"Tanpa kau, aku hanyalah anak-anak yang tak bisa melakukan apapun.Tanpa kau, aku hanya akan kehilangan arah.
Aku tak ingin membuatmu khawatir. Aku pun ingin menjadi kekuatan untukmu.
Meski untuk hal itu artinya aku akan berbohong kepadamu.
Maafkan aku...
“...Chanyeol Hyung...”
Unrequited
Suasana siang di jalan Seoul sungguh ramai dan panas. Banyak sekali orang lalu-lalang, dari pelajar sampai pegawai kantoran biasa. Padahal ini bukan hari libur atau akhir pekan. Tapi toh yang namanya seoul memang wilayah yang tak akan pernah tidur di korea.Ditengah keramaian, sehun hanya duduk sendirian. Bersandar di pinggiran kaca sebuah butik ternama dengan wajah datar. Sesekali obsidian hitam malamnya mengikuti langkah seorang gadis kecil, atau ia akan memperhatikan mobil yang melintas. Tak jarang sehun mulai menghitung berapa banyak orang yang mengenakkan baju berwarna sama. Dan kegiatan tak jelas itu sudah dilakukannya sudah hampir satu jam penuh.
Sampai perhatiannya teralih ketika sehun merasakan dingin di atas kepalanya. Segera pemuda itu menengadah dan menemukan chanyeol berdiri disampingnya dengan memegang segelas bubble tea yang ia letakkan di atas kepala sehun.
Sehun tak tahu kapan chanyeol sampai di sebelahnya. Sepertinya ia terlalu fokus dengan kegiatannya sendiri.
Diraihnya gelas itu, tanpa ragu disesapnya sedikit sambil melirik chanyeol, "Kenapa chan hyung disini? Fitting nya sudah selesai?"
"Aku sudah,"
"Rose?"
"Aku tak peduli dengannya," Dingin dan masa bodoh. Khas Park Chanyeol.
Sehun hanya mengangkat bahu tak terlalu peduli. Lalu ia kembali menyesap minuman favoritenya sambil kembali memperhatikan jalan di hadapan mereka. Rasa panas yang tadi menjalar di permukaan kulitnya karena terpaan sinar matahari perlahan hilang. Tubuhnya serasa kembali segar dan bersemangat.
"Kenapa kau diam disini?" chanyeol memecah keheningan diantara mereka.
Melirik chanyeol, sehun pun menjawab datar, "Aku tak tau apa yang chan hyung pikirkan, tapi mengajakku kesini sungguh membuatku sebal. Aku tak tau juga apa yang ingin chan hyung lakukan sebenarnya. Mengejutkan keluarga rose, huh? Benar-benar" Kalimat sehun terpotong saat bibir chanyeol mencium pipinya sekilas. Kedua matanya melebar tak suka saat memandangi kakak kembar yang terkekeh jenaka meledeknya.
Sehun tak pernah menyukai serangan dadakan dari chanyeol jika ia melakukannya di tempat umum begitu. Meski begitu, tak peduli sesering apa sehun mengingatkan, chanyeol juga tak pernah mempedulikannya.
"Jangan cerewet, sehunna. Kau cukup melakukan apa yang kukatakan dan horaa semua akan berjalan sesuai dengan kehendakku." Balasnya santai sambil menepuk kepala sehun yang kini merengut sebal.
Oh, tentu apa yang kedua pemuda itu lakukan tak lepas dari bidikkan sebuah kamera Polaroid yang memotret mereka dari jauh. Sang pelaku pemotretan itu memandang gambar sehun dan chanyeol yang baru ia dapatkan. Tatapannya agak bersalah, tapi ia juga memiliki tugas untuk melakukan hal itu dari Park Siwon.
Sedang dari dalam butik, yesung pun melihatnya. Dibanding bersalah, tatapan wanita cantik itu lebih menjurus ke terluka. Terluka karena melihat kedua putra yang sangat ia sayangi menjadi seperti itu. Setengah hatinya merasa terluka karena kedua putranya menjalin hubungan yang jelas terlarang. Tapi setengah hatinya lagi terluka karena ia menyimpan rahasia besar yag tak diketahui si kembar.
"yesung," Ibu rose menegurnya. Membuat wanita itu kembali menoleh dan menemukan rose sudah keluar dari ruang ganti. "Bagaimana menurutmu dengan gaun ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited
Romance"Kau dan aku" "Kita tidak akan bisa bersama." "Ingatlah. Tak akan ada satu hal pun yang berubah ketika kau kembali nanti." "Aku Mencintaimu..."