twenty three : early warning

5.3K 399 252
                                    

author's note : for those who missed Sasuke--bershabarlah karena beliau (BELIAAAU) punya peran penting dalam cerita ini <3

This chapter is--kinda Rated M? Diharapkan kebijakan pembaca ya.

---------

Orochimaru dan Karin mencermati kepala patung wanita yang kini lebih kelabu dari sebelumnya.

Tanpa kristal itu, tiada mungkin adanya tanda kehidupan di sana.

Sasuke tidak di sini.

Jika yang dikatakan Kazekage benar adanya, maka Orochimaru seharusnya bisa mengontak Sasuke. Setidaknya mencobanya.

Orochimaru memicingkan matanya pada permukaan kristal yang retak. Jari-jari pucatnya berangsur menyeka debu dan kotoran yang tertumpuk tak terawat di kilaunya. Redup dan mati. Jiwa Sasuke berada di sana, dan satu-satunya kesempatan untuk mengeluarkannya adalah mencuri kristal itu dari badan patung ini.

Berada di dalam belenggu sebuah ruang tanpa batas, di ambang kematian dan kehidupan, merupakan hal paling menyedihkan di dunia.

Setidaknya, Orochimaru pernah merasakannya saat terjebak di dalam tubuh Sasuke sampai Itachi melepaskannya.

Orochimaru mengerutkan kening. Sannin itu mengusap dagunya.

Tubuh Sasuke.

"Orochimaru-sama, kita harus pergi. Aku sudah mengirimkan kabar pada ANBU Konoha."

Karin membeliakkan mata saat Orochimaru merampas kristalnya dari patung itu. Sang wanita mengedipkan mata kebingungan, bergerak melangkah mendekati tuannya.

"Orochimaru-sama? Apa yang--"

Orochimaru menoleh ke arah Karin, kristal redup di genggamannya. Wajahnya tampak lunak dan santai, seperti biasanya. Dibalik sorot kekuningan itu tersirat berjuta akal yang tampaknya meyakinkan.

Orochimaru mengulas senyum lebar, hingga kerutan di wajahnya nampak di permukaan. Karin tahu Orochimaru sedang merencanakan sesuatu.

"Kita kembali ke markas."

---------

Kakashi membenahi topi Kage yang semula terkulai menutupi kontak mata terhadap Shizune, berdiri menunggunya di depan pintu aula besar.

Shizune membungkuk hormat.

"Hokage-sama, semuanya sudah siap."

Kakashi mengangguk, berjalan mendekat ke arah pintu.

Shizune membukakan pintunya, menampilkan aula putih luas dengan pilar-pilar ekstravagan dan lantai yang memantulkan cahaya benderang, menyadarkan Kakashi bahwa sudah lama dirinya tak melihat kemegahan seperti ini di Konoha.

Kemegahan itu tentunya tak sebanding dengan empat figur simbol kekuasaan di hadapannya.

Gaara, Sang Kazekage, langsung menangkap perhatiannya di paling tengah, duduk dengan tangan yang terlipat di bawah dagunya.

Kankurou dan Temari berdiri di belakangnya. Wajah kakak perempuannya pucat, tampak mengurus. Namun dari airmukanya yang begitu keras tentu saja wanita ini tak mau diam saat desanya dalam bahaya. Sementara Kankurou memberikan tatapan tajam yang berlangsung cukup lama, sebelum ia mengalihkan pandang ke arah sebaliknya.

The Uses of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang