"Sorry ya gue ngga bisa dateng. Gue lupa Naya ngajak pergi hari ini" ucap seorang laki-laki dari ujung telepon.
"Iya deh. Semenjak punya pacar guenya ditinggal"
Suara dari ujung telepon terdengar sedikit berisik. "Maaf banget ya Ren gue lupa. Have fun ya disana. Bye..." kemudian telepon diputus.
***
Matahari mulai terbenam di ufuk barat dan langit menunjukan warna jingganya yang indah. Di kota itu sedang berlangsung Festival Musim Panas yang rutin diadakan setiap tahun. Menjelang malam keadaan festival semakin ramai dan semakin banyak pengunjung yang berdatangan. Menantikan pesta kembang api yang selalu meriah setiap tahunnya.
Di depan gerbang masuk bertuliskan Selamat Datang di Festival Musim Panas berdiri seorang cowok remaja bertubuh tinggi mengenakan kemeja berwarna biru dengan kancing yang dibiarkan terbuka memperlihatkan kaos putih di bagian dalamnya. Sosok itu terlihat sedang mencari seseorang dengan melihat ke sekeliling sampai ponsel di sakunya berdering.
"Maaf banget ya Ren gue lupa. Have fun ya disana. Bye..." telepon terputus sebelum cowok itu sempat membalas.
"Huh. Kemarin dia yang ngotot pergi. Sekarang gue malah ditinggalin" ucap Ren jengkel seraya memasukan kembali ponsel ke sakunya.
Karena sudah terlanjur datang Ren memustuskan untung berkeliling area festival sambil membeli beberapa makanan. Yang kebetulan Ren memang belum makan. Cowok itu sedang menunggu cumi-cumi bakarnya matang ketika ia melihat sosok perempuan mengenakan yukata hijau kebiruan diantara kerumunan pengunjung yang ia yakin itu adalah Yuka. Dan betapa terkejutnya Ren begitu menyadari sosok yang dikenalinya berjalan di dekat Yuka. Zami.
"Silahkan Mas cumi bakarnya sudah selesai..."
Pandangan Ren tak teralih dari Yuka. "Ngapain dia sama Yuka. Awas aja kalau dia sampai macem-macem" tanpa pikir panjang Ren langsung memecah kerumunan pengunjung berharap bisa menghampiri Yuka.
"Mas cumi bakarnya!"
Sial. Rame banget sore ini. Batin Ren kesal karena Yuka justru menghilang dari pandangannya karena begitu ramainya pengunjung lalu-lalang.
Ren melihat sekeliling dan seketika bingung sekarang dirinya ada dimana. Kedai-kedai makanan yang tadi ada di belakangnya sudah tidak ada. Dimana dia sekarang...
"Ah iya! Cumi bakar gue!"
***
Matahari sudah terbenam sepenuhnya di langit barat, digantikan sinar cahaya bulan yang indah. Juga gemerlapan bintang-bintang. Sepanjang sore itu Ren menghabiskan waktunya mendengarkan musik dari ponselnya ditemani beberapa cemilan yang ia beli di vending machine dekat tempat ia duduk di bawah pohon rindang.
Dddrrtt... Dddrrtt...
"Halo Ren. Gimana festivalnya? Seru?" terdengar suara Arya yang ceria dari ujung telepon.
Ren menggelengkan kepalanya. "Ngga usah tanya-tanya deh Ya"
Terdengar Arya terkekeh dari seberang telepon. "Yaelah galak banget Ren. Lo dimana? Gue sama Naya di gerbang masuk nih"
"Oh, masih inget gue ternyata?"
"Ngga juga sih. Ini juga Naya yang ngajak kesini" jawab Arya meledek.
Ren yang sudah mengenal sifat temannya menghela napas. "Gue di deket..." Ren melihat sekeliling. "Kedai lemonade" lanjutnya.
"Sip, gue sama Naya kesana" sahut Arya kemudian telepon diputus.
Semakin rame aja. Pikir Ren dalam hati. Dimana kebetulan tempat Ren duduk memang tempat yang sangat strategis untuk melihat kembang api. Tak heran kalau banyak pengunjung yang memutuskan berkumpul disana.
"Ngapain kamu disini?!" terdengar seruan dari dalam keramaian yang membuat Ren menoleh dan mencari sumber suara. Tapi tak dapat menemukannya karena penuhnya pengunjung. Ia juga heran bagaimana mungkin suara lelaki itu dapat terdengar mengingat begitu ramainya di sekitar situ.
Kemudian Ren memutuskan memecah kerumunan untuk ke kedai lemonade yang tadi ia katakan pada Arya.
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi! Aku muak!" itu suara lelaki yang didengarnya tadi, namun terdengar lebih dekat. Sontak Ren menoleh ke asal suara seperti oranglainnya. Betapa kagetnya Ren ketika ia menemukan Yuka sedang terisak disana, terlihat dari tubuhnya yang bergetar di depan pria yang tak dikenalnya. Bibir Yuka bergerak bergetar seperti berucap sesuatu.
Plak!
Napasnya tercekat di tenggorokannya. Pria itu baru saja menampar Yuka. Gadis yang diperhatikannya belakangan ini. Dengan sangat keras. Entah, dirinya merasa begitu marah dan terluka disaat yang bersamaan. Dilihatnya pria itu pergi menjauh dan Yuka tetap berdiri disana dan bergetar hebat dengan air mata yang bercucuran. Tanpa pikir panjang Ren langsung memecah keramaian dan berlari menghampiri Yuka.
"Yuka... " Ren berkata lembut begitu sampai disampingnya. Namun Yuka tampak masih sangat terpukul dan belum menyadari kehadiran Ren.
"Yuka..." ucap Ren sekali lagi. Bersamaan dengan Yuka yang menyadari ada sesorang disampingnya. Ia menoleh. Dan terkejut mendapati Ren disana.
"Ren?" air mata masih mengalir di pipinya. Ingin rasanya ia memeluk Ren, entah kenapa.
Ren berusaha tersenyum untuk menguatkan Yuka. Meskipun hatinya sakit melihat Yuka begitu terpukul. Ingin rasanya memeluk gadis itu untuk menenangkannya. Tapi tak mungkin.
Kemudian Ren merangkul bahu Yuka yang masih bergetar untuk keluar dari kerumunan dan mata-mata pengunjung yang mengikuti mereka. Ren membawa Yuka ke tempat duduk yang lebih sepi. Kemudian memberi gadis itu minuman botol yang memang masih belum dibuka dan menunggunya sampai kuat untuk bicara.
Sementara di tempat lain Hana, Aby, dan Zami mulai mengkhawatirkan Yuka yang tak kunjung kembali. Awalnya mereka mengira Yuka mengantri tapi ini sudah benar-benar lama dan mereka memutuskan untuk mencarinya. Tapi tak semudah itu karena luapan pengunjung yang terus berdatangan menjelang pesta kembang api. Hingga mereka sampai di depan kedai lemonade dan Aby melihat sosok yang dikenalnya. Arya, yang dulu pernah bergabung dengan klub basket sekolah namun berhenti karena cedera. Lekas Aby, Hana, dan Zami menghampiri Arya. Ada rasa tak suka di wajah Zami ketika melihat Arya.
"Hai, Arya dan... Naya kan?" sapa Aby ramah. Gadis yang dipanggil Naya mengangguk dan tersenyum ramah.
"Eh, Aby. Hai. Kebetulan banget. Lo liat Ren ngga temen gue? Yang... ini" kata Arya seraya mencari foto Ren dan menunjukannya pada Aby. Zami memalingkan wajah ketika Arya menunjukan foto Ren. Hana memperhatikannya dan merasa aneh dengan Zami.
Dia bukannya yang pernah ngobrol dan kasih payung ke Yuka. Batin Aby mengingat kejadian tempo hari.
"Ngga. Justru gue mau nanya lo liat Yuka ngga? Tau kan Yuka"
"Ya tau lah. Kan ruangan klubnya sebelah gue. Kita cari bareng aja yuk. Gue juga telepon ke Ren ngga diangkat"
Aby, Hana, Arya, dan Naya menyetujuinya. Kecuali Zami yang enggan berlama-lama dengan Arya dan memutuskan untuk mencari sendiri.
"Ok, nanti berkabar aja ya Zam. Hape gue nyala terus kok" kata Aby kemudian mereka berpisah.
Jangan sampe aja gue temuin Ren sama Yuka. Batin Zami dengan tangan mengepal disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mémoire
Teen FictionKenangan atas masa lalu terkadang terlalu sakit untuk diingat. Namun terlalu sulit untuk dilupakan. Yuka, gadis berambut kecoklatan itu berusaha membuka lembaran baru di sekolah barunya. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Seperti kata Ibu. Berun...