#0 - Prolog

20 8 0
                                    

Prang!
"Aku sudah tak tahan lagi! Berada disini hanya menambah beban pikiran saja!" sekali lagi terdengar piring pecah dari arah dapur. Sebelum laki-laki paruh baya itu meninggalkan rumah dengan gusar. Sementara wanita yang diteriakinya sejak tadi hanya tertunduk sambil menangis. Rasa sakit akibat tamparan suaminya sudah menghilang. Digantikan rasa sakit di dadanya yang tak kunjung hilang.

Dari pintu kamar yang sedikit terbuka di lantai atas gadis berusia tiga belas tahun itu hanya terpaku mendengar semua keributan itu. Ia tak terlalu paham apa yang terjadi. Yang ia mengerti hanya keluarganya yang mungkin tak akan pernah sama lagi setelah ini. Gadis itu hanya terduduk sambil memeluk kedua kakinya. Tanpa mengeluarkan suara. Ia hanya terdiam sambil merasakan dadanya yang terasa sakit. Dan tanpa ia sadar air mata sudah mengalir di pipinya. Hingga ia jatuh tertidur karena terlalu lelah.

Sementara wanita yang berada di dapur itu berusaha menenangkan dirinya. Kemudian mulai membereskan kekacauan di rumahnya itu. Ia berharap agar putrinya yang ada di lantai dua rumah itu sudah tertidur dan tidak mendengar keributan antara dia dan suaminya tadi. Ia sadar bahwa ia harus tegar demi putrinya yang sangat ia cintai. Meski dia tahu setelah ini keluarganya tak akan pernah sama lagi.

MémoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang