Sebuah Kemanusiaan

41 4 0
                                    


Selamat membaca!


   Arloji miliknya yang indah menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit di pagi hari, dan itu berarti Joe bisa saja terlambat untuk sampai ke restoran, karena ia harus tiba di restoran pukul tujuh lewat empat puluh lima menit. Tepat lima belas menit sebelum restoran dibuka. Tak berfikir panjang, Joe hanya membasuh wajahnya dan setelahnya ia bergegas menggunakan pakaian kerjanya, juga tak lupa ia membawa tas selempang kesayangannya untuk barang-barang yang perlu dibawa.

Joe berlari tergesa-gesa untuk mengunci pintu apartemen kecil miliknya, beruntung sekali pagi ini Joe langsung mendapatkan taksi yang dapat mengantarnya ke restoran tempatnya bekerja. Pada hari-hari biasanya Joe selalu mengayuh sepeda untuk sampai ke restoran, namun hari ini ia terlambat untuk bangun dan apa boleh buat. Joe harus mengeluaran lebih banyak uang untuk biaya taksi yang ia gunakan.

* * *

   Entah kenapa hari ini sepi kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan, tetapi hal itu sangat  menguntungkan bagi Joe karena ia dapat sampai di restoran dengan lebih cepat. Akhirnya Joe sampai di restoran pada pukul 6.42 , beruntung sekali ia tidak terlambat lagi. Manager restoran yang melihat Joe hampir terlambat untuk datang lantas menghampiri Joe sambil menepuk dahinya sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

   "Wah ... wah ... beruntung sekali dirimu nak. Karena belum terlambat, kamu gak dapat hukuman hari ini. Ingat ya Joe , kau sudah tercatat dua kali terlambat bulan lalu , dan bulan ini kau sudah terlambat dua kali juga. Apabila terjadi yang ketiga, dengan berat hati aku harus memberhentikanmu," tegas sang manager restoran.

   "Tetapi dirimu akan sangat kesulitan untuk menemukan pelayan yang ramah nan baik sepertiku nantinya," kekeh Joe membanggakan dirinya sendiri. Mendengar perkataan Joe , sang manager tidak berbicara sepatah katapun dan pergi begitu saja .

   Joe memang cukup terkenal dengan keramahannya di kota tersebut, karena selain menjadi pelayan ia juga mengantarkan pesanan makanan ke rumah-rumah disekitaran restoran. Selain itu, apabila juru masak sedang sakit ataupun izin, Joe juga dapat menggantikannya karena masakannya yang dinilai cukup lezat. Namun dibalik itu semua, apabila suasana hati dan pikirannya sedang kacau, ia akan menjadi sangat pemalas hingga dapat melalaikan pekerjaannya begitu saja.

* * *

   Sudah tengah hari, mentari begitu terik di puncak tahtanya. Telah tiba waktunya untuk beristirahat, Joe dan beberapa staf restoran lainnya terlihat sedang bersantai diruang istirahat sambil berbincang dengan santainya. Ditengah kedamaian tersebut, tiba-tiba sang manajer datang membanting pintu ruangan istirahat dan memberitahu kepada seluruh bawahnnya bahwa sedang terjadi keributan pada toko buah yang berada di seberang restoran. Joe dan para staf yang penasaran dengan gesit keluar dari ruangan istirahat dan melihatnya dari jendela restoran.

Terlihat dengan jelas ada dua orang berkulit gelap yang terlihat seperti sedang beradu argumen. Tiba-tiba ada seseorang yang berkulit putih mengambil buah apel dari toko buah tersebut dan melemparnya tepat kearah dua orang yang sedang beradu argumen tersebut. Tidak terima kedua orang tersebut balik melemparkan buah-buahan yang berada di samping mereka dan keributan besar beserta suara gaduh tak karuan sulit untuk dihindari.

* * *

   Selang beberapa menit akhirnya petugas dari kepolisian setempat datang untuk melerai mereka bertiga. Terlihat ada enam polisi yang datang mengendarai dua buah mobil, orang berkulit putih tadi yang melemparkan buah apel langsung diborgol dan memasuki salah satu mobil polisi tersebut. Naas sekali nasib dua orang lainnya , karena kepala mereka dilempari dengan buah-buahan dan terkena lemparan batu kerikil oleh orang tidak dikenal lainnya saking rusuhnya keributan sebelum polisi datang. Karena hal tersebut, salah satunya mengalami luka dikepala dengan darah yang masih mengalir. Tidak diobati atau apa, kedua orang berkulit hitam tersebut tetap dipaksa masuk ke dalam mobil para polisi.

Perlakuan aparat kepolisian di kota kami terhadap orang berkulit gelap memang terkenal lebih kasar daripada ke orang berkulit putih. Itu semua terjadi karena mayoritas aparat kepolisian di kota ini adalah orang berkulit putih, bahkan rasanya tidak ada yang berkulit hitam. Dan mereka memiliki anggapan bahwa semua orang berkulit gelap adalah orang jahat.

Miris sekali karena banyak dari masyarakat yang minim pemahaman dengan hal tersebut dan masih saja berfikir demikian. Ras yang lebih jarang ditemui kerap dipandang sebelah mata oleh orang-orang di kota ini. Masalah kemanusiaan seperti ini sudah kerap terjadi, dan membuat orang-orang termasuk Joe menjadi geram. Namun apa boleh buat, orang-orang di kota ini terlalu takut untuk berurusan dengan hal sensitif seperti itu apalagi melihat kekuatan oknum kepolisian yang dapat membuat seseorang menjadi tersangka dengan mudahnya padahal tidak melakukan hal apapun.

* * *

Satu minggu kemudian ....

   "Wah siang ini hujannya deras sekali ya!" ujar seorang pelayan restoran.

   "Iya, karena mendung dan hujan ditambah lagi angin yang cukup kencang, restoran menjadi sepi pengunjung," sambung Joe menanggapi salah seorang pelayan.

   "Tetapi untungnya pagi tadi lumayan ramai, jadi restoran masih memiliki pemasukan untuk hari ini," ujar pelayan restoran itu lagi. Kali ini Joe tidak menanggapinya untuk kedua kali dan hanya terdiam melihat air hujan dari langit yang jatuh ke daratan dengan kencangnya dibawa angin yang berhembus.

   Setelahnya Joe pergi meninggalkan tempat makan restoran dan menuju ke kamar mandi untuk membuang air kecil sebentar. Keluar dari kamar mandi, ia mendengar suara tembakan yang keras bersamaan dengan teriakan yang keras pula dari arah luar restoran. Karena penasaran, Joe langsung berlari untuk melihatnya.

Dari jendela restoran terlihat dengan samar ada seorang gadis yang dicekik lehernya oleh seseorang yang menggunakan kaus berwarna hitam sambil membawa pistol di tangannya yang sedang mengarah ke langit-langit. Kejadian tersebut membuat seisi restoran menjadi terkaget tak dapat berkata-kata sekaligus ketakutan.

   "Apa-apaan ini?! Hujan dibawah awan hitam serta angin yang kencang ada seseorang yang membawa pistol sambil mencekik leher seorang gadis! Ini sebuah tindakan kriminal!" Joe berbicara didalam hatinya.


* * *

   Gadis tersebut didorong dengan keras hingga tersungkur ketanah dan kepala gadis itu sepertinya membentur kerasnya tubuh lampu jalan, gadis tersebut berteriak dan dengan sekejap orang dengan pakaian serba hitamnya tersebut mengarahkan pistolnya kepada gadis tersebut dan ....

DOR !! DOR !! DOR !!

Tiga kali suara tembakan yang terdengar. Seluruh tembakan yang diterima gadis tersebut jelas membuatnya langsung terdiam dan tak berdaya sekaligus tak bernyawa.

Beberapa saat kemudian, orang dengan kaus hitam tersebut menaruh ujung pistol tepat diatas dahinya.

DOR !!

Dengan sekejap tembakan itu dilepaskan dan jasad mereka berdua dengan darah yang mengalir bersama dengan air hujan yang telah turun ke tanah membuat genangan air disekitarnya menjadi berwarna kemerahan. Berada dibawah awan gelap, kejadian yang baru saja mereka lihat menambah ketegangan seisi restoran.

Sang manager restoran yang turut melihat kejadian tersebut langsung menelfon kepolisian setempat untuk menangani peristiwa yang baru saja dilihat didepan mata kepala para staf-nya sendiri.

To Be Continued

* * *

Feeling better after read the story?

See ya!

~ Daorza ~


Our Beautiful World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang