Sore itu langit terlihat cerah di atas stasiun kereta. Banyak orang lalu lalang dengan kesibukan dan tujuan masing-masing. Terlihat pula beberapa orang mengenakan pakaian tradisional yukata. Baik perempuan atau laki-laki. Anak-anak hingga dewasa. Wajah mereka begitu cerah secerah cuaca hari ini. Mungkin mereka hendak datang ke Festival Musim Panas yang diadakan kota ini.
Di depan pintu stasiun berdiri seorang gadis dengan yukata tampak sedang menunggu sesorang. Gadis itu terlihat menawan dengan yukata berwarna hijau kebiruan dengan motif bunga berwarna putih dan merah muda. Sebuah aksesori berbentuk bunga juga menghiasi rambutnya yang dikepang kebelakang membentuk sanggul modern yang begitu cantik. Tampilannya begitu memesona.
"Yuka!" seru seorang gadis dari arah dalam stasiun sambil melambaikan tangannya.
Yuka menoleh dan balas melambai. Itu Hana. Hana juga mengenakan yukata hari ini. Sesuai janji mereka tempo hari. Sisi feminin Hana begitu menonjol dengan yukata bernuansa merah muda yang dikenakannya. Yukata itu sangat cocok dengan Hana. Motif bunga berwarna cerah begitu menggambarkan sosok Hana yang ceria. Rambutnya juga sudah ditata sedemikian rupa dengan aksesori berbentuk bunga menghias indah disana. Siapa pun pasti setuju kalau Hana terlihat begitu cantik hari ini.
"Aby belum datang?" tanya Hana begitu sampai di samping Yuka.
"Tadi Aby telepon katanya ada urusan sebentar. Jadi mungkin agak terlambat"
Hana mengangguk. Ia merogoh kinchaku bag - tas kecil miliknya. "Nih, kesukaan lo kan. Tadi gue beli kelebihan" Hana menyerahkan sekotak susu stoberi pada Yuka.
Yuka menerimanya dengan hati senang. Hanya sekotak susu, namun sangat menyenangkan ketika Hana begitu memperhatikannya.
"Yuka! Hana!" panggilan begitu nyaring terdengar dari arah luar stasiun. Itu Aby. Dan... Zami.
Aby hanya mengenakan pakaian blus dan celana jeans. Aby memang menolak sejak awal ketika Hana mengajak memakai yukata ke festival. Menurut Aby yang tomboi itu memakai yukata sangat merepotkan. Dan Hana tidak ingin memaksanya. Lagi pula Yuka bersedia menemaninya memakai yukata.
***
Tulisan Selamat Datang di Festival Musim Panas yang besar menyapa begitu para pengunjungi melewati gerbang masuk area festival. Kedai-kedai makanan dan permainan berjejer di area festival. Terlihat beberapa orang bahkan memakai kostum khusus yang sepertinya mereka adalah para penampil untuk pertunjukan festival. Juga sekumpulan remaja atau keluarga yang berjalan beriringan.
"Mama... Mama... Aku mau main itu" rengek seorang anak kecil pada ibunya. Yuka tersenyum melihat bagaimana gadis itu merengek pada ibunya. Dulu ia juga pernah beberapa kali datang ke Festival Musim Panas. Dirinya seringkali merengek minta dibelikan permen apel, boneka, atau hal lainnya. Tapi waktu terakhir kali Yuka datang ke Festival Musim Panas dengan sang ibu sudah lama sekali. Apalagi ketika Yuka datang bertiga dengan ibu dan ayahnya. Sudah lebih lama lagi, bahkan Yuka tidak begitu ingat. Mungkin saat Yuka masih duduk di bangku TK. Sewaktu ayahnya belum berubah menjadi sosok yang amat ditakuti Yuka. Meski begitu, ia sangat bersyukur saat ini dapat datang lagi ke Festival Musim Panas. Terlebih bersama teman-teman yang sangat dicintainya.
"Kita beli makanan dulu yuk" Zami akhirnya bersuara diantara keramaian festival. Membuat ketiga gadis di sebelahnya menoleh.
Hana, Aby, dan Yuka saling tatap kemudian mengangguk. "Lo sama Hana beli minuman aja nanti gue sama Yuka yang beli makanannya" ucap Aby cepat. Hana yang disebut namanya terkesiap.
Zami mengangguk setuju. "Oke, gue titip yakitori" yakitori adalah daging yang ditusuk bambu kemudian dipanggang.
"Gue juga yakitori" sahut Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mémoire
Teen FictionKenangan atas masa lalu terkadang terlalu sakit untuk diingat. Namun terlalu sulit untuk dilupakan. Yuka, gadis berambut kecoklatan itu berusaha membuka lembaran baru di sekolah barunya. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Seperti kata Ibu. Berun...