twenty : every drop of innocent bloods

4.1K 406 363
                                    

author's note: Hi guys! Karya orisinilku, The Monolith, kemarin terpilih untuk disertakan di reading list WrittenInAction Indonesia (WIA Indonesia)!

Ah, senang sekali rasanyaaa walaupun usianya masih muda (chapternya masih piyik karena... waktuku tidak begitu banyak, sayangnya:")), tapi setidaknya orang-orang bisa mengenal Holton, Solas, Thyra, dan Halos!

Silakan mampir dan berkenalan dengan mereka, teman-teman!

----------

Kankurou membeku. Tangannya menetap di punggung Sakura, kaku, tak bisa bergerak.

Sakura membenamkan wajahnya pada pundak bidang Kankurou. Air mata membanjiri raga yang termangu di sana, tak percaya akan apa yang didengarnya. Pria itu bahkan tak sadar bahwa ia tengah memproses perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya daripada berusaha untuk menenangkan tangisan wanita yang dicintainya.

Patah hati. Marah. Sedih.

Miris. Takut.

Ia baru saja kehilangan keponakannya. Janin tak berdosa di dalam kandungan Temari yang direnggut paksa oleh sebuah tusukan belati biadab dari manusia-manusia tak beradab.

Dan Sakura.

Sakura mengandung seorang janin. Di tengah peperangan. Ketika Wakiya dan Madara menaruh perhatian khusus padanya.

Tenggorokannya kering. Suara terlepas, memecah, tepat dari bibirnya bergetar.

"... Kakashi-sama yang melakukan ini padamu?"

Sakura tidak bisa berkata apa-apa.

Kankurou tercekat. Pelukannya mengerat seiring air mata Sakura semakin mengalir deras.

"Sakura," Kankurou menjauhkan tubuh wanita itu, memaksanya untuk menatap matanya, lalu menegaskan suaranya, "Kakashi-sama adalah ayahnya, bukan?"

Anggukan itu pelan, namun dengan cepat pula sebuah gelengan tercipta, membuat Kankurou bingung. Emosi tersirat jelas dari kedua mata hitamnya, dan gejolak itu yang membuat Sakura menarik kembali jawabannya.

"Ini bukan salah Kakashi, Kankurou. Ini salahku, aku--"

"Bukan salahnya bagaimana?" Kankurou mengibaskan tangannya tak sabaran, "Perang sedang berlangsung dan yang terlintas di otaknya hanyalah memuaskan hawa nafsunya saja! Kukira Hatake Kakashi adalah pria terhormat--yang setidaknya, menggunakan pengaman, atau lebih baik lagi; tidak menyentuhmu sama sekali!"

"Kankurou! Aku yang memulainya, oke?!" Sakura menggesturkan tangannya pada dirinya sendiri, membuat Kankurou mengangkat alis, emosi tak kunjung surut.

"Sakura, kau bercanda."

Sakura menelan ludah, air mata masih mengalir dari matanya, dan Kankurou menarik nafas dalam-dalam. Ia merasa bersalah telah meninggikan suaranya.

Tapi kemarahan masih timbul tenggelam di dalam dirinya.

Sakura menunduk dan menyandarkan tubuhnya pada dinding di belakangnya. Dua tangannya terangkat dan membasuh wajahnya, penuh derita. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya.

Ia tak mengerti mengapa metode pengendalian kelahiran yang sudah menjadi prosedur absolut para medik--dan ia yakin bahwa ia menggunakan jutsu itu dengan benar--lepas kendali dan menyebabkan kecelakaan fatal seperti ini.

Bukan hanya waktu dan keadaan yang menjadi rintangan.

Tapi Sakura belum siap menjadi seorang ibu.

Kakashi dan dirinya menciptakan sebuah kehidupan. Darah daging mereka. Nyawa tak berdosa yang tak pernah meminta untuk hadir di dunia yang kejam ini, di tengah peperangan manusia-manusia angkuh dan serakah. Berlumuran dosa. Menyeret janin polos yang mungkin bisa terbunuh kapan saja.

The Uses of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang