Bagian 4

1.5K 138 8
                                    

Andraya Andromeda, 13 tahun

Liburan begini, aku malah sibuk mendaftar sekolah. Yup! Tahun ini, aku masuk SMP. Kedengaran menyenangkan sekali bukan? Setidaknya Genta tidak hanya memandangku sebagai anak SD ingusan seperti tahun lalu. Masa karena dipikirnya aku ini anak SD, lalu aku nggak punya perasaan apa-apa saat dia tanpa permisi main peluk-peluk aku saat aku pulang latihan basket? Tahun lalu itu, aku memang diikutkan porseni oleh pelatih basket sekolah karena tubuhku yang lumayan tinggi untuk ukuran anak kelas 6. Karena keahlianku mengolah bola bundar itu juga tentunya.

Dari pembicaraan yang kudengar dari ibuku dengan nenek Genta di dekat pagar pemisah rumah kami, Genta akan datang besok. Aku benar-benar tak bisa tidur menunggunya datang. Bayangkan saja, setelah pelukan itu, aku malah hampir selalu salah tingkah di depannya beberapa hari hingga dia pulang. Padahal dulu, seingatku, pelukan sama Genta itu udah sering banget. Dia kan memang hobi memeluk dan merangkul. Sekali lagi, dia itu irit bicara tapi royal pelukan. Dia akan memelukku kalau aku sedih, dia akan memelukku kalau aku menang sesuatu, dia akan merangkulku sepulang dari bermain sepakbola di lapangan manapun dan dia juga sering merangkulku kalau kami sedang bermain ke sawah atau sungai.

Itu dulu...waktu kami lebih kecil. Hingga tahun lalu dia masih begitu sih, tapi aku lebih banyak menghindari pelukan dan rangkulannya karena aku risih. Dan ya itu tadi...membuatku salah tingkah. Sekarang, aku jadi bertanya-tanya....kalau besok Genta pulang, sudah seperti apa ya dia? Apakah tubuhnya sudah lebih tinggi lagi barang 2 - 3 cm? Apakah perlakuannya ke aku masih akan sama? Apakah dia akan tambah ganteng? Aku juga tak tahu sejak kapan rasanya beda memandang Genta...hm...mungkin sejak tahun lalu itu...

Genta datang! Yeaayyy!

Eh tapi kenapa ia malah banyak main sama Retha? Dia malah lebih banyak menatap Retha dengan sorot mata yang aku tak tahu itu apa. Yang pasti, ia lebih banyak diam-diam melihat Retha, lalu Retha akan mencuri pandang pada Genta sambil tersipu-sipu. Sekedar informasi saja, Retha ini jadi kakak kelasku juga di SMP karena aku akhirnya masuk ke SMP yang sama dengannya. Ya memang SMP negeri di kotaku terbatas dan yang benar-benar favorit itu ya SMP ini.

Arghhhh! Genta dan Retha menyebalkan. Lihat saja nanti. Aku nggak akan menyapa Retha di sekolah. Fix. Aku benci Genta dan Retha. Kalau tahu begini, mending Genta nggak usah pulang aja.

Once in a lifetimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang