part 9

8 2 0
                                    

Adit masuk ke kelas Acha menghampiri Ryan.

Bugh, Satu pukulan mengenai rahang kokoh Ryan. Ya begitulah sahabat, tidak akan tega melihat sahabatnya menderita apalagi karena seorang pria. "Brengsek!! Anjing!!!!" Umpat Adit seraya memukuli Ryan brutal. Semua orang yang ada di kelas Acha tidak ada yang berani memisahkan keduanya.

Dion yang baru saja masuk kelas tercengang melihat keadaan Adit yang memukuli Ryan secara brutal. Dion langsung memisahkan keduanya.

"Lo tenang dulu, kalo Acha tau lo kek gini Acha bakalan marah. seminggu diamin Lo mau?" Tanya Dion menenangkan Adit.

"Dia brengsek, dia bajingan, wanita yang bersamanya itu pelac*r, penggoda laki orang" Adit tak sadar perkataannya itu menyakiti perasaan seseorang.

Plak
"Lo yang brengsek anjing!!!"bentak Nanda menampar muka Adit tak terima dengan apa yang telah Adit katakan.

"Lo cewe, Lo punya perasaan tapi kenapa Lo deketin cowo orang? Lo punya pacar, dibelakang pacar Lo kelakuan Lo gak jauh beda dengan jalang-jalang yang ada di club" tertohok dengan ucapan Adit, Nanda berlari keluar kelas.

Adit keluar dari kelas Acha dengan wajah yang masih merah menahan amarahnya. Disusul Dion yang melihat Adit pergi dengan amarahnya yang masih bergejolak. Bagi Dion itu suatu hal yang biasa Dion lihat ketika melihat Adit tau tentang penyebab Acha sedih.
_______________

Acha membuka matanya perlahan, hal pertama yang Acha liat hanyalah langit-langit yang berwarna putih, bau obat-obatan yang menyerbak, serta lengannya yang terasa pegal dan berat. Acha mengalihkan pandangan matanya ke arah lengannya. Bibir yang melengkung ke atas yang mampu menghipnotis para kaum Adam kini terlihat jelas di wajah Acha.

Seberapa sayangnya Novan kepada Acha sampai ketiduran ketika menunggu Acha. Acha merasa telah merepotkan Novan saat ini juga. Acha menarik lengannya perlahan karena terlalu pegal bisa-bisa kesemutan lengannya gegara ditindih Novan.

Novan yang tersusik tidurnya melenguh pelan "ngggeeuhhh...." Lalu mencari posisi ternyaman dan terlelap kembali dengan kepala di atas perut Acha. Anjirtt menang banyak Novan ya :v

Acha melihat itu terkekeh pelan semoga Novan gak mendengarkannya, tangan Acha mengelus puncak kepala Novan. "Makasih udah jagain gua" ucapnya

"Acha!" Novan terbangun dan memeluk Acha. Bahagia itu lah yang Novan rasakan ketika Acha telah sadar "kamu butuh apa? Mau minum gak? Masih ada yang sakit gak? Aku panggil dokter ya" tanya Novan bertubi-tubi kepada Acha. Acha hanya terkekeh geli melihat Novan yang seperti itu.

"Ck! Gua pusing Van" jelas Acha

"Gua panggilin dokter bentar ya"

"Gua pusing dengerin Lo ngomong, mending Lo tinggalin gua sendirian disini. Gua mau tidur" tutur Acha, Novan menghela nafasnya kasar.

Bagaimana dia harus meninggalkan Acha sendiri dengan kondisi seperti ini, wajah pucat, selang oksigen masih menempel di hidung Acha. Haruskah ia menuruti kemauan Acha? "Ya udh gua keluar, Lo kalo ada apa-apa langsung panggil gua ya. Gua tunggu lo di ruang tunggu UKS. Cepet sembuh Achanya Novan hehehee".

Acha tersipu malu mendengar perkataan terakhir dari Novan. Apa tadi katanya? Achanya Novan, ngigo kali tuh orang. Bodoamat lah gua ngantuk.

Sepeninggalan Novan di ruangan Acha sekarang hanya keheningan yang ada saat ini. Hening yang membuat Acha nyaman, tenang dan melupakan semua masalahnya.

Acha bangkit dari brangkar dan keluar dari ruang kamar dirawatnya. Acha tidak menemukan siapa-siapa di ruang tunggu UKS nya, mungkin Novan sudah kembali mengikuti KBM. Sudah lah, saat ini saatnya untuk mengikuti KBM.

Di kelas Acha fokus memperhatikan papan tulis dan penjelasan dari guru yang mengajar, berbeda dengan Marsya teman sebangkunya yang sedang asik melihat oppa-oppa Korea. Acha mulai sibuk mencatat materi yang telah dijelaskan oleh gurunya, tanpa sadar gurunya berhenti di meja Acha menatap marah Marsya.

"Marsya!!!" Bentaknya

"Ah iya pak" kaget Marsya melihat pak bawal sudah berdiri di sampingnya

"Sedang apa kamu?! Kemarikan hp mu dan silahkan bersihkan taman belakang sekolah" perintahnya yang sudah tidak bisa dibantah oleh siapapun. Marysa yang sudah ketakutan langsung keluar menuruti perintah dari guru bawelnya.

Marsya berjalan tanpa melihat arah, tanpa sadar tubuhnya bertabrakan dengan dada bidang milik orang yang tidak dikenalnya.

"Sorry, gua gak liat" ucap Marsya bergetar ketakutan.

Cowo yang melihat tingkah Marsya merasa ada yang aneh dengan gadis di depannya. "Ya" cueknya.

"Oh kak Leon, maaf kak" Marsya mendongak melihat siapa yang di tabraknya dan ternyata yang di tabraknya kaka kelas yang selama ini satu organisasi dengannya dan juga Acha. Tapi kok kak Leon ke koridor kelas 11 ngapain? Batin Marsya.

Leon tak menghiraukan tatapan aneh dari adek kelasnya, memang tak jarang Leon di perlakukan seperti itu oleh siswi-siswi di sekolahnya. Wajah tampan, putih, bersih, tinggi, tapi sayangnya jutek dan garang banyak yang takut dan banyak juga yang merasa kagum padanya.

Sampai di lokasi tujuannya, Leon mengetuk pintu dan mengucapkan salam setelah berhasil membuka pintu kelas XI MIPA 3. Langsung saja Leon mengutarakan tujuannya ke kelas ini kepada guru yang sedang mengajar.

"Acha, Marsya silahkan keluar kelas, bawa tasnya sekalian dan jangan harap kalian bisa ikut pelajaran beberapa Minggu kedepan" ucap pak bawal tegas mengusir Acha dan Marsya.

Acha dan teman-teman kelas yang mendengar penuturan dari pak bawal hanya menganga tak percaya. Bagaimana ini bisa terjadi, padahal Acha tidak melakukan apa-apa. Ingin memberontak tapi mengingat beliau gurunya mengurungkan niatnya.

Acha bediri meraih tasnya dan tas milik Marsya, berjalan kedepan kelas bersalaman kepada guru yang sedang mengajar dan mengucapkan salam meninggalkan kelas.

A Trust Behind A RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang