Beberapa minggu terakhir terasa begitu rumit.
Ketika orang lain mencoba masuk kekehidupan saya, ketika percakapan itu selalu diusahakan olehnya.Saya, hanya belum bisa. Belum bisa menerima orang baru ketika dia masih menjadi tokoh utama dalam hati saya. Bukan, bukan sekarang waktunya.
Saya gak mau menyakiti mereka, memberikan harapan yang tak pernah benar-benar saya beri, membuat kesalahpahaman atas sikap baik saya. Tidak, saya tidak mau menjadikan mereka sesuatu untuk mengikhlaskan yang belum benar-benar pergi dari benak saya. Tidak mudah ketika, rasanya saya bisa saja menyakiti mereka yang datang karena sebuah rasa semu pada lelaki lain.
Terkadang, semesta membuatnya menjadi begitu rumit. Padahal, saat ini saya hanya sedang ingin belajar menjadi lebih dewasa perihal melepas yang tak pernah bisa saya gapai, perihal ikhlas yang terpaksa harus terucap dengan lantang.
Saya hanya ingin, kami sama-sama pergi, pada tujuan kami, pada tempat yang bisa kami sebut rumah, pada dunia yang sesungguhnya.
Saya mau lihat dia bahagia, dengan siapapun orangnya. Saya mau lihat dia hidup dengan baik, tersenyum bangga atas dirinya. Saya hanya ingin dia, menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Itu saja sudah cukup, untuk saya semakin yakin kalau, memang saya yang harus beranjak, memang hanya saya yang harus berdamai dengan diri saya sendiri.
Saya mungkin kehilangan satu sosok yang begitu membekas diingatan. Begitu berpengaruh pada fase pendewasaan saya. Begitu menyadarkan saya bahwa, dunia tidak dapat dilihat hanya dari satu sisi saja.
Tetapi, karena dia juga saya sadar bahwa, semua kisah yang kita usahakan dengan seluruh kemampuan kita tak selalu berakhir sesuai dengan keinginan kita. Tak selamanya semua berhasil, tak selamanya semuanya bisa tergenggam. Tidak, tidak bisa seperti itu.
Saya tak pernah bilang kami selesai. Karena tak pernah ada yang dimulai kecuali sebuah perkenalan. Saya tidak bisa bilang kisah ini berakhir, karena saya tak pernah tahu hari esok akan berjalan seperti apa. Saya juga tidak bisa berujar bahwa saya membencimu setengah mati, hey, tidak, tidak bisa seperti itu ketika rasanya dada saya terlalu sesak hanya dengan melihat kamu tersenyum di story instagrammu. Saya hanya bisa bilang bahwa, untuk saat ini saya sedang belajar mengerti akan keadaan, belajar menerima bahwa semesta tak pernah bisa saya kendalikan.
- Pada akhirnya kita sama-sama tahu bahwa, semesta memang sekejam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go?
Short StoryI think, i need to writing this part. About go, and hurt when i lost him. I miss him in everyday, but everything don't same again now. Everything's changed, but my life must go on. *** Baca aja, nggak papa. Kamu butuh sadar akan patahmu, dan kamu b...