6

5.6K 930 132
                                    

Beberapa tahun yang lalu

Saat itu Daisuke masih remaja, Daisuke masih berada dibawah pelatihan ayahnya karena kelak ia yang akan menjadi penerus memimpin Ookami-gumi.

Daisuke dan Suzue tidak pernah belajar disekolah formal, bukan karena tidak mau tapi karena tidak bisa. Anak-anak lain akan menjauhi murid yang merupakan anggota yakuza, menganggap bahwa mereka adalah siswa tidak tahu aturan dan hanya memicu tindakan kriminal atau juga karena takut. Kedua keturunan Kambe itu melakukan homeschooling dan hanya melewati hari demi hari dirumah serta berlatih bela diri.

Tuan Kambe termasuk orang yang sangat disiplin, ia akan menghukum anaknya sebagaimana ia menghukum anak buahnya. Tidak ada istilah membeda-bedakan, dua anaknya harus menjadi contoh sempurna bagi para anak buah.

Hari itu adalah musim semi, bunga sakura berguguran diatas tanah dan udara sedikit lebih dingin. Daisuke remaja melintasi jalanan ramai dalam kesendirian, pakaian mahalnya tampak kotor oleh debu jalanan tapi meski begitu kesan bahwa dia adalah 'anak kaya' tetap saja melekat.

Daisuke mendapat hukuman keras dari ayahnya karena lalai dalam menjalankan tugas, ia tidak boleh kembali kemarkas sampai bisa memikirkan ulang kesalahannya dan memperbaiki kesalahannya. Ibunya sudah meminta agar Daisuke tidak dihukum seperti itu, tapi ayahnya adalah titisan hitler sejati! Jika dia berkata A maka hasilnya harus A. Jadilah kini Daisuke berkeliling kota Tokyo sendirian, tanpa ada penjaga yang biasa selalu mengikutinya. Kedinginan, kelaparan, haus sudah Daisuke rasakan. Ia ingin pulang kemarkas namun takut jika ayahnya menghukumnya lebih keras dari ini.

Daisuke jatuh terduduk didalam sebuah gang sempit, ia menekan perutnya yang berbunyi nyaring. Daisuke sama sekali tidak memegang uang, jadi sejak kemarin dirinya tidak makan sama sekali.

"Hey, kau baik-baik saja?"

Daisuke mendongak, ia bertemu tatap dengan iris cokelat keemasan yang menawan. Mata bulat itu berkedip beberapa kali, pemuda berambut abu-abu dengan seragam sekolah berjongkok dihadapan Daisuke.

"Kau lapar?"

Daisuke menggeleng, gengsinya terlalu tinggi. Namun perutnya berkhianat! Perut Daisuke berbunyi nyaring memprotes kebohongan Daisuke.

Pemuda berambut abu tergelak, ia merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah roti dengan isian selai strawberry, pemuda itu duduk dihadapan Daisuke dan membagi roti menjadi dua.

"Ini untukmu, makan saja! Aku mengambilnya dari gudang persediaan! Semoga mama tidak sadar! Aku gampang sekali kelaparan, jadi harusnya bekalku ekstra!" Pemuda itu bercerita dengan ceria seolah tidak mempermasalahkan dosa mencuri yang telah ia lakukan.

Daisuke menelan ludah dan menggigit roti itu, ia memakannya dengan terlampau elegan untuk ukuran manusia yang kelaparan. Melihat Daisuke makan dengan lahap, pemuda itu tersenyum senang.

"Memangnya tidak apa-apa kalau kau membagi ini denganku?" Tanya Daisuke.

Pemuda berambut abu mengangguk. "Kata mama, jika ada yang berbuat baik pada kita maka suatu hari kita harus membalas kebaikan orang itu dua kali lipat lebih banyak. Nah nanti suatu saat kau harus membalas kebaikanku ini ya!" Tawa geli mencelos dari celah bibir tipis pemuda itu. "Bercanda! Aku senang saja melakukannya dan aku tahu rasanya kelaparan seperti apa."

A Bite At The Cherry [Daisuke x Haru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang