Masih Ada Waktu

9 1 0
                                    

Lah?

Tadi malam aku bermimpi.

Tugas kuliah yang sudah tiada.

"Astagfirullah hal adzim, aku belum ngerjain tugas kuliah."

Berdiri.

Meninggalkan halu sebentar.

Mimpi yang tertunda.

Lelah yang menyatu.

"Masih jam 11 ternyata, gue tidur cuma 5 menit. Haha."

Ok, segera saja.

Aku membaringkan badan lagi.

Masih lama.

Aku pun sudah beribadah.

Tinggal menunggu jawaban kamu.

Bukan, tugas kuliah.

***
"Tumben kamu nomor kedua ngumpulin tugasnya?"

"Lelah bu Dosen."

"Istirahat."

Yaelah nih bu Dosen.

Nggak peka.

Kayak dia.

"Ibu kan memberi tugas kuliah tiap hari. Mana bisa rebahan."

"Oh, bilang dong. Besok Ibu beri tugas tambahan."

"Lah, kenapa bu?"

Bocil.

Sejak kapan dia ada di samping gue.

Dasar.

Dia emang cenayang.

"Tuh, salah satu mahasiswa Ibu ada yang protes."

"Makanya jangan protes, rasain tuh tugas numpuk buat lo."

What the hell?

Dia nggak peka juga.

Itu buat kita semua.

"Kamu juga adek manis."

"Saya?"

Yups.

Dia terkejut nya biasa aja.

"Saya kan orang pertama yang mengumpulkan tugas."

"Baru pertama aja sombong."

"Haha. Bye gue mau masuk kelas."

"Tungguin aku."

Menari di lapangan.

Bukan, di lorong kelas.

Kelas mahasiswa.

Karena esok adalah hari rebahan se-Indonesia.

"Lo kayak lagi seneng, napa?"

"Bocil, bisa nggak sehari nggak usah tanya."

"Tidak bertanya, sesat di jalan."

"Sama kayak lo. Sesat."

"Segila lo aja."

Buang aja tuh si Bocil.

Aku ingin berhalu untuk esok.

Membiarkan awang kemenangan di dalam pikiran.

Haha.

Ngomong apa sih.

Bruk.

"Sorry, mata dipake."

"Nggak logis nih orang. Minta maaf, tapi ngehina."

"Huwaa, tolongin gue."

Tarik lagi.

Lagi.

Dia emang berat.

Sama kayak beban pikiran.

"Berdiri sendiri bisa nggak?"

"Nggak bisa lah."

"Lo yang jatuhin nih Bocil, bantu tarik ke atas."

"Kalau ke samping?"

"Kamu pikir ini Hilo?"

"Tumbuh tu ke atas. Nggak ke samping."

"Woy, bantuin aku."

"Iya, sorry ya. Makanya pakai mata."

"Nggak baik bilang mata."

"Kenapa?"

"Nanti turun ke hati."

Dua makhluk ini.

Ganggu aja sih.

"Lagu nya Romeo?"

"Yiruma."

"Haduhh, kalian berdua. Itu lagu nya Afgan."

"Aduhh sayang ku, itu bukan Afgan. Tapi apa ya, lupa."

"Dasar lo ngeselin."

***
Mata ini.

Ingin terlelap.

Sebelum matahari tenggelam.

Begitu dibuka perlahan.

Masih seperti kemarin.

Ngantuk.

Bukan menjadi seger.

Ok, itu hanya pelampiasan.

"Anak-anak. Tadi si dia bilang kalau Ibu suka ngasih tugas kuliah. Berhubung seperti itu, Ibu ingin menambah semangat kalian."

"Bu si dia sejak kapan kenal sama Ibu?"

Pojok.

Enak tuh.

Bisa molor pas bahas nya kenangan.

Kepanjangan maksud nya.

"Dia?"

Dia hanya dia.

Dia lagi.

Dia lagi.

Sejak kapan, namanya diganti dia?

----

Suka📌

Sematkan ke perpustakaan anda.

Ter.balikWhere stories live. Discover now