Welcome Back, Sir...

21 1 0
                                    

Bulan Juli 2020. Aku menunggunya dengan begitu cemas. Aku takut sesuatu akan terjadi padaku. Aku menunggunya benar-benar sangat cemas. Walaupun kami tetap berkabar. Tapi itu tidak membuatku cukup mengurangi rasa kecemasanku. Ketika dia masuk ke asrama, aku bilang padanya, aku tidak akan bertemu dengannya walau dia mendapatkan waktu sengangnya. Raut mukanya sedih. Tapi kita berjanji, jika dia mendapatkan kembali ponselnya dia akan menghubungiku. Ini menguji kesetiaanku padanya. Aku yang memutuskan ini. Hubungan kami berjalan dengan lancar.

Hari ini tanggal 20 Juli 2020. Akhir dari cemas yang menghantuiku. Akhirnya dia menyelesaikan kewajibannya dengan tuntas dan baik. Tak ada pesta penyambutan. Aku bersabar. Dia pasti ingin bertemu dulu dengan orang tuanya. Aku sengaja tidak menghubunginya. Aku hanya tetap menunggu saja. Karena 20 Juli mempunyai hari yang sangat panjang.

Sampai dini hari, aku masih bertahan untuk menunggunya. Mungkin dia lupa padaku. Atau dia memang sedang melepas rindu pada orang tuanya. Aku putuskan untuk tidur saja.

Pukul 4 pagi. Ponselku berdering.

" Eummm, yoboseyo?" kataku dengan serak.

" Kau keterlaluan. Kenapa tidak membukakan pintu?" kata orang diseberang sana.

" Ini siapa? Hyejin Eonni kah?" kataku, masih terkantuk.

" Tolong, bangunlah dulu dari mimpimu. Aku sudah ada di depan pintu."

" Oke tunggu disitu. Aku akan bergegas membuka pintu."

Aku mengenakan sandal rumahku dan bergegas membukakan pintu.

" Hormat, Saya Komandan Lee Jin Ki, sudah menunggumu sejak 1 jam yang lalu."

Aku terkaget.

" Laporan selesai. " katanya lagi, dia membuyarkan lamunanku.

" Nona, bisakah kau membiarkanku masuk dulu?"

Dengan lengkap memakai seragam nya. Topi baretnya yang khas. Seragam itu sudah ia kenakan seharian apa bagaimana?

" Kenapa tidak menunggu pagi saja baru kau kesini? Untuk apa kau kemari pagi buta seperti ini?" kataku. Aku belum menyilahkannya masuk.

" Aku ke Gwammyeong. Bertemu dengan orang tuaku, lalu, aku putuskan untuk kemari pagi buta."

" Dan boleh aku masuk dulu?"

Aku menyilahkan dia masuk. Raut mukanya bingung. Entah apa yang dipikirkannya sekarang.

" Kau mau minum apa?" tanyaku.

" Apa saja."

Aku mengambilkannya sebotol air dingin. Pagi ini terasa panas sekali memang.

" Kau, tampak marah. Kau tidak senang jika aku kemari?"

" Kau mengganggu waktu tidurku."

" Maafkan aku, aku memang sengaja untuk tidak mengabarimu. Biar aku saja yang memberikanmu kejutan."

" Lalu, kau tak mau memelukku? Sudah lama sekali bukan?"

" Masih malam."

" Oh, jadi aku boleh memelukmu pagi hari nanti?"

" Kau akan siaran hari ini kan? Tidak sampai kau benar-benar menyelesaikan tugas pertamamu."

" Kau jahat sekali."

" Kau lebih jahat, tidak memberiku kabar sedari kemarin. Aku tidak butuh kejutanmu kau tahu!"

" Oke, maafkan aku. Tapi tidakkah kau rindu padaku? Aku sungguh tak sanggup untuk menahan sampai nanti malam."

Karena aku bersedekap. Dia menarik pergelangan tanganku, dan membawa kedalam pelukannya.

" Aku tersiksa. Dasar wanita sialan!"

Aku hendak protes tapi dekapannya sungguh kuat.

" Kau tidak membolehkanku bertemu selama aku mendapatkan libur. Setelah bebas seperti ini, kau tetap keras kepala."

" Karena kau menyebalkan Lee Jinki."

" Tapi kau mencintaiku."

" Tidak."

" Iya." Katanya seraya melenturkan dekapannya. Ia tahu bahwa badannya tak sama lagi dengan yang dulu. Cukup seperti ular phyton memangsa makanannya.

Dekapan yang tak lagi kuat, aku mencium wangi tubuhnya. Aku tahu, aku tidak bodoh. Bahwa sepanjang hari ia tidak melepas seragamnya yang tergolong tebal ini. Dia memakainya ketika menuju kemari. Karena di suratku yang terakhir, " Aku ingin bertemu denganmu, kenakanlah seragammu ketika kau mau bertemu denganku."

Ia menepati janjinya. Welcome back Jinki-ya.

My ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang