Pulang Malam

1.5K 36 2
                                    

Hari ini aku pulang larut malam dari hari sebelumnya. Karena hari ini adalah deadline ku untuk menyelesaikan laporan absensi semua pegawai perusahaan di tempat aku bekerja, untuk diberikan kepada atasanku.
Aku bekerja disalah satu gedung pencakar langit yang ada di ibukota Jakarta. Ya walaupun masih hanya sebatas staff saja, aku tetap bersyukur untuk menjalankan cita-cita ku sedari duduk dibangku SMP untuk bekerja kantoran di salah satu gedung pencakar langit, di salah satu kota besar.

Waktu sudah menunjukan waktu pukul 21.22WIB. Di divisi tempat ku bekerja sudah tidak ada orang lagi. Karena di divisi ku hanya berisikan tiga orang saja. Pak Andy atasan ku, dan satunya lagi Mba Agni staff juga sama sepertiku. Namun mba Agni sudah pulang dari jam 17.05WIB.

"Pik, hari ini applicants yang mau interview lebih dari 45 orang loh. Mana sekarang deadline buat laporan absensi lagi, kita mulai interview mereka dari jam 09.30 saja ya pik" Berita yang baru saja saya dapatkan langsung dari mulut seorang perempuan yang berbicara dengan nafas tersengal-sengal seperti habis lomba marathon yang tiba-tiba hadir didepan pintu ruangan tempat ruangan kita bekerja. Suara yang sudah tidak asing lagi di telinga ku, ya dia adalah mba Agni. Aku dan mba agni sudah seperti kaka beradik. Dia lebih tua dari ku empat tahun, umur dia 30 tahun.

"Eh mba agni, kirain siapa." yang langsung saja mengaggetkan ku yang sedang browsing berita di komputer tempat ku bekerja yang langsung melihat ke arahnya. "Mba tau info dari mana?" Tanya ku.

"Hari ini pak Andy harus ke HQ ada rapat mendadak, jadi tugas interview para applicants kita yang kerjakan" jelasnya "tadi pas aku lagi di KRL dia telpon aku, terus dia minta laporan absensi juga harus selesai sekarang pik" tambahnya.

"Ya udah mba slow aja, kita bisa kok" terangku.

"Tapi hari ini aku harus pulang on time ya pik, soalnya aku harus cari perlengkapan alat tulis sekolahnya Alya. Maklum pik, anak semata wayang ku itu kan sekarang sudah kelas 5 SD" ungkap mba Agni memelas.

"Oh begitu? Slow lahh... just calm" ucapku menyakinkan mba Agni kalo itu bukan masalah besar.

"Makasih ya Taufik Mulyadi, kamu emang adikku yang selalu bisa aku andalkan dalam urusan pekerjaan" Ucap Mba Agni yang kembali tersenyum.

PERKENALKAN :
NAMA KU : TAUFIK MULYADI
UMUR : 26 TAHUN
DENGAN PERAWAKAN : KULIT PUTIH BERSIH, DENGAN TINGGI 169CM BERAT 58KG & RAMBUT PENDEK TAPI TIDAK CEPAK.
ANAK RANTAU DARI MASIH PULAU JAWA, YANG INGIN MEWUJUDKAN CITA-CITANYA UNTUK BEKERJA DI IBUKOTA JAKARTA.

"Akhirnya selesai juga semua pekerjaan hari ini. Capek banget mana lapar lagi" pikirku sambil melihat jam tangan di tangan kiriku dan tangan kanan memegang perut ku.

Setelah merapihkan semua pekerjaan yang sehabis aku kerjakan seharian aku langsung bergegas untuk pulang. Mengambil smartphone dari trouser ku langsung memesan layanan ride ojek online.
Ya, aku bukan tipe pengguna kendaraan pribadi saat bekerja karena memang aku tidak punya motor ataupun mobil. Pikirku buat apa menggunakan motor orang aku disini merantau. Aku biasa pulang pergi bekerja menggunakan salah satu moda transportasi bus khusus ibukota. Nah, karena sekarang sudah larut malam jadi aku memesan layanan ojek online saja.

Aku sudah menunggu di halte tidak jauh dari gedung tempatku bekerja. Setelah menunggu sangat lama seorang yang menggunakan jacket hijau datang meghampiriku membuka kaca helm-nya dan langsung bertanya.

"Malam, pak Taufik Mulyadi" sapanya dengan tersenyum dan menunjuk ke arah ku.

"Iya betul, pak Agung Satriadi" balasku dengan senyum kembali dan menunjuk ke arahnya.

"Iya pak, ini tujuan nya daerah sunter agung ya pak"

"Iya pak betul"

"Ayo pak silahkan naik" mempersilahkan ku untuk naik ke jok belakang dan memberiku helmet.

Jarak dari tempat ku bekerja dan kost yang aku tempati memang terbilang lumayan jauh. Kira-kira 13KM.
Motor pun melaju dengan kecepatan standar tidak melaju cepat dan juga tidak pelan.

"Baru pulang pak jam segini" suara pengemudi ojek online memecah keheningan di sepanjang perjalanan

"Iya pak, lembur banyak tugas tadi dikantor karena sedang di tinggal atasan saya" jawab ku

"Rumahnya jauh juga ya pak, kok nggak bawa kendaraan sendiri pak?" Tanya nya kembali.

"Eh? Iya pak lumayan. Saya ndak punya kendaraan pak. Lagian buat apa? orang saya disini merantau dari kampung dan itu bukan rumah saya pak saya nge kos disitu" jelas ku pada Mas Tria.

"Oh begitu ya pak. By the way jangan panggil saya pak dong pak saya belum bapak-bapak loh pak. Orang masih 23 tahun, hhhehehe..."
Jawab mas Tria, dan pintanya padaku sambil terkekeh.

"Oh iya pak maaf, eh maaf Mas maksud saya. Kalo gitu mas Agung juga jangan panggil saya pak dong. Saya juga masih belom bapak-bapak"

"Oh maaf mas, emang mas taufik usia berapa kalau boleh tau?"

"Menurut mas agung?"

"Seumurannya kita? 23 ? atau mungkin lebih muda dari saya 22?"

"Hahahaha... gak mas aku 26" jawab ku tertawa mendengar ucapan mas agung yang polos.

"Oalah maaf mas, habis mas masih kelihatan kaya umur 22 atau 23"

"Iya mas gak apa-apa" jawabku sambil tersenyum dan menggelengkan kepala ku

"Tria saja mas, biasanya keluarga dan teman dekat ku semua manggil aku seperti itu" pintanya.

"Hmm.. kalo gitu aku mau manggil mas Agung dengan panggilan mas Tria saja. Nggak enak kalo manggil nama langsung" jelas ku.

"Iya tidak apa-apa kok, asal mas Taufik senang" jawabnya dengan nada halus dan tersenyum.

Tidak berapa lama. Motor sudah memasuki wilayah perumahaan daerah sunter jakarta utara. Namun tiba-tiba hujan gerimis turun membasahi tanah yang kering. Dan Mas Tria melaju menambahkan kecepatan motornya. Tak lama hujan gerimis berubah menjadi lebih deras dan kami pun sampai di depan rumah kos tempat aku tinggal.

My One & Only TransporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang