Lelaki masa SMA

26 1 0
                                    


Pernah masuk ke kehidupannya. Canda tawa paling bodoh pernah tertuang disana. Hampir bertahun-tahun saya menetap pada rasa semu yang gak pernah dia tahu. Sampai akhirnya, hari ini di bulan Juni, saya temuin dia yang sama kayak 3,5 tahun yang lalu.

Kami sama-sama hebat perihal berdamai dengan kisah yang tak pernah dimulai. Dia, gak pernah menolak saya secara kasar, membuat saya begitu merasa tidak diinginkan. Dia, punya cara tersendiri untuk ngusir saya dari hidupnya. Orang ini, membuat saya berpikir bahwa, beberapa hal memang akan sembuh bersamaan dengan waktu.

Tapi, kenangan saya dan dia dimasa lalu gak akan pernah bisa kehapus gitu aja. Saya kangen dia, tetapi bukan lagi sebagai sosok yang saya gilai. Saya kangen dia sebagaimana saya bisa nyaman ketika membuat lelucon bodoh dengan dia. Saya bahkan masih ingat saat kami pernah membahas sebuah panci ketika malam itu listrik padam. Selera humor kami sama. Dan sekarang saya jadi berpikir bahwa saya nyaman ke dia karena selera kami sama.

Dari dia saya sadar bahwa, ketika saya merasa sesuatu itu bisa saya genggam, semesta akan lebih menyadarkan saya lagi bahwa, gak, bukan dia yang bisa saya genggam. Saya hanya sekadar merasa bisa, tetapi sebenarnya saya gak pernah bisa genggam dia.

Dampak dari memiliki perasaan sendiri dan sialnya semua respon lelaki itu malah kelewat baik adalah kita yang terlanjur merasa bahwa ada celah yang bisa kita masuki suatu saat nanti. Padahal, dia sama sekali gak ngebuat celah itu, dia sama sekali gak merasa bahwa kamu harus dikasih tempat spesial dihatinya. Saya pernah ngalamin itu, dan yang lebih parahnya dia punya pacar waktu itu, lebih tepatnya balikan sama mantannya. Lihat dia tiap pagi nyeberangin lapangan sambil jalan bersisian sama pacarnya bukan lah suatu hal yang baik. Sedangkan rasanya baru kemarin saya dan dia bercengkrama tentang lelucon bodoh di chat.

Ini yang saya bilang bahwa, semua itu akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Beberapa hal yang saya kira akan susah buat saya damaikan dengan diri saya sendiri, malah bisa berdamai dengan sendirinya tanpa saya paksa.

Beberapa hal yang datang kadang memang suka mengecewakan. Jauh diluar ekspetasi seorang manusia. Tetapi, kalau semua hal bisa dengan mudah ditaklukkan, maka gak ada yang namanya berjuang, melepas dan ikhlas. Saya udah lama ngelepas dia. Ngelepas kami yang sebatas jalan ditempat. Jadi, pas dia datang buat nyambut saya lagi, saya biasa aja, saya sudah tahu kalau dia memang begitu.

- Dari si wanita pengagum lelaki berkacamata berinisial "B", senang bisa menulis sebagian dari kamu, sekali lagi dari aku di masa kini.

Just Go?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang