Bintang Kenangan Semesta

17 4 25
                                    

   Di bawah langit semesta nan indah, dipenuhi cahaya bintang bersamaan dengan cahaya sang purnama yang sedikit terhalang awan malam menghembuskan angin sejuk. Begitu indah langit ini, begitupun dengan bumi yang dipijak dan seisinya. Namun tidak dengan para manusia ... walaupun tidak semuanya, pada kenyataan yang ada banyak yang tidak indah dari segi luar maupun dalam. Merusak, menghancurkan, serta memperburuk ciptaan tuhan termasuk dirinya sendiri.

* * *

   Joe dan yang lain begitu menikmati malam ini, dengan hidangan daging pilihan serta es limun yang amat melegakan tenggorokan menjadi pelengkap acara malam ini. Acara makan-makan malam ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Di sela-sela waktu, Joe mencoba memperkenalkan Noah kepada yang lainnya. Untungnya kehadiran Noah mendapatkan respon yang sangat baik dari teman-teman Joe.

Setelah menghabiskan makanannya, Joe melihat William yang kembali menatap langit dengan tenang sambil tersenym dengan melipat kedua tangannya. Lalu Patricia, seperti biasanya, ia bagian yang menghabiskan makanan yang masih tersisa di meja makan. Semua dilahap hingga habis tanpa sisa sedikitpun. Terkadang hal itu juga membuat teman-teman yang lain bingung, porsi makan dari Patricia sangatlah besar, namun tubuhnya tetap ramping tanpa lipatan.

Setelah itu Joe menghampiri Noah yang sedang duduk manis. "Hei Noah!" panggil Joe.

   "Eeh? Ada apa Joe?" sahut Noah.

   "Lihatlah ke atas langit!" Noah mendongak melihat langit. " Lihatlah bintang yang itu -lalu yang itu," ujar Joe sambil menunjuk bintang-bintang di langit.

   "Wah..! Ursa Mayor ya! Itu sangatlah indah!" Noah dengan matanya yang berbinar-binar melihat bintang itu.

   "Jadi kamu juga tahu tentang rasi bintang itu ya?" tanya Joe yang sedang menanatap Noah.

Noah mengangguk, "Saat Jonathan, kakakku masih ada. Ia kerap mengajakku pergi ke atas atap rumah kami untuk melihat bintang-bintang di malam hari. Ia juga selalu memberitahukan kepadaku apabila terlihat sebuah rasi bintang"

   "Oh iya, berarti kakakmu itu mengerti tentang bintang di langit ya. Kakakmu itu orangnya seperti apa?" lanjut Joe bertanya.

   "Ia adalah orang yang sangat perhatian serta seorang pekerja keras, hatinya sangat lembut. namun sayangnya ia adalah pecandu rokok! Semenjak menginjak usia tiga belas ia sudah mengenal rokok, ia bercerita kepadaku semenjak umur enam belas ia sudah rutin menghabiskan satu hingga dua bungkus rokok perhari, hal itu juga dipengaruhi oleh lingkungan pertemanan yang buruk. Bahkan saat ia sedang stress, ia dapat menghabisi hingga empat bungkus rokok. Karena kebiasaan buruk itu ia terkena kanker paru-paru yang sudah sangat telat untuk diketahui, saat memeriksa kanker itu sudah dalam Stadium terakhir. Hingga pada saat terakhirnya, aku sedang berada dalam pelukan hangat kakakku."

  "Kelihatannya kau sangat peduli dengannya. Hei aku ini bukan perokok loh, dan pelukanku tak kalah hangat, benarkan?" Joe memicingkan mata sambil tersenyum mencoba menghibur Noah.

Wajah Noah memerah lalu memalingkannya dari pandangan Joe.

Tak lama setelahnya Noah kembali menatap wajah Joe. "Ngomong-ngomong soal pelukan ... saat kau memelukku, entah mengapa aku merasakan perasaan yang sama dengan pelukan Jonathan. Oh iya, kalau tidak salah, sebelumnya dirimu menyebutkan nama Norah kan?"

Joe menunduk lalu tertawa kecil, "Itu cerita di masa lalu yang teramat panjang dan berharga bagiku, aku tak akan pernah melupakannya!" ujar Joe.

   "Walaupun ceritanya panjang, biarkan aku mendengarkannya, boleh kan?" Noah meminta kepada Joe dengan tatapan yang penuh harapan.

Our Beautiful World [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang