Where Are You?

687 88 14
                                    

Chanyeol segera dilarikan ke rumah sakit. Ia harus ditangani dengan tepat sebelum peluru itu semakin melukainya. Zhuan berlari menuju UGD ketika mendengar panggilan CODE BLACK. Kode yang digunakan untuk pasien dengan luka tembak. Ia sampai di luar UGD dan bersiap menerima pasien. Begitu pintu ambulans di buka dan menampakkan Chanyeol disana, Zhuan menegang. Ia diam ditempat ketika yang lain sibuk memindahkan pasien. Zhuan buru-buru menyadarkan diri, ia ikut membantu mendorong ranjang menuju ruangan hybrid. Lay sudah menunggu disana, ia sendiri juga terkejut mendapat pasien yang tidak disangka-sangka. Lay segera menangani Chanyeol, ia melakukan CPR untuk mengembalikan detak jantung Chanyeol.

“Dia mengeluarkan banyak darah. Setelah detak jantungnya kembali segera siapkan ruang operasi,” perintah Lay. Zhuan terdiam, ia menatap kosong kearah Chanyeol.

“Zhuan! Kau mendengarkanku atau tidak!” bentakan Lay membuat Zhuan tersadar. Ia segera melakukan apa yang Lay suruh, menyiapkan ruang operasi.

“Detak jantungnya kembali dok,” ucap perawat.

“Pindahkan ke ruang operasi!” titah Lay. Para perawat mengangguk dan memindahkan Chanyeol ke ruang operasi.

Lay sudah berganti pakaian, ia bersiap untuk melakukan operasi dan kini sedang mencuci tangannya agar steril. Disampingnya Zhuan terlihat melamun.

“Kau siap menjadi asisten pertamaku?” tanya Lay. Zhuan menoleh, ia sedikit gelagapan.

“Nee,” balas Zhuan lantas ikut mencuci tangan.

“Jika kau tak sanggup lebih baik jangan ikut,” ucap Lay.

“Ani hyung, hyung sudah mengizinkanku ikut operasinya jadi aku tidak akan melewatkan kesempatan ini,” sergah Zhuan cepat.

“Baguslah, kau harus fokus! Sekali kau melakukan kesalahan, akan ku suruh kau keluar,”

“Aku akan berusaha semaksimal mungkin prof.” Zhuan membungkuk sekilas.

Operasi pun dimulai. Lay mulai membedah perut Chanyeol untuk mengeluarkan peluru. Didepannya Zhuan membantu mencari peluru. Ctas ... Byur ... Tanpa sengaja Zhuan menyayat pembuluh darah yang langsung membuat darah menyembur.

“Apa yang kau lakukan!” teriak Lay.

“Maaf prof,” ucap Zhuan.

“Suction!” perintah Lay. Asisten yang lain memberikan alat suction untuk menyedot darah yang keluar.

“Cepat cari pendarahannya!” ucap Lay. Zhuan menghentikan gerakannya, tangannya bergetar.

“Kenapa kau berhenti?!” tanya Lay.

“Dokter, kita harus cepat menghentikan pendarahan, tekanan darahnya semakin menurun,” ucap dokter anestesi.

“Tolong ambilkan darah lagi,” tambah dokter anestesi pada asisten operasi yang lain.

“Zhuan!!” teriak Lay, ia berusaha menyadarkan Zhuan.

“Dokter, kau harus mengambil alih,” balas dokter anestesi.

“Semua yang ada dimeja operasi adalah pasien. Jangan pedulikan dia siapa, dia bergantung pada kita untuk menyelamatkan nyawanya, kau akan menyesal karena tidak melakukan apapun saat ia menderita,” ucap Lay.

“Xian, kau ambil alih tempat Zhuan!” pinta Lay. Xian mengangguk, tapi Zhuan tetap tak mau beranjak.

“Biar aku saja,” ucap Zhuan setelah berhasil memfokuskan diri kembali.

“Cepat cari titik pendarahannya, lalu kita ambil pelurunya,” perintah Lay. Zhuan mengangguk, ia memejamkan mata dan mulai memasukkan tangannya dalam kubangan darah. Beberapa detik kemudian matanya kembali terbuka, ia berhasil mencari titik pendarahan dan memegangnya dengan jari telunjuk.

Judicature ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang