"Untuk bisa mendapatkan sesuatu yang penting,
terkadang kita harus mengorbankan sesuatu yang juga penting.
Kuanggap ini sebagai harga yang harus kubayar karena telah membuat keluarga ini berantakan."
"Kau pengecut... Sehun...
Tapi dibandingkan dirimu... Akulah pecundang yang sesungguhnya."
Unrequited
"Chan hyung. Aku menemukan sesuatu disini~"Chanyeol melirik ke arah semak mawar, asal darimana panggilan tadi berasal. Keningnya mengkerut saat ia tengah berdiri di bawah ring basket pendek dengan tangan masuk ke saku celana selututnya. Dari rimbunan tanaman mawar itu, ia bisa melihat beberapa jumput rambut kehitaman disana.
Penarasan, bocah kecil berambut merah itu segera berlari ke semak mawar dan menemukan sehun tengah berjongkok. Mata hitam bocah itu tertuju ke sesuatu yang ada di bawahnya. "Apa yang kau lakukan, sehunna? Mana bolanya?" tanyanya karena setahunya sehun tadi hendak mengambil bola basket yang terpental ke semak tersebut.
Sehun menatap chanyeol dengan wajah datar. Lalu ia menunduk lagi saat menujuk ke sebuah tanaman bunga liar yang tumbuh di antara semak-semak mawar. Tanaman itu begitu kecil dan kelihatan rapuh. Bunganya berwarna kuning dan hanya satu. Permukaan daunya tampak kasar dan kusam.
"Ada tanaman bunga liar disini. Jarang sekali," Ujar sehun sambil tersenyum tipis.
Chanyeol kini ikut berjongkok disamping sehun dan tanpa perasaan bersalah memetik bunga itu begitu saja. Tentu sehun langsung melotot. Mata bulat dengan iris hitamnya mendadak berkaca-kaca sekarang. Tak terima dengan apa yang kakaknya lakukan.
"Kenapa dipetik? Kenapa? Bunga itu kan hanya satu!" Ditariknya lengan chanyeol kuat-kuat. Bahkan membuat chanyeol oleng dan jatuh terduduk di tanah.
"Apa, sih?" chanyeol langsung menyingkirkan tangan kecil sehun dari lengannya. Kini sepasang manik heterokromatiknya memandangi bunga kuning itu sebal. "Ini kan hanya bunga liar."
"Tapi tetap saja bunga!"
Dipandanginya chanyeol sesaat. Dan beberapa detik saja air mata sehun langsung menetes. Bocah kecil itu menunduk dengan kedua tangan menutup wajahnya. Terisak pelan sambil berbisik menyalahkan chanyeol yang gantian heran dengan sikap sang adik.
"sehunna…ini 'kan hanya bunga…" Suara chanyeol kecil mendadak lirih saat ia menepuk kepala adiknya. Tapi sehun tak mendengarkan chanyeol dan tetap terisak. Bahkan ia tak peduli kalau chanyeol berjanji akan mengajarkan cara bermain basket kalau ia mau berhenti menangis.
Sebal atas ulah adiknya yang keras kepala, chanyeol mendengus, "Sudah jangan menangis. Ini kan hanya tanaman bunga liar, nanti juga tumbuh lagi." hiburnya seadanya.
Tangisan sehun berhenti. Dipandanginya Chanyeol dengan mata basah namun sepasang irisnya kini berbinar penuh harapan. Ekspresinya masih tetap datar namun pipinya bersemu kemerahan di balik kulit pucatnya. "Sungguh? Nanti bunganya akan mekar lagi?"
Chanyeol mengangguk mantap. "Karena bunga liar bisa tumbuh dan berkembang baik dengan mudah, itu yang Eomma katakan kepadaku."
Ditatapnya tanaman yang kini tanpa bunga. Senyum manis menghiasi wajah mungilnya saat jemari kecil sehun mengusap lembaran daun itu. "Keren, ya. Kalau mawar harus diurus dengan baik, sedang bunga kecil ini bisa tumbuh bahkan tanpa diurus siapapun. Hebat. Dia benar-benar kuat ya, chan hyung?" tanyanya polos.
Chanyeol tersenyum memandangi adiknya kemudian mengusap kepala sehun. "Kalau begitu. Jika sudah besar nanti kita juga harus bisa menjadi seperti bunga ini, sehunna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited
Romance"Kau dan aku" "Kita tidak akan bisa bersama." "Ingatlah. Tak akan ada satu hal pun yang berubah ketika kau kembali nanti." "Aku Mencintaimu..."