Rasanya, sudah tak semudah dulu lagi ketika tangan saya begitu ingin mengetik sebuah pesan dan mengirimnya padamu.Tidak, semua yang saya mulai, tidak akan pernah berujung sama lagi.
Untuk sekadar mengetik satu kata saja rasanya sulit, perasaan menjadi begitu kacau.
Saya takut akan penolakan. Saya juga takut jawaban yang kamu berikan tak sesuai ekspetasi. Karena dulu, saya dan ekspetasi adalah dua hal yang hidup saling membutuhkan ketika dunia saya tertarik padamu.
Saya begitu sadar, banyak ekspetasi yang ngebuat saya jadi sepatah ini. Lucu ya, bukan kamu sebenarnya yang ngebuat saya hancur, tapi ekspetasi saya yang terlalu tinggi padamu yang ngebuat saya kehilangan diri saya sendiri. Berganti peran begitu saja ketika berhadapan denganmu. Sangat toxic perasaan yang saya pendam kemarin. Hingga akhirnya saya lumpuh. Lumpuh karena waktu saya kasih semua hati saya ke kamu, saya gak pakai kaki saya sendiri buat bertahan. Saya ngandalin harapan yang pada akhirnya malah ngebuat saya kecewa begitu besar.
Kalau diingat lagi, sudah berbulan bulan saya gak gangguin kamu ya. Sudah sejauh itu saya bertindak. Walau sesekali saya masih suka melanggar janji pada diri sendiri. Diam-diam gak tahan dan akhirnya ngelihat story di akun sosial mediamu.
Tahu gak sih kamu? Waktu saya lihat foto kamu sama ibumu sambil mengukir senyum. Rasanya saya hancur. Ingin nangis tapi buat apa? Ingin chat tapi untuk apa? Saya tetap pada kata gak berarti apa-apa buat kamu. Dan kamu ternyata masih sebegitu berartinya buat saya.
Benar bukan? Dunia memang tidak pernah adil pada mereka yang jatuh deluan. Sangat tipis adanya keadilan yang terjadi.
Saya cuman berpikir bahwa semesta memang lagi mainin saya. Saya muak aja dengan kita yang seperti ini. Saya muak ngedapatin kenyataan bahwa di sana hidupmu berjalan dengan begitu baik, dan di sini saya sedang mati matian berjuang bersama sisa diri saya yang utuh.
Saya capek. Saya gak suka kamu sering ngedominasi pikiran saya. Saya juga pengen, berjalan ke depan tanpa peduli saya pernah mampir di rumah yang kamu tempati.
- Waktu itu saya kira saya sudah lupa, nyatanya belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go?
Short StoryI think, i need to writing this part. About go, and hurt when i lost him. I miss him in everyday, but everything don't same again now. Everything's changed, but my life must go on. *** Baca aja, nggak papa. Kamu butuh sadar akan patahmu, dan kamu b...