semesta,
dan jalannya yang rumitmanusia selalu menangis
dalam ketetapannya yang jahat
padahal,
ia hanyalah tabir
sebagai seorang pendosa,
manusia berhak tertawaBegini, alasan kenapa manusia tidak pernah bisa mengenal manusia lain seutuhnya adalah karena begitu banyak rahasia yang jauh ia sembunyikan di dalam hatinya. Sebaik-baiknya manusia adalah keburukan. Hanya saja, ada yang memiliki satu kata tapi beribu wajahnya. Ada juga yang memiliki satu wajah, tapi banyak sekali katanya.
Semesta tidak percaya siapa-siapa, yang hanya ingin ia ketahui adalah siapa pun kamu, kalau tidak bisa mengikuti ketetapannya, sudah, lebih baik menyerah saja. Namun, walau sudah terlalu lama lelah, ia masih belum mau menyerah. Setitik harapan yang sedang ketakutan ini adalah hidupnya.
"Apa kamu takut?" tanyanya setelah menyimpan satu kecupan dari Zara.
Zara tidak menjawab. Gadis itu terlalu tekejut dengan apa yang disembunyikan Dima selama ini, dan yang sedang dilakukan Dima saat ini. Tentang dirinya yang lain, tentang senyumnya yang terasa ganjil, perlahan ia sudah bisa memahami. Setelah beberapa saat, Dima menyingkir dari atas tubuh Zara dan membiarkan gadis itu duduk.
"Tenang saja, aku hanya ingin mencuri satu ciuman lagi darimu. Bibirmu benar-benar membuatku tidak tahan. Meskipun sebenarnya aku sangat ingin menyentuhmu, kali ini aku tidak akan melakukannya. Karena sepertinya si Cengeng itu sudah benar-benar mencintaimu."
Zara tidak langsung berbicara. Namun, gadis itu memiliki pertanyaan yang sama di kepalanya.
"Dasar sialan! Siapa kamu?"
"Apa kamu masih belum mengerti?"
"Ini terlalu mengejutkan, Dima. Bagaimana aku bisa mengerti?"
Dima mengembuskan napas panjang. "Mau mendengar satu cerita?"
"Aku sedang tidak ingin mendengar kamu bercerita. Aku hanya ingin kamu menjelaskan semua tentang ini kepadaku."
"Makanya kamu harus tahu masa laluku."
"B-baiklah." Dima tersenyum. Lalu, laki-laki itu mulai bercerita.
Katanya, dulu ada manusia yang tidak tahu. Padahal ia tidak pernah meminta dilahirkan. Akan tetapi, semesta memaksanya untuk bergabung di dalam sebuah jalur kehidupan yang tidak pernah ia semogakan.
Ia terlahir di dalam keluarga yang tidak harmonis. Sepasang manusia itu tidak saling mencintai. Setiap hari, yang ia ingat hanyalah sebuah teriakan dan makian yang memekakan telinga. Ia tidak dicintai. Ia bahkan tidak pernah dicintai.
Setiap malam, laki-laki yang seharusnya ia panggil dengan sebutan 'bapak' itu kelakuannya hanya mabuk-mabukkan dan menghabiskan uang. Sedang perempuan yang seharusnya ia pangil dengan sebutan 'ibu' itu terlalu keras bekerja untuk menutupi semua kekurangan.
Di balik celah pintu, ia hanya bisa memerhatikan dengan badan yang bergetar dipenuhi ketakutan. Malamnya tidak pernah damai. Ketika keheningan itu datang, gelap selalu merundungnya. Ia sangat ketakutan. Hanya, semesta seperti tidak pernah mendengarkan doa-doanya.
Seperti, ia lahir hanya membawa beban saja. Ia tidak pernah diinginkan keberadaanya. Bahasa-bahasa yang kasar itu adalah makanan sehari-harinya. Sampai tiba pada sebuah malam dan hujan, ia dipaksa dikurung di dalam sebuah kamar karena ketahuan akan mencuri makanan diam-diam.
"Bagus, ya, Dima. Kamu mau jadi seperti Bapakmu yang tidak berguna itu? Kita ini orang susah, Dima. Sudah bisa makan saja sudah beruntung. Jatahmu untuk makan sudah habis!"
"Tapi Ibu, aku lapar sekali." Anak laki-laki itu tidak menangis. Anak laki-laki itu hanya menyampaikan ketidakmampuannya.
"Kamu pikir Ibu tidak lapar? Tentu saja Ibu juga lapar. Tapi setiap Ibu mendapatkan uang, Bapak kamu selalu mengambilnya dan dihambur-hamburkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
sudah, istirahatlah
RomanceSemesta sudah sakit. Yang membuat hati manusia sarat akan penerimaan, penolakan akan kehilangan, lalu sedikit kepulangan yang selalu kita nanti-nantikan, berjuanglah. Kepada sepasang kaki yang terlihat sudah sangat lelah berlari, sebentar lagi. Seb...