Chapter 22

924 58 5
                                        

Happy reading 💜

Vote dulu baru baca

*****

"Yoongi!" teriak Jimin khawatir.

"Jangan teriak kau mengganggu tidurku," ketus Yoongi.

Jimin tersenyum melihat pujaannya masih bisa marah artinya dia benar baik-baik saja. Meski hubungan mereka belum resmi tanpa status, setidaknya Yoongi sudah mau manggil aku-kamu dengannya.

"Kenapa bisa terluka?" tanya Jimin lalu mendekati Yoongi yang masih terbaring di ranjang UKS.

Yoongi bangkit dari tidurnya sedikit dibantu Jimin. Tidak enak kalau ia berbaring dan Jimin duduk. Kesannya ambigu, menurut Yoongi.

"Gak tau juga, Jim. Tadi aku disuruh mengantarkan tugas Park-ssem, saat menuruni tangga tiba-tiba aku terdorong dan jatuh, sepertinya ada yang mendorongku, Jim. Aku merasakan pundakku di sentuh sesuatu," jelas Yoongi.

"Kau yakin? apa sudah check CCTV?" Jimin mengelus rambut Yoongi yang terlihat panik saat bercerita.

"Aku sangat yakin, Park-ssem sudah memeriksanya, tapi tidak ada CCTV yang mengarah ke tangga lantai dua. Jim, aku takut. Semalam juga ada lagi orang menerorku, berkali-kali menelpon ke ponselku tanpa ada sahutan di seberang," lanjut Yoongi matanya memerah menahan tangis.

"Jangan takut, aku akan selalu melindungi kamu." Jimin menarik Yoongi untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Kita lewati permainan ini sama-sama, mungkin Jungkook di sana sedang berjuang untuk kita, jadi kita juga harus bertahan demi dia," ucap Jimin menenangkan.

Meski dia tidak yakin dengan ucapannya, karena sampai sekarang tidak mereka belum menemukan siapa yang meneror NORE dan Yoongi serta keberadaan Jungkook. Semua menyakinkan diri, kalau semua ini ada sangkut pautnya dengan Jungkook.

-

"Kenapa melamun?" bisik Hoseok pelan ke arah Taehyung. Tatapannya mengandung rasa prihatin yang dalam. "Kau mengabaikan kekasihmu," lanjutnya lirih, seolah ingin menyadarkan tapi tak ingin menghakimi.

Taehyung perlahan melirik Eunha yang masih asyik dengan makanannya. Senyuman gadis itu mengembang saat menoleh padanya. Taehyung membalas senyum itu, tapi tak sampai ke matanya—kosong dan hambar.

Kemarin... adalah hari yang seharusnya indah. Hari ketika Eunha menerimanya sebagai kekasih. Hari yang dulu selalu ia bayangkan akan penuh dengan kebahagiaan, senyum, dan pelukan hangat. Tapi kenyataannya? Dada Taehyung terasa hampa, seperti ada ruang kosong yang terus menjerit di dalam dirinya.

Cinta yang sudah lama ia dambakan akhirnya terwujud, namun justru kini perasaannya menjadi abu-abu. Bukannya bahagia, ia malah dilanda kecemasan yang tidak berujung. Keresahan yang tidak masuk akal, seperti bayangan gelap yang mengikuti ke mana pun ia pergi.

Ditambah lagi, mimisan sialan itu... yang datang begitu saja tanpa permisi. Tanpa sebab yang jelas. Taehyung makin takut. Makin bingung.

"Tae, pulang nanti aku mau mampir ke rumahmu. Rindu sama mama," ucap Eunha pelan, suaranya lembut.

Taehyung hanya mengangguk. Diam. Dan tanpa ia sadari, sikap dinginnya mulai merambat, menciptakan jarak antara dirinya dan Eunha. Ia tahu Eunha bisa merasakannya, tapi ia juga tidak bisa berpura-pura lebih lama lagi.

Pikirannya tidak bisa berhenti memutar satu nama.

Jungkook.

"Apa kemarin itu Jungkook? Apa dia menghindariku? Ada apa dengan dia sebenarnya? Aishhh sadar lah Tae, itu cuma mimpi, dia kuat, gak mungkin terluka," batinnya menjerit, berusaha mengingkari kekhawatirannya sendiri. Tapi hatinya tak bisa dibohongi. Mimpi itu terlalu nyata. Terlalu menyakitkan.

For Taehyung (VKOOK)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang