Pemandangan biasa yang selalu terjadi ketika para petugas piket sedang melaksanakan tugasnya, saat dimana melihat kebiasan para siswanya datang berbondong - bondong sembari berlarian kacau kearah pintu masuk utama SMA Bina Bangsa. Para petugas tersebut akan sengaja memberi tatapan horror kepada mereka guna mempercepat langkahnya memasuki kelas sebelum bel masuk berbunyi.
Saking khawatirnya dengan tatapan menelisik tersebut, para siswa sampai harus berlari tergesa - gesa menyusuri tiap koridor kelas dengan raut wajah panik yang beragam, terkecuali dengan Larissa yang justru bergerak sangat lambat dan menghalangi jalan mereka. Saking gemasnya dengan pergerakan gadis tersebut, para siswa tadi sampai harus menegurnya secara langsung agar sedikit lebih peka terhadap situasi yang mendesak. Namun sayang, teguran dari mereka malah tidak digubris sama sekali olehnya, menyebabkan timbulnya niatan jahat ingin langsung menabrak dan menerobos maju.
Beruntung saja kedatangan seseorang berhasil menyelamatkan tubuh Larissa sebelum diterobos paksa oleh mereka. Seseorang itu lantas menarik serta menyeretnya menuju ke tempat yang lebih aman.
"Aduh,,, aduh pelan - pelan dong woi nariknya jangan kenceng - kenceng ! tangan gue sakit nih !" Rontanya cukup kencang sembari berusaha melepaskan lengannya dari genggaman orang tersebut.
Seseorang yang tadi menariknya refleks saja langsung melepaskan genggamannya dan menoleh kearah belakang.
"Vani ??? Ternyata elo toh. Apaan sih pakek narik - narik tangan gue segala ? Sakit tau gak" Omel Larissa.
"Ehh sorry sorry Sa, gue kelepasan. Sakit banget ya ?" Tanyanya dengan nada khawatir.
"Ya iyalah sakit bego, nih liat tangan gue sampek merah merah begini gegara lo tarikin barusan" Keluh Larissa lagi.
"Ya udah maaf, gue kan gak sengaja, lagian harusnya lo yang terimakasih ke gue. Masih untung gue tolongin tadi"
Larissa mengerutkan dahinya, "Hah ?? Maksud lo apaan dah ? Perasaan gue gak ada masalah apa deh sampek harus ditolongin"
"Itu, lo tadi hampir aja diseruduk sama anak - anak kelas lain Sa"
"Lah, ngapain mereka mau nyeruduk gue ? Emang gue ada salah apaan dah ?"
"Ya salah lo karna udah ngehalangin jalan mereka lah Sa, udah tau orang pada telat mau cepet - cepet masuk kelas. Lo malah jalan lambat kayak siput" Singgungnya.
Larissa memelototi mata Vani, "Ya bukan salah gue dong, siapa suruh mereka datengnya telat kan ?"
"Ya emang bukan salah elo, tapi kan yang namanya orang lagi apes lo harusnya bisa ngerti lebih dikit lah" Jelas Vani memberi pengertian.
"Ya tapi tetep aja bukan salah gue iya kan ?"
Vani hanya bisa tersenyum pasrah, "Yaudah, iya,,iya bukan salah lo. Salah gue. Ribet amat sumpah" Ucapnya mengalah.
"Lah,,kok jadi elo yang merasa bersalah sekarang ? Ya tetep salah mereka lah Van"
"Sa, udah ya. Lo mending cepetan masuk kelas aja ketimbang ngurusin hal yang gak jelas beginian, Buk Retno bentar lagi masuk kelas tuh" Peringat Vani.
Larissa menepuk dahinya, "Ah iya gue sampek lupa gara - gara elo sih, yaudah gue cabut dulu ya Van"
Gadis itu lantas berlari tak karuan menuju ke kelasnya dan meninggalkan Vani seorang diri.
"Lah kok jadi gue yang ditinggal ? Woi Sa tungguinnnn...."
***
Para siswa akhirnya bisa bernapas lega setelah hampir satu setengah jam menghabiskan waktunya menemani buk Retno, si guru matematika yang super duper galak tersebut. Larissa, gadis itu salah satu yang termasuk kedalam catatan korban buk Retno pagi ini. Dirinya dimarahi habis - habisan olehnya karna tidak bisa menjelaskan jawaban yang ia tulis sendiri di buku tugas yang memang notabenenya adalah hasil pemikiran sahabatnya -Dafa.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKE ME HOME (New Rilis)
Roman pour AdolescentsSetiap persoalan akan selalu memiliki cara pemecahannya tersendiri, apalagi soal cinta yang terbilang bukan lagi menjadi permasalahan yang langka. Tapi bagi sebagian orang mungkin saja merasakan hal yang berbeda. Begitu pula yang dirasakan oleh Lari...