Jurnal Horror Apri : Centini Kuntilanak perayu

4 0 0
                                    

Baik ini Jurnal pertama gue.

Setu Citayam yang mempunyai banyak cerita dan kisah yang membuat kita bertanya - tanya,
Jadi gue mau ceritain ini dengan Mistis di isi ceritanya.

2 tahun yang lalu kejadian tentang seorang pembantu yang mengakhiri hidupnya di Kebun belakang Rumah gue menjadi berita hebat disekitar wilayah Citayam apalagi tetangga - tetangga gue yang suka Ghibah. Jadi nama pembantu itu adalah Mbak Centini yang berumur 23 tahun yang berasal dari Solo, ia bekerja pada sebuah Rumah besar di tepi Danau yang dijadikan sebuah Cafe kecil untuk Pemancing yang hendak bersantai dan berteduh sambil menyantap makanan kecil yang diiringi segelas Kopi panas. Disitu Centini bukan hanya bekerja di dapur, ia mengurus Cafe tersebut dari pagi hari sampai Cafe tutup di malam hari dan kalau gak salah gue pernah mengobrol dengannya saat ia masih menjadi pelayan Cafe tersebut setelah gue pulang dari Rumah Kak Ipan yang berada di Tebet.

Saat itu pukul 19:00 sekitar 2 tahun lalu, gue memesan Kopi kapal Api dengan makanan kecil disitu yang memang jadi Primadona di tempat itu. Kue lapis yang hangat itulah Primadona tempat ini dan cuma seharga 10000 rupiah plus Kopi hangat, Sang pelayan Centini yang wajahnya sangat Ayu mirip - mirip artis Tiktok gitu dah.
Centini membawakan pesanan gue sambil tersenyum kecil,
Centini : kopinya MAS?
Apri : oke....(karena gue orang yang genit maka itu gue ngajak dia kenalan) oiya namanya siapa mba?
Centini : Tini (dengan malu - malu ia berkata).
Dan gue pun menyeruput kopi itu, alih - alih gue mempunyai ide bahwa gue mau kenal dia lebih deket jadi gue  harus selidiki dia.

Gue pun berusaha untuk menyelidikinya dan alhasil gue berkenalan dengannya, gue mendapatkan nomor dan Facebook nya. Kemudian gue pun Akrab dengannya dan mengetahui sifat aslinya yang memang agak sedikit Centil namun ia baik dan senang dengan agar - agar. Lalu ia selalu menceritakan suka dukanya bekerja di Cafe itu dengan watak majikannya yang selalu saja memarahinya, ia merasa terkekang karena ia dipaksa bekerja tanpa libur di tempat itu.

Selama setahun pun gue sudah tak saling berbalas pesan kepada Centini karena dia sudah mendapatkan Pacar, tetapi di waktu - waktu tertentu gue sering melihatnya berjalan sambil menunduk saat ia pulang dari Pasar yang melewati jalanan Rumah gue di siang hari. Gue menegurnya,
Apri : Tini.....oii.....
Dia menoleh dan gue pun mengejarnya
Tini : kenapa Mas?
Apri : enggak, cuma mau tanya aja tuh muka kenapa lecek banget kayak kertas coret - coretan matematika?
Tiba - tiba Tini menangis
Tini : aku gak kuat Mas, mau pulang kampung tetapi gajianku di pending sama Pak Toni (majikan Centini)
Apri : lah....bos lu kejam amat dah?
Tini : iya...hiks....dia gak mau katanya aku pulang kampung sebab ia takut aku gak balik lagi
Apri : oh begitu.....ya udah jangan sedih ya?!, nanti gue ke tempat lu ya
Tini : jangan Mas, soalnya Mas Samsul (pacar Centini) ingin datang untuk mengajak ku makan,
Apri : oke oke ya udah chat gue aja kalau ada apa - apa ya?.
Centini pun hanya mengangguk dan meninggalkan gue, ia melangkah dengan penuh kesedihan yang terpancar dari Aura nya saat ini yang berwarna Hitam kelabu.

Setahun berlalu gue pun terkejut mendapatkan kabar dari Umi ( ibu gue) yang mengabarkan bahwa Centini mengakhiri hidupnya dengan cara menusuk dirinya di bawah pohon pisang belakang Rumah gue. Dan semenjak itu Seru Citayam menjadi sepi karena kabar Centini itu.
Hari Raya Idul Fitri pun sudah terlewati, gue yang saat ini sedang melangkah ingin membeli Pulsa di depan jalan yang jaraknya dekat Stasiun Citayam dan harus melewati lokasi dimana Centini mengakhiri hidupnya. "Hihihihi " suara tertawa di dalam kebun pisang yang membuat bulu kuduk merinding, "syat " muncul seorang Gadis yang berambut panjang dan melayang di depan gue. Gue pun sedikit terkejut tetapi gue pun berkeinginan untuk menyapanya,
Apri : apakah kamu Tini?
Gadis itu menampakan dirinya dengan wajahnya yang cantik tetapi dengan kuku panjang di tanganya yang menjuntai kebawah. Gue agak terdiam saat itu dan tak bisa bergerak, ia mendekati gue.
"Kau masih ingat aku?"
Apri : inget lah lu kan temen gue Tini
Dia membalas senyum yang berseri sambil menghilang dihadapan gue.
Setelah itu setiap jam 03 : 00 pagi yang dimana saat itu gue dan Maria sedang di depan Rumah, tiba - tiba suara nyanyian yang terdengar Merayu dari arah kebun gue terdengar jelas. Nyanyian itu setiap hari terdengar dan gue pun bertanya kepada Mery,
Apri : itu nyanyian apa sih?
Maria : kalau dalam bahasa Sunda ia sedang Jatuh Cinta dan merayu pasangannya maka itu ia mengalunkan nada lembut di setiap syair yang ia keluarkan.
Gue yang mendengar jawaban Maria pub agak sedikit bingung tentang maksudnya itu, akhirnya gue menemui sendiri si Centini lagi.
Apri : cuit.....ciut ( bersiul yang artinya memanggil sesuatu makhluk)
datanglah ia dari balik Pohon pisang.
Apri : maaf  Tini....emmm aku mau bertanya padamu nih? (Langsung sopan karena lawan bicara gue Makhluk Halus dan bukan orang lagi)
Suara yang sedikit serak
Tini : apa
Gue sebenarnya udah merinding disko dari tadi
Apri : kok kamu nyanyi setiap malam sih?
Ia menatap wajah gue dengan bola matanya yang melotot, Akhirnya karena gue ketakutan gue pun lari dan masuk kerumah dan Maria yang di depan Rumah gue melihat Aneh ke gue.
Maria : dia kenapa?, memangnya begitu menyeramkan kah Penghuni baru itu? Sampai - sampai Apri lari seperti itu. Emmm lebih baik aku dekati deh......?!.

Gue pun menyelimuti diri gue karena ketakutan di Kamar,
Apri : Anjir.....tuh Kunti kok matanya keluar......kamprett apes gue.

Tak lama kemudian Maria memberitahu gue kalau si Centini itu sebenarnya sedang merayu gue dengan caranya.
Gue yang lega mendengarnya dan masih sedikit takut itu ingin bertemunya, lalu untuk kedua kalinya gue bertemu dan selanjutnya ia menceritakan sebab ia mengakhiri hidupnya karena ia tertangkap basah oleh majikannya sedang bercinta di gudang belakang. Ia pun dihajar habis - habisan oleh majikannya, tetapi ia hanya terdiam dan ia pun di teriaki sebagai gadis Perayu oleh Majikannya yang artinya ia adalah Wanita yang kotor karena perbuatanya yang tercela itu. Akhirnya gue memustuskan untuk mempersilahkan ia menghinggapi kamar gue yang sudah di jadikan tempat tinggal Maria karena Kamar gue jarang ditiduri.
Suatu Malam teman gue bernama Adoy menginap dirumah gue,
Apri : jangan berisik ya Doy?
Adoy : oke pri.....
Gue pun tidur di kamar Umi gue yang saat itu pergi ke BEKASI menjenguk nenek gue yang sedang sakit.
Adoy diruang tamu sedang asik bermain Game dengan suara keras.
Jam 03 : 00, "nanananana......" suara alunan itu terdengar Adoy dari kamar gue dan ia membangunkan gue.
Adoy : pri.....pri....ada yang nyanyi?
Apri : yarin Doy paling dia
Adoy pun langsung ketakutan
Apri : makanya jangan berisik
Adoy : sebelah rumah lu ada orang kan?
Apri : kosong Doy orangnya gak ada disini
Adoy : tuh siapa Pri?
Apri : makanya lu tidur.....! Palingan dia hehehehe.....yarin emang setiap malam dia nyanyi
Adoy pun langsung tidur dengan mata yang ditutupi bantal.
Gue pun menutup Rapat kamar gue dan mengatakan,
Apri : ssssttt jangan keras - keras Tini.....temen gue takut.
Dia hanya membalas senyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maria30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang