Part 1

12 2 0
                                    

Khanza Anindita Praditama adalah seorang gadis yang sangat cantik bahkan auranya Mampu menarik perhatian laki-laki manapun, namun dengan sikapnya yang dingin, cuek, dan galak bisa membuat laki-laki perlahan mundur untuk tidak mengharapkannya. Jelas, mana ada laki-laki yang mau dengan perempuan seperti itu, ada cuma beberapa doang. Lebih tepatnya kebanyakan laki-laki suka sama perempuan yang kecentilan gitu deh. Khanza lebih suka di sapa dengan panggilan Acha, gadis berparas cantik, hidung mancung, pipi chubby, bulu mata lentik, iris matanya cokelat, badan langsing, tubuh tinggi, rambut sebahu yang memberikan kesan cantik pada dirinya. Sungguh sempurna bukan makhluk tuhan yang satu ini, eh kesempurnaan hanya milik tuhan. Jadi, acha lebih tepatnya hampir sempurna karena banyak kaum hawa yang iri pada nya.

Banyak kaum adam yang merasa bahwa laki-laki yang mendapatkan Acha sangat beruntung. Bisa menaklukan hati Acha dengan baik, tapi tak disangka ternyata Acha di putuskan oleh sang kekasih secara sepihak. Acha tidak menampilkan rasa kecewa atau sedih di hadapan kekasihnya, karena dia tahu derajat kaum hawa lebih tinggi daripada kaum Adam. Maka dia tidak bisa menunjukkan rasa sedih, hancur, kecewa dihadapan sang kekasih, dia tidak mau di rendahkan apalagi dilecehkan.

Setelah beberapa hari putus dengan sang mantan kekasih yang telah membuat pelangi di hati Acha membuat hari-hari Acha kembali kepada masa lalu yang gelap tak ada seorang pun yang menemani hari-hari Acha selain kedua keponakannya.

Suasana kamar yang menyelimuti hari gelap Acha, membuat Acha berusaha bangkit dari keterpurukannya. Buat apa masih memikirkan mantan, kalo mantan aja udah ada yang baru di hatinya. Ini saat nya Acha bangkit, mencari seseorang yang bisa menghiasi hari Acha.

Acha keluar dari kamar dan turun dari lantai dua rumah sang kakak atau bisa di sapa sebagai Mba atau teteh. Tapi Acha lebih suka memanggilnya Mba, bagi Acha panggilan Mba atau Mas kepada sang kakak membuat dirinya lebih berbeda dengan yang lain. Menurutnya jarang sekali orang yang memanggil kakak perempuannya dengan sebutan Mba, dan kakak laki-laki dengan sebutan Mas. Hal ini tentu menarik Acha karena berbeda dengan yang lain. Bahkan Acha dari kecil sudah diajarkan orang tuanya untuk memanggil kakak-kakaknya seperti itu.

Sampai di ruang keluarga Acha tidak menemukan siapa-siapa bahkan bisa dikatakan sepi di setiap sudut ruangan. Acha berlari menuju dapur, hanya ada Mba dan ARTnya yang sedang memasak. Ntah lah Acha tak tahu mereka sedang memasak apa, karena saat ini Acha hanya ingin minum.

"Kamu udah bangun?" Ucap Mba Sarah yang hanya di angguki oleh Acha. Mba Sarah adalah Kaka pertama Acha dari keluarga Praditama. Mba Sarah sudah memiliki dua anak yang bernama Zahra (anak pertama), dan Assa (anak kedua).

"Anak-anak pada kemana mba? Kok sepi, biasanya pagi-pagi gini udah pada berisik" ucap Acha kepada sang kakak.

"Lagi pada main di belakang" sahut Mba Sarah sambil melanjutkan aksi memasaknya.

"Mba, aku mau pulang ke Bandung" mba Sarah terkejut atas perkataan sang adek perempuan satu-satunya yang amat disayanginya.

"Cepet banget, kan masuk sekolah masih dua Minggu lagi" sahut Mba Sarah dan melihat wajah sang adek murung. Mba Sarah tahu kalo adek kesayangannya ini sedang ada masalah.

"Kamu ada masalah? Cerita sama mba" lanjutnya.

"Acha cuma pengin sendiri aja mba. Kayaknya enak sendiri gitu" alibinya. Tapi sayang Mba Sarah terlalu bisa membaca fikiran orang seperti psikolog

"Ck! Susah ya ternyata boong sama seorang psikolog gini" tawa Acha pecah diikuti Mba Sarah.

Dan akhirnya Acha memutuskan untuk menceritakan masalahnya kepada sang kakak tercinta. Acha yakin kakaknya yang satu ini selalu mengerti apa yang Acha rasakan seperti saat ini, Acha susah payah menyembunyikan rasa sedihnya di hadapan kakaknya. Acha bersyukur meskipun dia hanya bertemu sang kakak 6 bulan sekali atau bahkan 1 tahun sekali. Terkadang Acha menggunakan waktu liburannya hanya untuk bertemu dengan kakak-kakaknya atau orang tuanya yang jauh darinya.

Setelah mendapatkan izin dari Mba Sarah, Acha bergegas kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Tak butuh waktu lama sekitar 15 menit Acha sudah rapi dan cantik. Acha mempoleskan bedak tipis kewajahnya dan memakai lipbalm agar bibirnya tidak terlalu kering. Selesai merapikan diri Acha keluar kamar dan mencari kakanya untuk berpamitan sebelum menyusul sang papah ke kantornya.

"Mba, Acha pamit ya kekantor papah" pamit Acha kepada Mba Sarah.
"Tante mau kemana? Cantik banget" kata seorang anak kecil yang berusia sekitar 6 tahun ya dia adalah Zahra anak pertama dari pasangan Sarah Anindita Praditama dengan Agan Bagaskara.
"Tante, mau ke kantor kakek. Zahra disini aja ya main sama assa, Zahra ajak Assa ke rumah pohon gih" sahut Acha sambil berpesan kepada Zahra agar membawa adeknya main.

Zahra melakukan apa yang tantenya katakan, karena Zahra tau kalo assa melihat tantenya pergi assa akan merengek minta ikut. Sontak Zahra mengajak assa untuk bermain tapi hal ini justru diketahui oleh assa adeknya. Assa memang cerdas, jadi siapa pun yang mau membodohinya harus berfikir dua kali sebelum melakukannya.

"Tante, assa mau Salim Tante mau pergi kan?" Acha mengerutkan keningnya tanpa disadari oleh Acha, assa sudah menarik tangannya untuk di cium punggung tangannya Acha.
"Assalamu'alaikum, tante" lanjutnya dengan suara khas anak kecil (cadel).

Acha berlalu pergi meninggalkan rumah sang kakaknya. Acha memilih menggunakan kendaraan umum untuk menemui papahnya, dari rumah Acha memesan ojek online menuju stariun. Di stasiun Acha memesan kartu KRL tujuan Bekasi - Tanah abang, saat ini Acha mengantri membeli kartu nya terlebih dahulu.

KRL tujuan Acha sudah mengantarkan Acha dengan selamat sampai tujuan. Tanpa Acha sadari ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan, Acha pun berjalan dengan santai.

"Acha?" Sapanya sambil menepuk pundak acha.

"Ya, hai!" Sahut Acha yang terkejut kedatangan teman sekolahnya di Bandung

"Lo, ngapain disini?" Lanjutnya

"Ck! Jalan-jalan lah. Lo sendiri ngapain disini?" Tanyanya kepada Acha.

"Gua mau ke kantor papah, kebetulan gak jauh dari sini. Lo mau jalan kemana? Gua ikut boleh? Gua bosen dirumah" ucap Acha sambil menunjukkan Poppy eyes nya dan tangannya disatukan ke depan wajahnya seakan-akan memohon.

"Lah tadi bilangnya mau ketemu papah" sahut Novan sambil mengerutkan keningnya tanda tak mengerti fikirannya Acha.

"Gua ketemu sama papah mau pamit dan minta izin aja van. Jadi gak lama ko, gimana diijinin ikut jalan gak nih?" Tanya Acha kepada Novan.

"Boleh, oke gua anter Lo dulu ya ke kantor papah abis itu kita jalan. Tapi sebelumnya kita nunggu adek gua dulu." Jawab Novan sambil menunjuk ke arah loket yang menampilkan sosok adeknya Novan yang sedang antri mengembalikan kartu KRL kepada penjaga loket.

Novan temen sekolah Acha di Bandung, dia sedang liburan di daerah Jabodetabek bokapnya Novan kerja di daerah Grogol jadi novan dan adeknya memanfaatkan liburan sekolahnya untuk bertemu dengan sang ayah. Novan memiliki 2 orang adek, Nizar adek laki-laki , dan Nadia adek perempuannya. Nizar duduk di bangku SMP, sedangan Nadia masih SD jadi novan liburan di Jabodetabek hanya berdua dengan Nizar.

A Trust Behind A RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang