Matahari sudah hampir terbenam, namun suasana kota justru semakin sibuk. Persimpangan kota ramai lalu-lalang orang dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang hendak pulang ke rumah seusai kerja, makan malam, belanja, jalan-jalan, dan lainnya. Stasiun kereta sore itu juga terlihat sibuk. Beberapa orang bahkan membawa koper tanda habis perjalanan jauh. Di depan stasiun duduk seorang gadis muda tampak menunggu sesorang. Matanya terus mencari ke segala arah, berharap menemukan seseorang yang ia tunggu.
Lima belas menit berlalu. Gadis itu masih setia menunggu. Hingga terlihat wanita dengan blazer abu-abu dan koper di tangannya. Sontak gadis itu langsung berlari menghampiri wanita itu.
"Ibu..." panggil gadis itu dan langsung memeluk ibunya.
"Yuka sayang... Apa kabar Nak?" tanya wanita itu sambil mengelus kepala anak yang dirindukannya.
"Yuka baik Bu. Yuka kangen Ibu" kata gadis itu masih dengan memeluk ibunya.
Tak menunggu lama mereka bergegas mencari taksi. Mengingat hari sudah hampir malam dan sang ibu pasti lelah setelah perjalanan jauh. Meski pada hari-hari biasa Yuka hanya berjalan kaki dari stasiun ke rumah dan sebaliknya.
"ibu mandi aja dulu. Biar nanti Yuka siapkan makan malamnya" ucap Yuka begitu mereka sudah sampai di rumah. Sang ibu tersenyum dan segera bergegas ke kamarnya untuk bersih-bersih.
***
"Kamu yang masak ini semua?" tanya Marika takjub dengan makan malam yang disiapkan Yuka.
"Hehe... Iya Bu, semoga Ibu suka ya sama masakan Yuka" jawab Yuka seraya mempersilakan ibunya untuk duduk.
Ya, Yuka memang membuat beberapa masakan. Selama ia hidup berjauhan dengan ibunya, Yuka jadi cukup sering belajar masak. Untuk menu makan di rumah atau untuk bekal ke sekolah. Dan menurut Yuka hal itu cukup menyenangkan.
"Maaf ya Nak, karena Ibu kerja jauh kamu jadi harus mengerjakan pekerjaan rumah juga" tatapan menyesal terlihat dari matanya.
Anak perempuannya justru menggeleng tegas. "Ngga Bu. Yuka justru senang. Karena bisa belajar mandiri dan jadi bisa masak juga. Gimana Bu masakan Yuka? Enak ngga? Walau masih kalah sih sama masakan Ibu" ucap Yuka riang mencoba mencairkan suasana.
"Enak Yuka. Ibu ngga nyangka ternyata anak Ibu pintar masak" terang Marika jujur sambil melahap makanan di piringnya.
Marika juga bertanya tentang sekolah Yuka. Yuka bercerita tentang teman-temannya yang baik padanya. Hana dan Aby. Bahkan Marika menawarkan kedua teman putrinya untuk sesekali main ke rumah. Yuka juga bercerita tentang klub Sastranya yang baru saja mendapat penghargaan berkat kakak seniornya yang memenangkan lomba puisi nasional.
Makan malam begitu menyenangkan sejak ibu pulang. Begitu yang Yuka pikirkan. Yuka tidak makan sendirian lagi. Sudah berbulan-bulan Yuka tidak bertemu sang ibu. Ia rindu sekali. Jika tidak mengingat rutunitas yang sudah menunggu esok hari, rasanya Yuka ingin terus mengobrol dengan ibunya. Namun Yuka tahu ibunya juga perlu istirahat setelah perjalanan jauh dan pekerjaan yang melelahkan. Akhirnya mereka saling mengucapkan selamat tidur setelah melepas rindu dengan saling bercerita.
***
"Yuka ke kantin yuk!" ajak Hana setelah bel tanda istirahat berbunyi lima menit yang lalu.
"Tapi aku bawa bekal..." ucap Yuka lirih.
"Ngga apa-apa bawa ke kantin aja. Yuk" Aby ikut menyahut sambil menunjukan kotak makan yang dia bawa. Kemudian mereka berjalan menuju kantin. Sudah terbayang di benak Yuka bagaimana ramainya kantin.
Tapi ternyata hari ini kantin tidak seperti biasanya. Entah kenapa kantin terlihat lebih sepi. Memang tetap banyak siswa, tapi tidak sepenuh biasanya. Hana menuju tempat penjual makanan, sedangkan Aby dan Yuka mencari meja kosong untuk mereka bertiga.
Hana hanya membeli tiga roti daging, satu kotak susu dan satu kotak jus jeruk. Hana memang paling feminin diantara mereka tapi makannya paling banyak. Anehnya tubuhnya tetap ideal walau selalu makan banyak. Sedangkan Aby membawa okonomiyaki dan sekotak jus jeruk.
"Wah... Enak banget!" seru Hana dan Aby berbarengan ketika Yuka membuka kotak makannya. Tak hanya mereka berdua. Yuka juga ikut takjub melihat bekal makanannya. Cantik sekali dan terlihat lezat. Pagi tadi ketika ibu memberinya bekal sekolah memang Yuka tidak melihat apa isinya. Karena sudah tertata rapi dalam tas bekal.
"Kelihatannya enak banget Yuka. Ini lo yang bikin?" tanya Hana penasaran.
"Ini Ibu aku yang masakin" jawab Yuka sumringah. Paket makan lengkap sudah ada di dalam kotak bekalnya. Ada irisan daging, sayur, buah, nasi, saus lezat. Ditambah lagi dengan sekotak susu stroberi favorit Yuka. Ibunya memang paling tahu kesukaan putrinya.
Hana dan Aby ikut senang mendengarnya. "Ibu lo udah pulang Yuka? Syukur deh jadi lo ngga sendirian lagi" sahut Aby.
"Ibu lo kapan pulang?" tanya Hana antusias.
"Kemarin sore. Ibu juga bilang mungkin kalian bisa main ke rumah sesekali" Yuka tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Senyum tersungging di bibirnya.
Hana dan Aby saling bertatapan. Tersenyum. "Ide bagus. Gimana kalau hari ini? Kebetulan kita ngga ada aktivitas klub kan?" saran Hana semangat. Aby dan Yuka mengangguk setuju. Mereka akan pergi ke rumah Yuka hari ini.
Makanan mereka sudah hampir habis dengan cepatnya. Topik pembicaraan sudah beralih ke liburan musim panas yang sebentar lagi tiba. Hana bercerita kalau setiap tahun ia selalu datang ke Festival Musim Panas yang ada di kota itu dan ia menyarankan untuk mereka bisa datang bersama kesana tahun ini. Tanpa argumen Yuka dan Aby setuju dengan Hana untuk pergi bersama ke Festival Musim Panas. Apalagi Yuka, sudah lama sekali dirinya tidak datang ke Festival Musim Panas.
***
"Kalian duluan aja. Aku mau ke toilet dulu" kata Yuka tergesa ketika mereka hendak kembali ke kelas setelah selesai makan siang.
Bruk!
Yuka terjatuh bersama dengan tas bekalnya. Kakinya terasa sakit. Tiba-tiba yang ditabraknya mengulurkan tangan."Lo tuh hobi banget ya nabrak orang" suara itu. Yuka mendongakan kepalanya. Ren.
Yuka meraih tangan itu untuk kemudian berdiri. "Ren? Maaf..." ucap Yuka menyesal.
Ren tersenyum mengejek. Namun senyumnya berganti kekhawatiran ketika melihat kaki gadis itu mengeluarkan darah segar. "Kaki lo berdarah..."
"Maaf aku duluan" Yuka memotong kalimat Ren kemudian berlari meninggalkan Ren yang terpaku di tempatnya.
Aduh... Kaki ku sakit. Kenapa aku malah lari ya. Kata Yuka dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Mémoire
Teen FictionKenangan atas masa lalu terkadang terlalu sakit untuk diingat. Namun terlalu sulit untuk dilupakan. Yuka, gadis berambut kecoklatan itu berusaha membuka lembaran baru di sekolah barunya. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Seperti kata Ibu. Berun...