Bagian 10

2.2K 177 38
                                    

Andraya Andromeda, 25 tahun

Tahun ini, seperti tahun lalu tampaknya Genta tidak pulang. Sudah tiga tahun ia tidak pernah pulang. Tidak juga pernah menghubungiku lewat wa, sms apalagi telpon. Hari ini aku sedang membantu nenek Genta untuk menyiapkan makan siang menyambut kedatangan keluarga besarnya. Nenek Genta itu sudah seperti nenekku sendiri. Beberapa sepupu dan keponakan Genta sudah datang sejak pagi. Tapi menurut nenek, Genta tidak menunjukkan kesediaannya untuk pulang.

Sejak kejadian tiga tahun lalu itu, ia menghilang bagai asap. Aku tahu dan sangat menyadari bahwa aku juga salah. Menjadikan Bara sebagai pengganti Genta adalah kesalahan pertama. Menyusul menyalahkan Bara yang pada akhirnya memang tak pernah mencintaiku, melainkan hanya karena perasaan tidak enak karena aku adalah putri atasannya, adalah kesalahan berikutnya. Melarikan diri dari masalah adalah kesalahan selanjutnya, yang akhirnya membuat Genta harus datang menjemputku. Karena dari peristiwa itulah aku menyadari, Genta akan selalu ada untukku. Namun sebagai apa? Bahkan saat melamarku, ia tak menyatakan cinta. Walaupun aku sudah tahu ia meninggalkan Rania demi aku, setidaknya begitulah menurut sepupu Genta yang dekat denganku, tapi aku takut ini hanya perasaanku semata. Jatuh cinta membuatku sangat rapuh. Bagaimana bila aku tak akan pernah siap untuk patah hati? Baru aku sadar, jatuh cinta pada Genta itu ternyata perkara serius. Sedangkan Genta tak pernah menunjukkan perasaannya padaku. Hanya adik?

"Aya?" sebuah suara yang sangat kukenal memasuki gendang telingaku. Aku terpekur sesaat. Itu suara Genta. Menelan saliva ke tenggorokan yang mendadak kering, lalu aku berbalik menghadapnya. Sosok tinggi tegap itu masih memiliki sorot mata teduh yang sama. Walaupun garis rahangnya menunjukkan sisi maskulinitasnya sebagai laki-laki matang, tapi jaket dan ranselnya masih terus mengingatkanku pada sosok masa mudanya. Adrian Magenta, sosok yang selalu memendarkan cahaya dan seakan menarikku untuk selalu mengikuti cahayanya dengan patuh.

Tiga tahun terakhir, aku selalu merutuki kebodohanku yang menolaknya menikahiku. Dalam hati kecilku, aku selalu merasa Genta adalah jalanku untuk pulang. Pada akhirnya, sebenarnya dia tak perlu mengungkap cinta. Yang penting kami pulang ke rumah yang sama. Tapi tiga tahun yang lalu, kata cinta masih kata absurd yang keberadaannya kuagungkan. Itu setelah Bara yang tak pernah menyatakan cinta, ternyata memang tak pernah mencintaiku.

"Hai Gen. Lama nggak ketemu." Akhirnya aku melangkah mendekatinya dan mengulurkan tangan padanya. Kalau toh sudah terlambat untukku memilikinya, setidaknya kami masih bisa menjalin kembali persahabatan yang pernah putus itu.

Sedetik kemudian, yang aku hidu adalah aroma mahal parfum maskulin. Kalau boleh waktu berhenti, aku memilih tetap berada dalam rengkuhan dada bidang dan hangat ini. Aku merindukannya. Sangat.

Di halaman belakang rumah nenek, Genta menanyaiku tentang Ilalang. Kantor kecilku itu kubangun dengan penuh cinta bersama teman-temanku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melakukan hal yang kucinta dengan segenap hati. Aku tak jadi guru seperti ibuku, pun tak jadi pegawai kecamatan seperti keinginan ayah. Aku berani mengambil jalan ini karena Genta yang terus mendorongku.

"Makasih ya Gen...kamu yang sudah membuat aku menempuh hidup seperti ini. Aku sangat mencintai hidupku sekarang" ujarku tulus padanya.

"Pernahkah kamu pikirkan untuk meninggalkan kota ini? Pergi jauh mencapai impian yang lebih besar lagi? Punya kantor yang lebih besar di kota yang juga lebih besar?" tanya Genta. Aku termangu. Aku tak punya jawabannya. Impianku sederhana. Punya kantorku sendiri, mendesain hal-hal fungsional nan indah yang memuaskan batinku. Apakah aku punya mimpi yang lebih besar? Sungguh aku tak tahu jawabannya. Aku menggeleng perlahan.

"Semua yang aku punya sudah ada di sini, Gen. Untuk apa aku bermimpi yang lebih besar lagi?"

"Termasuk cinta?" tanyanya telak. Wajahku langsung menghangat. Kemana arah pembicaraan ini...

Once in a lifetimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang