02 - Dasar Cowok!

128 27 7
                                    

"Bersiaplah untuk mengukir kenangan bersamaku."

~~~


XI IPA 2. Rangkaian kata itu terpampang jelas di papan petunjuk kelas di depannya saat ini. Kelas baru yang akan ditempatinya. Menghela napas sejenak, lalu mulai melangkah masuk dengan senyum khas seorang Bianca.

Semua mata menatapnya heran dengan mulut diam membisu, tidak ada yang berani menyapanya. Berhubung tidak ada guru yang mengajar, ia langsung saja duduk di kursi yang kebetulan kosong.

"Hai, gue Jehanara," ucap gadis yang duduk di samping kursi kosong itu. "Lo bisa panggil gue Jihan atau Ara. Bebas aja, mau selengkapnya juga boleh," lanjutnya lagi antusias dengan lubang di pipi chubby-nya ketika bibirnya tertarik ke atas.

Bianca balas tersenyum. Ternyata tidak terlalu buruk, pikirnya.

"Jehanara Kenzi Aristama." Ucapan Bianca  terdengar ambigu di telinga Ara.

"Itu nama lo kan. Gue Bianca," balasnya sambil mengambil tangan Ara untuk berjabat karena sedari tadi ia terdiam, terkejut.

Ara tertawa kikuk, "gue kira nama kita samaan tadi, makanya gue bingung."

"Tapi, lo tahu nama gue dari siapa?" tanya Ara setelah tersadar sesuatu.

"Ada lah itu, muka lo familiar banget di TV." Bianca menjawab asal.

"Bisa aja lo," Ara tertawa sangat manis, matanya menyipit.

Akal kancilnya muncul di kepala Ara. Dengan isengnya ia mendorong mejanya hingga mengejutkan teman di depannya. Dengan tanpa dosa dia terkekeh tidak peduli.

"Aduh! Sialan lo Ra, kejepit nih tangan gue." Jenny, gadis yang duduk di depan Ara. Meniup jarinya yang memerah akibat terjepit kursi.

"Araa! Kuku gue patah, tanggung jawab lo! Baru kemarin gue perawatan." Jenny sungguh emosi dibuatnya. Wajah putihnya memerah menahan marah.

"Lo kaya gak tau papi gue aja, nanti gue telpon suster rumah sakit buat rawat kuku lo sampai sembuh,"cetus Ara dengan santainya.

Jenny menggeram dengan tangan mengepal, menggenggam kukunya yang patah tadi. "JEHANARA!!"

Bianca diam saja di kursinya menyaksikan perdebatan dua sahabat itu. Ara yang mendapat teriakan maut dari Jenny lari ke luar kelas, lalu tanpa direncanakan kakinya tersandung sepatu milik Bimo, ketua kelas XI IPA 2 dengan gelar fakboi kelas Buaya.

"Eh? Rejeki nomplok nih gue, kejatuhan bidadari montok," ucap Bimo dengan tampang menggoda lalu mengulurkan tangannya. "Sini gue bantu."

Ara menepuk-nepuk belakang roknya seraya berdiri di depan Bimo. "Gak mau gue ditolong buaya kaya lo, yang ada kecebur got nanti gue."

"Yaelah Ra, gue tau kok lo itu udah suka gue dari jaman kelas X. Cuman lo tutupin sama sikap judes lo itu kan," kata Bimo dengan muka percaya diri super tinggi.

Muka Ara memerah mendengarnya, seperti macan siap menyantap mangsanya. "Bimo! Gue aduin kelakuan lo yang kemarin sama pak Wahyu."

"Jangan gitu dong baby, masa gitu doang ngambek sih. Aku bercanda kali." Bimo berusaha menggapai tangan Ara untuk membujuknya namun langsung ditepis oleh gadis itu.

"Stop call me baby!" tukas Ara cepat.

Jenny tertawa menyaksikan itu dari bangkunya dan sepertinya tawa itu menjalar ke teman sebelahnya, Samira. Bianca hanya menatap keduanya datar.

"Mereka memang gitu, udah dari kelas X," jelas Samira tanpa diminta kepada Bianca.

"Gue Samira dan di sebelah gue ini Jenny," tambahnya lagi memperkenalkan diri.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang