Aku Selalu Mempercayaimu

445 69 36
                                    


"Jika maaf saja cukup, apa gunanya hukum dipertahankan di dunia?

Aku tak pernah butuh kata maaf darimu.

Aku hanya membutuhkanmu.

Hanya kau.

Jika sekarang kau meninggalkanku...

Semua tak ada artinya lagi."

Unrequited
Nafas chanyeol tertahan ketika dipandanginya tubuh kecil itu berbaring lemah di balik selimut tebal. Secara spontan, diarahkan telapak tangan untuk ditempelkan di kening sehun. Panas. Demamnya sangat tinggi. Bahkan tanpa dicek pun chanyeol bisa mengetahuinya dengan melihat wajah sehun yang merah dan nafasnya yang terputus-putus.

"Sejak kapan?" Suaranya dingin. Ia melirik baekhyun yang duduk di tepi tempat tidur sehun dengan marah.

"Sekitar dua hari yang lalu,"

"Kenapa kau tak membawanya ke rumah sakit, baek?"

"Karena sehunnie melarangku membawanya ke rumah sakit."

"Tapi,"

"chan," baekhyun tak memiliki keberanian untuk menatap chanyeol saat itu. Manik kuning cerahnya hanya menatap sendu sosok rapuh yang ada dihadapannya. Setengah mati baekhyun berusaha agar air matanya tidak mengalir dihadapan chanyeol dan jongin. Nafas pemuda itu berat.

Baekhyun melanjutkan, "Aku tak bisa mengkhianati sehunnie. Jika sehunnie meminta kepadaku untuk tak membawanya ke rumah sakit, aku akan melakukannya." Bisiknya pelan sambil menepuk pipi sehun pelan.

Jongin berdiri di belakang chanyeol. Saat ini ia mengamati ekspresi baekhyun. Jongin tahu ada yang pemuda orange itu sembunyikan darinya. Dari cara baekhyun bicara dan keengganannya menatap salah satu dari mereka. Itu adalah sikap baekhyun ketika ia tengah menyembunyikan sesuatu.

Akhirnya chanyeol hanya duduk di tepi tempat tidur sehun. Ditatapnya lekat-lekat wajah itu sambil menggenggam tangan sehun yang panas di balik selimut. "sehunna, aku sudah kembali." Bisiknya.

Seakan-akan suara itu adalah sihir. Kedua kelopak yang tadi terpejam itu mendadak bergerak-gerak, berusaha untuk terbuka. Genggaman tangan chanyeol semakin erat saat ia mencermati wajah sehun. Sekali lagi chanyeol memanggil nama pemuda itu.

Dan benar saja, kali ini kelopak itu benar-benar terbuka tipis. Membuat chanyeol bisa menemukan sepasang bola hitam indah yang bersembunyi di baliknya. "sehunna?"

"hyung..." Suaranya lemah, matanya bahkan belum terbuka sempurna. Tapi tangan yang chanyeol genggam berontak ingin dilepaskan. Chanyeol menuruti gerakan sehun, melepaskan tangannya. Saat itulah tangan itu bergerak terangkat, seakan berusaha meraih wajah chanyeol.

"hyung..."

Chanyeol sadar sepenuhnya. Tepat sebelum tangan itu kehabisan tenaga untuk meraih wajahnya, buru-buru chanyeol menangkapnya lagi dan menempelkan permukaan tangan yang panas itu di pipinya sendiri. Sambil menggenggam tangan sehun erat dan tersenyum menatap adik yang ia cintai.

Seulas senyum tipis menghiasi wajah pucat sehun. "hyung..." Mulutnya bergumam tipis dan chanyeol tak bisa menangkap apa yang ia katakan. Hanya ketika ia mengucap sepenggalan pertama dari namanya saja, pemuda itu mengatakannya begitu jelas.

Kedua kelopak itu kembali tertutup. Berbeda dari sebelumnya, kali ini nafas sehun perlahan teratur. Sepertinya perasaannya sudah sedikit membaik hanya karena kehadiran chanyeol disisinya. Karena bagaimanapun memang kehadiran chanyeol lah yang sehun harapkan selama beberapa hari ini. Jika chanyeol ada disisinya, sehun tahu semua akan baik-baik saja. Karena sehun selalu mempercayainya.

UnrequitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang