Hi aku hadir bawa kumpulan cerita-cerita ringan dengan main cast Park Jiyeon. ((Hidup ada yang kurang kalau gak nulis cerita mbak jiyi ༎ຶ‿༎ຶ))
Book ini berisi oneshoot/ twoshoot/ short story yang bisa sampai beberapa chapter ya.
Pairingnya akan teru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jiyeon dan Jaehyun berjalan berdampingan di bawah langit biru yang cerah. Mereka saling bergandengan dengan senyum merekah indah di bibir masing-masing.
"Sayang, mau bulan madu dimana?" tanya Jaehyun menoleh ke arah gadis yang tangannya masih ia gandeng.
Pipi Jiyeon bersemu merah, ia masih saja berlaku demikian meskipun telah lama menjadi kekasih pria pemilik lesung pipi itu.
"Kenapa sudah memikirkan itu? Kita menikah saja masih Minggu depan," jawab Jiyeon lirih. Gadis itu berhasil membuat Jaehyun merasa gemas ingin memeluk atau menciumnya di depan banyak orang. Gadis polos dengan segala keluguannya, itulah mengapa, Jaehyun sangat mencintai Jiyeon.
"Itu penting, Sayang, karena aku sekalian membuat cuti pada bagian HRD! Oh apa kau mau, setelah kita menikah aku langsung masuk kerja." Mata Jiyeon membola tidak setuju. Bersama dengan Jaehyun adalah waktu terbaik melupakan segala hal yang menyiksa batinnya karena masa lalu. Ia benar-benar bersyukur bertemu dengan Jaehyun, yang bisa mengobati segala trauma karena kekerasan yang ia dapat dari sang ayah.
Tawa Jaehyun mengudara seperkian detik. Ia suka menggoda Jiyeon, apalagi hingga pipi gadis itu mengembung lucu. Boleh Jaehyun menggigitnya?
"Berhenti bertindak lucu, aku gemas melihatnya!"
Jiyeon semakin mengerucutkan bibir. Bagaimana tidak, ia sedang merajuk bukan sedang membuat lelucon! Jiyeon mendengus kesal.
"Iya-iya, aku akan mengambil cuti tiga hari setelah menikah!" janji Jaehyun.
Senyum cantik terukir indah di bibir Jiyeon. "Nah, gitu dong!" goda Jaehyun.
Jiyeon mengeratkan kaitan tangannya di sela-sela jemari Jaehyun. "Nanti jangan menjemputku ya, aku ada rapat hingga malam." Jiyeon mengangguk paham.
"Jangan menutup toko malam-malam, terlalu bahaya jika gadis cantik sepertimu menjaga toko seorang diri!" Lihatlah, pipi Jiyeon kembali merona. Gadis itu sangat mudah tersipu meskipun pada kenyataannya ia memang perempuan cantik dengan kulit putih yang bersih.
