Mind

604 78 10
                                    

Deg...

“Jebal, kembalilah....” lirih Zhuan, peluh sudah membasahi wajahnya.

“Biar saya yang menggantikan dok,” ucap perawat laki-laki, ia tak tega melihat Zhuan kelelahan. Zhuan tidak mempedulikannya, ia terus melakukan CPR.

“Akan kuperiksa denyut nadinya.” Zhuan meletakkan jarinya pada leher pasien. Ia kembali melakukan CPR.

Tit.. Tit... Tit... Tit... Denyut nadi pasien kembali muncul di layar monitor. Zhuan menghentikan CPRnya, ia tersenyum lega karena berhasil mengembalikan detak jantung pasien.

“Syukurlah, dia kembali,” ucap Zhuan lantas memandang ke arah pasien.

***

“Kyungsoo hyung,” seorang namja terlihat berlari ke arah Kyungsoo dengan membawa bekal makanan.

“Sungjae-ya,” balas Kyungsoo.

***

Zhuan terkesiap, ia baru saja mendapat ingatan tentang pasien yang baru saja ia tangani.

“Apa yang terjadi?” Lay yang datang buru-buru memeriksa keadaan Sungjae.

“Kau menyentuh pasienku?” tanya Lay sarkas. Zhuan tersadar, ia mengakhiri lamunannya.

“Maaf hyung, aku hanya melakukan CPR padanya,” balas Zhuan sembari menunduk takut. Lay tersulut, entah kenapa setiap melihat Zhuan selalu ada kebencian yang menyertai.

Plak... Tamparan itu mendarat dengan mulus di pipi Zhuan, membuat semua orang yang ada disana terkejut. Zhuan menyentuh pipinya yang nyeri juga memerah, ia menatap tak percaya pada Lay yang terang-terangan menamparnya.

“Ikut aku,” ucap Lay setelah tau perbuatannya itu disaksikan banyak orang.

Lay berjalan menuju pintu darurat, dibelakangnya Zhuan mengikuti sembari mengelus pipinya.

Srakkk... Bruk.. dengan satu tarikan Lay menghempaskan Zhuan ke lantai. Zhuan yang tak siap terpaksa menahan perih karena punggungnya mengenai lantai dengan keras.

“Kau tau, aku benar-benar membencimu. Kenapa kau membuat nyawa Jongdae dalam bahaya HAH? Lima tahun aku menunggu kabar dari dongsaengku. Seharusnya kau saja yang dibawa pergi penjahat itu, kenapa harus dengan Jongdae. WAE?!” marah Lay. Ia melayangkan pukulan pada Zhuan yang baru saja hendak bangkit.

“Mianhae hyung, jeongmal mianhae, aku tak tau apa-apa,” balas Zhuan tanpa berniat membalas pukulan Lay. Ia pasrah, ia akan menerima semuanya. Mungkin dengan ini kebencian Lay dapat terbalaskan.

Buaghh.. Duk.. Brak... perkelahian di ruang sempit penyekat tangga darurat itu berat sebelah. Lay terus memukuli Zhuan dan berulang kali menghempaskan tubuh Zhuan ke tembok. Darah segar perlahan mengalir dari sudut bibir Zhuan. Pelipisnya juga terluka akibat terbentur anak tangga.

“Aku peringatkan padamu. Kau harus menjauh dari kehidupan kami!” tegas Lay. Ia mencengkram kerah jas dokter milik Zhuan.

“Lepaskan saja hyung, biar aku jatuh berguling di tangga. Aku tidak tau kau bicara tentang apa karena aku hilang ingatan, tapi jika aku memang membuat kalian dalam bahaya, bunuh saja aku. Aku tidak punya siapa-siapa hyung,” balas Zhuan. Liquid hangat keluar dari sudut matanya. Ia menangis, menangis karena tidak tau menahu tentang masa lalunya. Menangis karena tidak tau apa kesalahannya. Menangis karena membuat orang dalam bahaya.

Lay menarik kembali tubuh Zhuan agar tidak jatuh kebawah.
“Aku mengampunimu karena aku tidak mau Jongdae membenciku, jangan beri tahu dia tentang masalah ini!” ucap Lay lantas meninggalkan Zhuan yang jatuh terduduk. Tubuhnya terasa remuk. Tapi ada yang lebih hancur, hatinya. Terasa menyesakkan disana. Zhuan menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Judicature ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang