Maret 2013Kepada yang tersayang, Chanyeol Hyung...
Ketika kau membaca surat ini, itu artinya aku tak ada lagi di sisimu lagi.
.
Matahari musim semi tampak begitu menyebalkan bagi orang yang baru saja terlelap dua jam yang lalu seperti chanyeol. Dengan malas ia bangkit dari tempat tidurnya sebelum jam weker hitam di meja berdering. Jam enam kurang lima menit. Butuh waktu beberapa menit bagi pemuda berambut merah itu untuk bisa menstabilkan tubuhnya yang masih terasa lemas.
Kemarin ada meeting dengan perusahaan besar dari Eropa. Dan pertemuan mereka berjalan alot, membuat chanyeol harus mengkaji ulang proprosal kontrak kerja sama dengan perusahaan asing itu dan begadang sampai dini hari.
Menjadi seorang Direktur Utama di usia semuda ini sungguh merepotkan. Chanyeol masih dua puluh satu tahun...
Tanpa ada keinginan membuang-buang waktu, chanyeol melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Hari ini akan ada meeting lain dengan perusahaan asing dari Cina yang ingin mengikat kontrak kerja sama dengan perusahaan Park. Chanyeol tak bisa melewatkan hari ini dengan bermalas-malasan di tempat tidur nyamannya.
.
.
Aku memutuskan menulis surat ini di malam terakhirku ada di rumah ini. Setelah menghabiskan satu malam bersamamu, membuatku yakin ternyata aku tak mampu hidup lama tanpamu, chanyeol hyung.
Oke, kelihatannya aku plin-plan. Tapi itulah kenyataannya. Tolong jangan membenciku. Karena jika chan hyung membenciku, maka saat itulah hidupku akan berakhir dengan mudah.
.
.
"Pagi, Boss..."
Sambil merapikan kemeja merah yang melekat di tubuh proposionalnya, chanyeol melirik jongin yang berjalan di lorong menghampirinya. Alisnya mengkerut. "Bukankah hari ini kau akan pergi ke busan bersama dengan baekhyun?"
"Hei, masih jam enam pagi! Kau muak denganku atau memang niat mengusirku, huh?" gerutu jongin sambil menendang ringan kaki chanyeol yang kembali berjalan mendahului pemuda yang memilih mengekor dibelakangnya.
Selama beberapa langkah mereka hanya diam. Sampai akhirnya jongin bersuara.
"Dia baik-baik saja."
Chanyeol tersenyum kecil. "Aku tahu." Lanjutnya cepat.
Langkah jongin berhenti, membiarkan chanyeol berjalan semakin jauh meninggalkannya. Tapi seulas senyum menghiasi wajah pemuda tinggi itu. Ia menggaruk belakang kepalanya sambil mendesah lucu. "Dasar..."
"Ada apa, Jonginnie?" teguran baekhyun membuat pemuda itu menoleh kebelakang.
Baekhyun sudah berada disampingnya dan ikut memandangi pundak chanyeol yang semakin menjauh. "Sepertinya mood chanyeol sedang bagus-bagusnya," ujarnya ringan.
Jongin hanya mengangguk dan mengacak rambut baekhyun, membuat pemuda orange itu merengut manja sambil memukul pelan lengan jongin. Membiarkan pagi mereka dihiasi candaan kecil sebelum mereka pergi mencari sarapan pagi ini dan pergi ke Busan untuk berlibur sejenak.
.
.
Aku mengatakan pada chan hyung, aku ingin mengubah lima tahun mimpi burukku tanpamu menjadi sesuatu yang berbeda. Aku sungguh menyesal karena hanya mampu menyisakan banyak kenangan pahit untukmu. Karena itu, saat aku tak disisimu, buatlah sebanyak mungkin kenangan berharga yang mungkin kelak bisa kau banggakan kepadaku jika kita bertemu lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unrequited
Romance"Kau dan aku" "Kita tidak akan bisa bersama." "Ingatlah. Tak akan ada satu hal pun yang berubah ketika kau kembali nanti." "Aku Mencintaimu..."