Perencanaan Untuk Masa Depan

12 4 11
                                    


   Joe dan yang lainnya telah kembali ke rumah Dellon, terlihat semuanya sedang dengan kesibukannya masing-masing. Terlebih lagi, pada bagian garasi rumah Dellon terlihat banyak orang yang datang, Joe dan yang lainnya benar-benar tidak mengenali orang-orang itu. Memberikan salam lalu perlahan memasuki ruang tengah.William, Dellon, serta Grace sedang berbicara dengan seorang laki-laki, sementara itu di sudut ruangan terlihat pula Thomas dan Ingrid yang sedang sibuk melihat monitor komputer, entah mereka berdua sedang apa.

   "Permisi, ada ramai-ramai apa di sini?" Patricia bertanya.

   "Oh kalian baru datang? Kemari dan duduk lah," ujar Dellon.

Ternyata Dellon sedang berbicara dengan seorang desainer interior, pagi tadi saat Joe dan yang lainnya tidak ada dirumah, ternyata Ingrid merencanakan sebuah ide gila. Ingrid sudah merencanakan untuk membuat sebuah kafe kecil dengan merombak rumah Dellon, tentu saja dibiayai oleh William.

Joe terkejut mendengar hal tersebut, untuk apa William yang memiliki banyak cabang perusahaan dan telah sukses membuat kafe di tempat seperti ini. Selain itu mengapa Dellon dengan mudahnya menyetujui untuk merombak rumah peninggalan orang tuanya yan seharusnya menyimpan banyak kenangan.

   "Apakah kalian ingat? Dulu ketika kita masih duduk di bangku sekolah aakhir, kita semua pernah bermimpi untuk membuat usaha bersama dan sukses bersama. Kebetulan Ingrid mengatakan idenya tersebut lalu aku menjadi teringat. Lagipula apa salahnya mencoba menjalankan usaha kembali dari nol? Pasti semua orang akan merasakan perjuangannya ketika mereka baru memulai sebuah usaha," ucap William dengan tubuh tegap dan dagu yang sedikit naik.

* * *

   Impian mereka semua yang hampir terlupakan, kini akan menjadi kenyataan. Membuat sebuah usaha bersama-sama, hingga dapat sukses bersama. Konsep kafe yang diberikan Ingrid adalah konsep kafe sebagai tempat untuk bersantai, dengan interior klasik serta menu kafe yang kekinian. Ingrid sebagai penggagas ide ini diminta oleh Dellon untuk mendesain brosur serta segala macamnya untuk mempromosikan kafe kepada orang lain. Hari itu juga semua persiapkan disisiapkan William juga yang lainnya dengan begitu matang.

Desainer interior dan orang-orang yang berkaitan dengan rencana pembangu an kafe di rumah Dellon sudah pergi. Joe dan yang lainnya kini bisa sedikit tenang. Hingga saat matahari baru saja meninggalkan tahta tertingginya, Joe dibantu Noah dan Grace menyiapkan makan siang untuk yang lainnya. Harumnya aroma nasi goreng dengan jamur juga potongan daging ayang kecil diatasnya. Karena bahan-bahan semalam masih tersisa, Joe kembali membuat es limun sebagai penyegar setelah makan.

   Meja makan sudah terisi penuh dengan hidangan makan siang. Dengan perlahan mereka memakannya, tetapi seperti tidak berlaku bagi Patricia yang langsung melahap makanannya. Jelas saja Patricia menyelesaikan makannya lebih dulu daripada yang lainnya. Lalu, saat yang lainnya baru selesai makan, Patricia sudah menghabiskan es limunnya dan bersiap kembali ke kamar.

   "Kak Will, sehabis ini temani kakakku ambil barang di bar ujung jalan ya!" pinta Grace dengan lembut.

   "Bar yang hampir bangkrut itu? Mau ambil barang apa Dellon di sana?" tanya William.

Dellon yang tadinya sedang berbicara dengan Thomas mendekati William dan menjawab pertanyaannya. "Grace nitip pohon bonsai sama istri pemilik bar itu."

William merasa sedikit aneh, "Eh? Pohon bonsai? Seriusan cuma begitu?"

   "Hehe, iya Cuma pohon bonsai. Sekalian kak Will jalan-jalan sana," kata Grace tersenyum.

William menghembuskan napasnya pelan. "Iya deh kalau begitu, di rumah terus juga suntuk."

Setelah itu William pergi mengambil kamera miliknya, ia berpikir siapa tau ada objek yang indah untuk dijadikan objek foto. Sementara itu, Dellon pergi ke kamarnya untuk mengambil sejumlah uang untuk membayar pohon bonsai pesanan adiknya dan tak lupa mengajak Joe yang terlihat sedang bersantai di atas sofa.

Our Beautiful World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang