five : the devil within us

5.4K 513 181
                                    

Sakura tidak bisa tidur malam itu.

Pikirannya melayang-layang pada satu skenario yang terus berulang di kepalanya, hangat di tubuhnya, dan terasa jelas di bibirnya.

Entah apakah karena pengaruh alkohol, atau memang Sakura sangatlah bodoh.

Mata sayu Kakashi yang meremang di detik-detik ia terpejam. Aroma tubuhnya yang begitu nikmat, tak kalah kuat dengan aroma alkohol di mulutnya. Sentuhan jemarinya yang menggelitik jiwa, begitu pula saat ibujarinya terseka lembut pada permukaan bibirnya.

Sakura menyentuh bibirnya, mengusapnya seraya membayangkan bagaimana rasa bibir Kakashi beberapa jam lalu.

Begitu santun, walau tanpa permisi. Sederhana, singkat, namun mengutas gejolak dalam hatinya.

Ia memejamkan matanya. Mengulang-ulang skenario itu. Seakan jari jemarinya adalah permukaan tipis yang lembut, hangat, mengirim sebuah kecupan lugu.

Entah berapa banyak pria yang pernah menciumnya lebih jauh dari itu.

Akan tetapi tiada satu pun dari mereka yang mampu membuat sukmanya bergelora, jantungnya berdebar, dan tubuhnya berteriak, menginginkan yang lebih—seperti saat bersama Kakashi.

"Bodoh."

Ia takut. Sangat takut.

Saat Sasuke mematahkan hatinya bertahun-tahun lalu, Sakura tak ingin merasakan cinta lagi.

Cinta hanya membawanya pada kesedihan, kebencian.

Kakashi tidak pantas menerimanya.

------------

"Kembalilah padaku, Kakashi."

Sentuhan bibirnya bagai duri yang menusuk punggung tangannya.

Ia kembali berpijak di ruang isolasi, hanya bersama Haruno Sakura, yang entah bagaimana, mulai menciumi punggung tangannya dengan mata terpejam.

Lalu perlahan tubuhnya mendekat. Tangannya menyentuh pipinya lembut.

Ia menatap kedua matanya sebelum menenggelamkan dirinya dalam sebuah ciuman.

Kakashi membuka matanya.

Matanya bergulir ke sekitar ruangan. Ia berada di kantornya, dan terik matahari sudah tepat di atas kepala. Kakashi pasti tertidur di kursinya selagi membaca gulungan misi.

Ia memutar kursinya. Kejadian selamam harus benar-benar dilupakan. Meski setengah sadar, Kakashi ingat betul bagaimana sensasi bibir Sakura saat beradu singkat terhadap miliknya.

Matanya memusat pada laporan-laporan misi lagi. Kelas B, ditulis oleh seorang genin yang tak pawai dalam menceritakan dengan runut. Tentu tidak semenarik Icha Icha Tactics, tapi setidaknya ia dapat menyibukkan pikirannya.

Seseorang membuka pintu kantornya, membuat Kakashi mengangkat wajahnya.

Shikamaru menampakkan wajah malasnya, diikuti dengan dua wanita di belakangnya.

Tsunade-sama, dan satu orang yang benar-benar tak ingin Kakashi lihat hari ini.

Sakura tak langsung menatapnya. Ia sibuk membuntuti shishou-nya di belakang, memilih untuk menatap punggung Tsunade seakan blazer hijau itu adalah benda paling menarik di ruangan ini.

"Kakashi-sama, Ibiki-san sudah menyiapkan semuanya," Shikamaru mengkonfirmasi.

Kakashi mengangguk. Alih-alih bangkit dari kursinya, ia malah kembali berkonsentrasi membaca gulungan, kemudian mengulurkan tangannya untuk membuka gulungan yang lain.

The Uses of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang