Ia hanya ingin hidup dengan damai.
Tapi lagi-lagi ia diceramahi oleh bosnya di kantor. Harus kerja lembur sampai jam sepuluh malam. Bahkan ia lupa untuk membeli makan malam di perjalanan pulang.
Bisakah kejadian-kejadian buruk ini tak menjumpainya barang sehari saja?
Ia mengecek kulkas, tak ada apapun selain setengah piring kimchi bekas kemarin malam. Ia membauinya dan, "eugh..." Sebuah dengusan keluar dari bibirnya.
Ia mengocek ponsel dan dompetnya. Sepertinya malam ini ia akan makan di minimarket 24 jam saja.
Ia membuka pintu unitnya, hanya demi merasakan sekelebat angin malam menusuk hingga ke tulangnya. Belum sempat ia menutup pintu, atensinya langsung menangkap sebuah siluet tak jauh dari unitnya.
Matanya melebar saat menyadari sosok siluet itu tengah berdiri di atas pagar. Ia tak dapat melihat dengan jelas sosok yang mengenakan pakaian serba gelap dengan kepala menunduk itu.
"Tunggu! Oi!"
Ia segera berlari menyambangi sosok yang nyaris melompat dari lantai empat apartemen itu. Ia menarik tangan sosok itu ke belakang hingga terjatuh dari pagar ke arahnya. Terjatuh ke koridor apartemen dan menabrak tubuhnya.
"Argh!"
Entah kesialan macam apa lagi ini. Ia hanya ingin makan malam. Tapi kenapa ia malah harus berurusan dengan orang asing yang ingin bunuh diri tepat di sebelah unitnya.
Hanya itu yang dia ingat, sampai sakit luar biasa menghantam kepala dan punggungnya yang menabrak lantai. Kesadarannya perlahan memudar, digantikan oleh kegelapan.
Tapi sebelum kesadarannya menghilang, ia sempat merasakan tangan lembut yang tadi ditariknya bergerak cepat, mengguncang-guncang tubuhnya.
"Hei! Bangun! Jangan pingsan dulu, please!"
Sepertinya laki-laki itu tidak apa-apa, pikirnya. Iapun menghela napas lega bersamaan dengan kesadarannya yang menghilang.
.
'Goodbye.'
"No, please, Dongju! Jangan sekarang!"
Ia baru saja akan pulang dari kerja lemburnya dan berniat untuk singgah ke minimarket. Tapi sepertinya ia harus mengurungkan niatnya saat ia mendapat sebuah pesan dari Dongju.
Hanya dengan satu kata itu, sudah membuatnya kalang kabut dan langsung berlari dari kantor ke apartemennya. Memang hanya beda beberapa blok, tapi cukup untuk menguras tenaganya dan membuat tubuh atletisnya banjir keringat.
"Ah, Geonhak," panggil ibu pemilik apartemen saat ia sudah tak jauh dari apartemennya. Ibu itu tinggal tak jauh dari apartemennya.
Geonhak menoleh ke apartemennya yang sudah ada di depan mata. Mendongak ke atas sedikit, ia sudah menemukan siluet seorang pemuda tengah berdiri di atas atap apartemen. Meskipun tak jelas, ia tahu kalau pemuda itu tengah menatapnya dari atas sana.
Menunggunya. Pemuda itu sedang menunggunya.
"Mau mampir ke rumah? Aku memasak banyak makanan hari ini. Anakku baru saja pulang dari asramanya, jadi akuー"
"Maaf, Nyonya!" Geonhak sudah bersiap untuk berlari meninggalkan si ibu, "aku harus segera pulang! Permisi!"
Pemuda yang bekerja di black company itu tak mengindahkan sahutan sang pemilik apartemen yang memanggil namanya. Ia terus berlari sambil sesekali menatap atap apartemen.
Sesampainya di apartemen, dia langsung berlari lagi hingga sampai ke atap. Di tempat inilah, ia sering menemukan pemuda tadi berdiri di ujung pagar sambil menatap ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
If It Is You [LeeOn]
FanfictionKata orang-orang, ada dua tipe orang di dunia ini. Orang-orang yang memiliki hasrat untuk terus hidup, orang-orang yang dikontrol oleh 'Eros'. Dan orang-orang yang memiliki hasrat untuk mati, orang-orang yang dikontrol oleh 'Thanatos'. Dan Geonhak y...