat ia merasakan rasa sakit yang aneh dipunggungnya.

Uhh~ Ini sungguh tidak baik.

"Jangan memaksakan diri," chanyeol tersenyum kecil, ia beringsut mendekati sehun dan memposisikan wajahnya tepat di hadapan wajah sang adik yang merona. Senyum chanyeol membuatnya seratus kali lebih tampan dan itu membuat dada sehun berdegup semakin cepat. "Aku tak paham rasa sakit itu. Tapi sepertinya tak baik jika kau memaksakan diri," godanya kemudian.

Kening sehun mengkerut. Satu tangan mendadak mencengkram sebuah bantal dan ia melayangkan bantal itu untuk memukul chanyeol. Tapi sang kakak jelas lebih cepat darinya. Tangan yang memegang bantal sudah dicengkram dan chanyeol mendorong tubuh sehun berbaring. Membuatnya kini berada di atas sehun yang sudah menahan nafas saat sepasang iris dwi warna itu mengunci iris hitamnya.

"Jangan melawan, sehunna," godanya lagi dan sebuah ciuman kecil turun di hidung sehun.

chanyeol beranjak bangun dan bergegas menjauhi tempat tidur sehun. "Aku akan menunggu di luar. Setelah sarapan yang terlalu terlambat, kita berangkat."

UnrequitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang