Semenjak Hana dan Aby mengajaknya pergi ke kafe hari itu. Mereka jadi lebih sering bersama. Dan jam makan siang Yuka tidak dihabiskan sendirian lagi. Hana dan Aby selalu menghabiskan waktu istirahat bersama di meja Yuka. Mereka juga sering kali belajar bersama. Aby yang pintar olahraga, Hana yang pandai dalam bidang seni, dan Yuka yang pintar dalam hal akademik. Mereka saling melengkapi.
***
Matahari sudah bersinar terang ketika Yuka berlari menuju stasiun dari rumahnya. Yuka kesiangan akibat tidur terlalu larut karena asik membaca novel keluaran terbaru sampai lupa waktu. Tampak banyak orang lalu lalang di sekitar stasiun. Tidak lama kereta yang dinanti pun datang. Para penumpang berebut memasuki kereta. Tak terkecuali Yuka. Kereta begitu penuh sesak oleh penumpang.
Yuka tiba di sekolah persis sebelum gerbang sekolah di tutup. Ia segera berlari ke arah kelas yang ada di lantai atas gedung sekolah.
Bruk!
Yuka bertabrakan dengan seorang siswa hingga buku yang dibawa siswa itu berserakan di lantai."Maaf maaf, aku buru-buru..." kata Yuka menyesal sambil membantu mengambil buku-buku yang berserakan di lantai. Begitu selesai dia langsung pamit meninggalkan siswa yang ditabraknya tadi. Bahkan dia tidak sempat melihat wajah siswa laki-laki itu karena sudah terlambat.
Laki-laki itu terpaku di tempatnya ketika Yuka berlari meninggalkannya dan menghilang di kelokan lorong sekolah.
Siapa ya dia? Kayak pernah lihat sebelumnya... Kata siswa itu dalam hati. Kemudian melanjutkan langkahnya ke ruang guru guna mengantarkan buku yang dibawanya.
***
Bel istirahat sudah berbunyi nyaring sejak lima menit lalu. Para siswa langsung saja berhamburan begitu mendengar bel istirahat berbunyi. Ada juga yang masih tetap di kelas untuk memakan bekal makan siangnya atau sekedar mengobrol bersama teman. Sedangkan Yuka langsung saja melipir ke arah kantin untuk membeli makan siang. Maklum, karena tinggal berjauhan dengan sang ibu ia tidak biasa memasak.
Seperti biasa kantin selalu saja ramai. Ada yang mengantri makanan seperti yang dilakunan gadis berambut kecoklatan yang diikat ponytail itu. Ada juga yang sudah asik menyantap makanannya di meja-meja kantin. Yuka hanya membeli roti melon kesukaannya dan sekotak susu stroberi dari mesin minuman. Begitu kembali ke kalas Hana dan Aby sudah dalam posisi biasa setiap makan siang. Makan berasama di meja Yuka. Kotak bekal mereka belum dibuka. Tentu saja mereka menunggu Yuka agar bisa makan bersama.
Hari ini Hana membawa bekal nasi kepal dengan isian tuna mayonnaise yang dibuatkan ibunya. Sedangkan Aby membawa bekal Ebi Furai dan telur goreng. Juga dua potong apel yang tersusun cantik di dalam kotak makannya. Sedangkan Yuka hanya dengan roti melonnya.
"Selamat makan..." ucap ketiganya serempak. Kemudian mereka melahap makanannya dengan lahap sambil sesekali mengambil topik obrolan.
"Yuka, rambut lo tuh diikat terus. Coba deh sesekali digerai. Pasti lebih cantik" kata Hana disela-sela makannya.
Yang diajak bicara menunduk malu karena dipuji. "Aduh, aku ngga pede. Malu. Karena biasanya diikat begini" balas Yuka sedikit berbohong. Ia masih ingat bagaimana teman di sekolahnya dulu mengolok-oloknya dengan menyebutnya sok cantik. Padahal Yuka hanya menjadi dirinya sendiri.
"Kenapa malu? Lo cantik Yuka" kali ini Aby berkomentar.
Yuka hanya tersenyum kemudian mengucapkan terimakasih. Lalu mereka kembali melanjutkan makan siang sambil sesekali membahas klub basket yang diikuti Aby yang lagi-lagi berhasil mengalahkan sekolah lawan saat latih tanding minggu lalu. Juga klub mading Hana yang ruangan klubnya selalu berisik.
"Yuka, jadinya lo mau ikut klub apa?" kali ini Aby mengalihkan topik pembicaraan pada Yuka. Mengingat Yuka belum juga memutuskan klub pilihannya sejak pembicaraan terakhir mereka tentang klub di kafe.
Yuka tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaan temannya itu. "Ehm... Aku ngga terlalu yakin sih. Tapi kayaknya aku sedikit tertarik dengan klub Sastra"
Hana dan Aby tersenyum mendengarnya. "Sastra juga keren. Temen gue kayaknya ada yang ikut klub Sastra. Mungkin lo bisa kasih formulirnya ke dia" jelas Aby. Hana hanya mengangguk mendengar penuturan Aby.
Tak lama bel tanda istirahat selesai berbunyi. Semua murid bergegas membereskan kursi dan kembali ke meja mereka masing-masing. Sebelum pergi Aby berjanji akan menemani Yuka memberi formulir ke klub Sastra sepulang sekolah nanti. Dan Yuka menyetujuinya.
***
Seperti janjinya, Aby menemani Yuka menuju ruangan Klub Sastra yang ada di samping ruang OSIS di sisi lain gedung sepulang sekolah.
Sesampainya disana Aby mengetuk ruangan bertuliskan "Klub Sastra" di atas bingkai pintunya.
"Permisi, bisa bertemu dengan Zami?" kata Aby sopan seraya melongokkan sedikit kepalanya ke dalam ruangan.
Tak lama sosok yang dimaksud datang. "Eh, Aby. Tumben. Ada apa?"
Zami, begitu Aby memanggilnya. Sosok bertubuh tinggi itu terlihat ramah. Didukung juga dengan parasnya yang cukup tampan. Dengan kacamata berbingkai persegi yang menghiasi wajahnya membuat tampilannya begitu memesona. Bahkan Hana yang menyukai cowok-cowok tampan yang ada di drama kesukaannya itu sampai tak berkedip melihat sosok Zami.
"Eh, ini Zam kenalin namanya Yuka dia mau ikut klub Sastra" tutur Aby seraya mengenalkan Yuka pada Zami. Yuka menundukan kepala gugup sambil tersenyum tipis.
Zami tersenyum ramah pada Yuka. Bagi Hana senyum Zami terlihat sangat menawan seperti bintang-bintang drama di televisi.
"Halo gue Zami kelas 2-3. Tapi jangan panggil Kak ya. Panggil Zami aja" kata Zami memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
Yuka yang melihat itu menyambut uluran tangan Zami, ikut tersenyum. "Aku Yuka kelas 1-2. Salam kenal Kak. Eh, maksudku Zami. Mohon bantuannya" jawab Yuka. Kemudian dia merogoh kertas formulir dalam tasnya dan menyerahkannya pada Zami.
Zami menerimanya. "Oke, gue terima ya. Oh ya, kebetulan gue juga ketua klub ini. Jadi kalau ada apa-apa jangan sungkan ya untuk tanya ke gue" jelas Zami tanpa melunturkan senyum indahnya walau satu detik.
Hana masih terpana di tempatnya. Sampai kemudian mereka bertiga pamit pada Zami. Zami juga menyampaikan kalau Yuka bisa mulai datang besok karena hari ini hanya sedikit anggota yang datang untuk perkenalan. Kemudian Aby juga pamit karena hari ini ada jadwal latihan dengan klub basketnya. Akhirnya Yuka dan Hana hanya pulang bersama berdua menuju stasiun.
"Zami tadi keren banget ya? Ramah banget juga. Kenapa ketua klub mading beda jauh banget ya sama ketua klub Sastra?" kata Hana ketika mereka sampai di toko bahan makanan di dekat stasiun. Yuka memutuskan untuk membeli bahan makanan sebelum pulang. Sebetulnya Yuka sudah meminta Hana pulang duluan saja. Namun dia bersikeras ingin menemani Yuka berbelanja.
"Iya sih Zami ramah, semoga anggota lainnya juga begitu. Memangnya kenapa ketua klub mading?" respon Yuka dengan kening berkerut ketika mengingat ucapan Hana mengenai ketua klubnya.
Hana menghela napas cepat. "Ketua klub gue emang baik sih. Ramah juga. Bahkan kelewat ramah. Dia tuh seneng banget bercanda sampai kadang sibuk cengengesan sendiri" kata Hana menjelaskan dengan wajahnya yang cemberut. Yuka hanya tertawa melihat tingkah temannya yang satu itu.
Ibu, Yuka sekarang punya teman Bu. Teman-teman yang baik. Namanya Hana dan Aby. Yuka rasa, Yuka dapat membuka lembaran baru ini dengan indah. Semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mémoire
Teen FictionKenangan atas masa lalu terkadang terlalu sakit untuk diingat. Namun terlalu sulit untuk dilupakan. Yuka, gadis berambut kecoklatan itu berusaha membuka lembaran baru di sekolah barunya. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Seperti kata Ibu. Berun...