part 7

10 2 1
                                    

Agan yang sedari tadi menemani Nizar, melupakan istri dan anaknya yang berada di rumah. Seharusnya jam 6 sore dia sudah ada dirumah bercengkrama dengan anak dan istrinya. Namun karena dia disuruh Acha untuk menjaga Nizar sementara waktu.

Ceklek

"Anda siapa?! Ngapain anda disini!?"tanya tantenya Novan.

"Saya hanya menjaga Nizar disini, kondisi Nizar sudah membaik dari pada sebelumnya. Kalo begitu saya pamit" ucap Agan sambil keluar dari ruang rawat Nizar.

Di tengah jalan menuju kamar Novan, Nizar sempat bertemu dengan Rahman anak buahnya yang ia kirimkan ke Bogor.

"Lo? Gak apa-apa?" Tanya Agan sambil menepuk pundak Rahman.

"Gua gak apa-apa, ck Lo pasti ngiranya gua korban kecelakaan KRL ya" sahut Rahman sambil tertawa

Membuat Agan bingung dibuatnya. Biarlah yang penting anak buahnya sehat walafiat, dan Agan teringat Acha saat ini.

"Gua duluan nyusul adek gua" kata Agan sambil berlalu meninggalkan Rahman mematung ditempat

Rahman yang ingin keruangan sang keponakan pun tak ingat saat ini. Dia benar-benar lupa akan niatnya sekarang ini.
-----------------------------------

Diruang rawat Novan, Acha menangis tanpa henti. Melihat kondisi Novan yang memucat, lemas, dan tanpa ekspresi membuatnya semakin sesak di dada Acha. Acha sungguh tidak mau kehilangan Novan entah kenapa Acha sudah mulai menyayangi Novan.

Acha menggenggam tangan Novan, menaruh punggung tangan Novan kepipinya. Sungguh Acha tidak bisa menghentikan tangisnya.

"Bu Bu-ka mata Lo Van, gua gak akan na-ngis lagi gua janji Van. Ta-pi Lo ha-rus bu-ka ma-ta Lo Van, please! Gua mo-hon Van" ucap Acha lirih dengan sesenggukan.

Tak lama kemudian Acha tertidur di atas lengannya Novan. Novan yang merasakan ada yang menyerpa hangat dan berat pada lengannya membuka matanya perlahan.

Betapa terkejutnya Novan melihat Acha tertidur di lengannya, tak tega Novan membangunkan Acha. Tapi Novan butuh air saat ini. Mau gak mau Novan menarik lengannya secara perlahan agar tidak menggangu tidur Acha.

Acha yang merasakan tidurnya terusik berusaha mencari tempat ternyaman. Acha masih belum sadar kalo Novan sudah tersadar dari tidurnya.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seorang cowo berparas tampan, tubuh tinggi, rahang tegas, dan mata tajam tersenyum kepada Novan.

Novan yang tak mengenalnya pun hanya mengerutkan keningnya.

"Mau minum? Sini gua bantu" kata Agan

Agan membantu Novan untuk duduk dan mengambilkan air di atas nakas yang letaknya tak jauh dari Novan.

Novan menerima air tersebut dan meminumnya hingga setengah .

"Makasih" ucapnya sambil menatap heran orang yang telah memberikannya minuman.

"Gua Agan, abangnya Acha" Agan yang mengerti tatapan Novan pun menjawab semua pertanyaan yang ada di otaknya Novan. Novan mengangguk paham ucapan Agan.

Novan melihat Acha yang sedang tidur, hingga tak terasa Novan menatap Acha dengan tersenyum.

Lo cantik, keliatan tenang, nyaman, dan damai pas tidur. Gua suka, mata Lo sembab gua tau Lo nangisin gua. Maaf udah bikin Lo khawatir batin Novan

Novan mengelus pucuk kepala Acha, Acha yang merasa nyaman di perlakukan seperti itu membuatnya tertidur pulas. Tapi tak lama kemudian Acha mencari sebuah tangan yang tadi di genggamnya.

Acha terbangun dari tidurnya, dan menatap Novan yang tengah menatapnya. Acha senang Novannya kini sudah sadar dan tersenyum kearahnya. Refleks aja memeluk Novan di depan Abangnya.

Bang Agan yang melihat Acha memeluk Novan menahan amarahnya, Acha tak pernah diajarkan untuk memeluk seseorang yang bukan muhrimnya apa lagi kini Acha yang memeluknya duluan.

Novan yang melihat Agan menahan amarahnya, melepaskan pelukan Acha. Novan senang Acha memeluknya tapi saat ini situasinya tidak memungkinkan.

"Ekhm!" Dehem Agan dan Acha menengok melihat siapa yang berdehem. Terkejut ya pasti

"Abang, Acha refleks. Acah gak sengaja, Acha bahagia liat Novan udah sadar" ucap Acha menundukkan kepalanya

"Udah malam, Acha pulang di jemput supir" tegas Agan kepada Novan.

"Abang yang jagain Novan, kamu pulang" lanjutnya

Acha berjalan menuju pintu ruang rawat Novan sambil menundukkan kepalanya. Tanpa sadar ada seseorang yang lebih dulu membuka pintu ruangan Novan.

"Lho! Gan, Lo kok disini? Ada Acha juga" ucap Rahman yang terkejut melihat orang yang di kenalnya.

Acha mendongak melihat siapa yang datang, Acha tersenyum kepada orangg tersebut.

"Acha nganter Novan ke rumah sakit om bareng sama Abang" kata Acha sambil tersenyum.

"Novan ponakan Lo? Gua balik dulu ya sama Acha" pamit Agan kepada Rahman dan keluar menarik tangan Acha keras.

Acha tahu abangnya saat ini sedang marah, tapi mau bagaimana lagi kalo sudah seperti ini susah untuk menenangkan abangnya.

Agan tetap lah mendiami Acha untuk menahan amarahnya. Agan tahu kejadian tadi memang tidak di sengaja, hanya saja Agan takut harga diri Acha dibilang murahan oleh orang lain.

Acha yang merasakan perutnya bergetar tanda lapar di tahan karena takut Agan semakin marah kepadanya. Agan akan marah kepada Acha apabila Acha telat makan, tapi mau bagaimana lagi Agan sedang marah kepada Acha dan Acha pun tak berani berbicara kepada Agan.

-----------------

Acha tertidur di dalam mobil dengan kondisi menahan lapar, terakhir makan saja pas di cafe bareng dengan Novan ditambah lagi Acha tidak sarapan pagi tadi. Ya sudah lah Acha tidur untuk menghilangkan rasa laparnya.

Agan yang melihat Acha tertidur dengan mata sembab, tangan di perut, kepala miring membuatnya mengilu. Bagaimana dia tega melihat adeknya tidur seperti itu, Agan tahu Acha lapar tapi Acha tak berani mengatakannya.

Berhubung Agan mengambil jalan melewati cafe Acha, Agan memberhentikan mobilnya di tempat parkir yang telah di sediakan cafe Pertama. Ya nama cafenya Pertama, cafe ini milik Acha, Acha yang membukanya dengan uang tabungannya.

Agan membangunkan Acha "Acha? Bangun yuk, udah sampai ini" sambil mengelus kepala Acha pelan.

"Udah dimana bang? Kok rame banget" tanya Acha dengan suara parau nya

"Cafe pertama, kita makan dulu yuk. Abang laper" bang Agan juga mengakui bahwa dirinya juga lapar seperti Acha

"Acha gak bawa dompet, makan di rumah aja udah yuk" ajak Acha kepada abangnya. Tapi tak di hiraukan oleh Agan

Agan keluar dari mobilnya langsung masuk ke Cafe tanpa mengajak Acha sedikit pun. Sadis itu lah Agan.

Acha berjalan keluar dari mobil untuk masuk ke dalam cafenya menyusul Agan yang meninggalkannya.

A Trust Behind A RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang