Akhir-akhir ini saya selalu berpikir kalau, ya, jika bukan dia mau bagaimana lagi? Mungkin memang persinggungan kami tidak tepat.Namun, perihal kata yang terpikir memang tak pernah bisa sejalan dengan respon hati. Nyatanya, dada ini masih sesak ketika malam semakin larut, hening semakin mencekam dan lagu-lagu patah hati teralun begitu saja.
Ingatan berkelana. Pada satu tahun lalu, pada semuanya yang saya rasa begitu menyenangkan, pada percakapan yang menginginkan pertemanan entah sampai kapan, dan pada suaramu yang terdengar melalui pesan ketika saya meminta saran.
Saya terkekeh, lagi. Saya hanya ingin kita dekat tanpa sekat. Saya hanya ingin kita bercengkrama dengan tenang tanpa harus terbawa rasa. Saya hanya ingin kamu bisa menjadi kamu ketika bersama saya, ah, atau saya yang tidak bisa menjadi saya ketika bersamamu? Iya, memang benar, saya yang kehilangan diri saya sendiri ketika bersamamu.
Anehnya, walaupun saya kehilangan diri saya saat bersamamu, ada hal lain yang ngebuat saya dapatin satu hal baru. Bahwa, dengan kamu selalu ada alasan bibir saya melengkung dengan indah. Selalu ada cara yang ngebuat saya lupa kalau, kita ini bukan apa-apa yang perlu di spesialkan.
Saya udah gak mau lagi bilang sama semesta kalau saya rindu kamu setiap hari, saya udah muak untuk ngungkapinnya.
Saya juga udah malas nangisin kamu karena gak sengaja lihat foto kamu lagi senyum dengan tulus.
Saya muak sama skenario yang saya buat sendiri. Sama rasa sesak yang asalnya dari perbuatan saya sendiri.
Saya mau, mau banget ngingat kamu cuman sebagai hal paling manis yang pernah Tuhan kasih. Sebagai pembelajaran bahwa, jika saya melakukan suatu hal baik maka orang lain akan memberikan hal yang sama.
Saya mau memori yang saya ingat tentang kamu adalah semua hal baik yang pernah ada. Tapi, saya gak bisa menampik kalau ingatan saya bukan cuman tentang semua yang manis.
Saya sangat sadar, kamu itu luka. Luka, yang saya buat karena imajinasi saya sendiri. Saya lagi belajar, belajar buat mengerti dengan baik, menjadi dewasa, menjadi lebih mengerti.
Saya mau berpijak lagi pada realita. Melihat bagaimana tangis dan tawa berjalan dengan tidak seimbang. Melihat bagaimana semesta bekerja pada orang-orang yang menumpuk harapan pada sebuah negeri dongeng. Dunia ini menakjubkan. Semenakjubkan ketika matamu berhasil membuat saya tunduk.
Sudah ya, rasanya jika saya membicarakanmu, tidak pernah habis kata yang terangkai. Selamat, selamat tinggal dunia imajinasi.
- Sudah ya, lelah juga saya jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go?
Short StoryI think, i need to writing this part. About go, and hurt when i lost him. I miss him in everyday, but everything don't same again now. Everything's changed, but my life must go on. *** Baca aja, nggak papa. Kamu butuh sadar akan patahmu, dan kamu b...