Bab 3

13.8K 2K 310
                                    

Selamat Membaca











Ibra dan Rasti terpaksa harus kembali masuk ke rumah lelaki itu untuk berganti pakaian. Rasti terpaksa harus memakai kaus milik Ibra, karena gadis itu tidak membawa baju ganti.

“Rasti, maafin Luna, ya. Tante jadi nggak enak sama kamu,” ujar bunda Ibra sambil menghampiri Rasti yang sudah duduk diam di ruang tamu.

“Nggak apa-apa, Tante. Saya paham, kok.” Gadis itu membalas bunda Ibra dengan senyuman, meski hatinya sedikit dongkol dengan sikap Luna yang kekanakan itu.

“Abang, mau ke mana?” tanya sang bunda ketika melihat Ibra yang berjalan melewatinya begitu saja.

“Rumah sebelah.” Ibra menjawab tanpa menoleh.

“Jangan dimarahin anaknya!” teriakan sang bunda, Ibra abaikan begitu saja.

Ibra menyapa Pak Somat yang sedang mencuci mobil, sebelum memasuki rumah dengan langkah lebarnya.

Tanpa perlu bertanya, Ibra terus melangkah menuju tangga ke lantai atas. Tujuannya adalah kamar Luna. Gadis itu harus diberikan pengertian. Sikapnya tadi sudah kelewat batas.

Ibra membuka pintu tanpa mengetuknya lebih dulu. Di ranjang, dia bisa melihat Luna yang tengah memangku laptop dengan beberapa camilan di sekitarnya. Dia melangkah mendekat dengan ekspresi marah.

“Apa maksud kamu tadi?” tanyanya tanpa basa-basi.

Luna hanya menatap Ibra sekilas, dan beralih menatap laptopnya. Melihat Kim So Hyun berakting, meski kini pikirannya sudah tidak fokus lagi karena kedatangan kekasihnya itu.

“Luna, aku ngomong sama kamu!” bentak Ibra keras, yang membuat Luna berjengit kaget di tempatnya.

Gadis itu meletakkan laptopnya begitu saja, dan beranjak berdiri berhadapan dengan Ibra. Matanya menatap menantang ke arah lelaki itu.

“Luna nggak suka dicuekin! Luna juga nggak suka sama cewek itu!” teriaknya keras.

Ibra mencoba menahan amarahnya. “Berhenti bersikap kekanakan,” desisnya penuh amarah. “Dia Rasti, temanku. Jangan bersikap berlebihan.” Matanya memandang tajam ke arah gadis di depannya itu. “Sikap kamu tadi kelewatan. Aku berharap itu yang terakhir.” Setelahnya, lelaki itu berbalik badan dan berjalan keluar kamar begitu saja.

Luna menatapnya kesal. Dia meraih bantal dan melemparkannya ke arah pintu begitu saja.

“IBRA SIALAN! SI BRENGSEK! TUKAN PHP! ES BATU SIALAN!” teriak gadis itu sambil menjatuhkan tubuhnya dengan asal ke ranjang.

***

Ibra baru saja selesai dengan acaranya. Ada salah satu anggotanya yang rumahnya roboh tiba-tiba. Diperkirakan karena bangunan yang sudah tua, dan tidak pernah dirawat.

Jadi, Ibra menyuruh semua anggotanya untuk bekerja bakti sekaligus menggalang dana untuk membantu salah satu anggotanya tersebut.

Lelaki itu baru saja sampai rumah, dan langsung menuju ke dapur. Dia mengambil satu botol air mineral di dalam kulkas, lalu menegaknya hingga habis.

“Abang, baru pulang?”

Ibra menoleh dan menemukan sang bunda yang berjalan menghampirinya dengan kantung keresek di tangannya.

“Baru pulang. Bunda beli apa?”

“Ayam geprek, buat makan malam. Bunda lagi malas masak.”

Ibra mengangguk. “Abang ke atas dulu, mau mandi. Habis itu baru makan.” Lelaki itu hendak berjalan meninggalkan dapur, tapi bundanya menghentikan langkahnya dengan memegang lengannya.

Dunia LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang