"Bangggg."
"Iyaa knapa?"
"Gkpp pengen ganggu aja."
"Haha."
"Kirain apa."
Boleh saya ulang lagi percakapan di atas? Saya sedang jenuh. Ingin kamu. Tetapi, lagi dan lagi saya sadar. Saya sudah berhenti sejak lama.
Dulu, saya pikir waktu saya bisa dapatin nomor kamu, kita bisa jadi semakin dekat, kita bisa layaknya teman, kita bisa menjadi kita yang semenyenangkan kita di dunia ekspetasi saya. Namun, kalau saya ingat lagi, lucu ya, saya malah menyerah tanpa kamu suruh, saya malah pergi tanpa bilang apapun, saya malah memutuskan pertemanan tanpa kata apapun.
Saya sudah mencoba, untuk menjadi biasa. Menjadi layaknya kakak dan adik. Menjadi apa yang kamu sukai. Menjadi semenyenangkan mungkin ketika bertukar pesan denganmu. Menjadi saya yang bukan saya.
Dan, itu adalah sebuah kebodohan. Saya kehilangan bahagia saya, saya kehilangan diri saya, kamu hanya hidup di ekspetasi saya. Kamu, gak pernah mau hidup sebagai sesuatu buat saya.
Saya gak pernah tahu keputusan yang saya buat apakah sekekanakan itu, saya gak pernah mikir kalau dampaknya akan sememuakkan ini.
Saya patah, lagi dan lagi bahkan hanya dengan melihat bahwa kamu hidup semakin bahagia.
Saya memang salah sejak awal, menjadikan kamu patokan bahagia saya, menaruh kamu dalam daftar prioritas saya, menjadikan kamu salah satu semangat hidup saya, membiarkan kamu masuk tanpa membiarkan ada sisa celah untuk kamu pergi keluar.
Rasanya, memang lebih baik ketika saya hanya berani melihat tanpa bertindak lebih jauh. Rasanya lebih menyenangkan ketika kamu tak mengenal saya. Rasanya lebih baik ketika kamu tak sempat masuk lebih dalam.
Boleh saya salahin semesta? Boleh saya salahin hati saya? Boleh saya bilang kamu itu lelaki paling brengsek karena udah berani bikin saya semenyedihkan ini?
Saya mau maki kamu, saya mau bilang kamu bodoh karena sebaik itu, saya juga mau bilang kamu ternyata gak cukup baik dari sudut pandang lain.
Otak saya mau bilang itu, tapi hati saya gak.
Bodohnya hati saya masih berpihak ke kamu. Masih gak mau ngehapus nama kamu, masih suka penasaran akan kemana kamu pergi setelah ini.
Saya masih sayang kamu. Tapi, kamu gak cukup baik buat saya sayangin. Kita gak pernah menjadi kita. Kamu tetap kamu. Dan sialnya saya tetap saya yang sangat ingin mengusahakan kita.
- Salah siapa jika rindu itu datang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go?
Short StoryI think, i need to writing this part. About go, and hurt when i lost him. I miss him in everyday, but everything don't same again now. Everything's changed, but my life must go on. *** Baca aja, nggak papa. Kamu butuh sadar akan patahmu, dan kamu b...