03 - Peka Dong!

115 29 9
                                    

Selamat bertamasya!

"Cowok kapan pekanya sih?"

~~~


Matahari siang ini sangat menyengat di kulit putihnya. Bianca, gadis yang berjalan seorang diri di lapangan sekolah barunya yang sangat luas. Mengernyit ketika memandang ke atas, sangat menyilaukan. Gadis itu memencet tombol remot di kunci mobilnya. Tersenyum miring ketika melihat mobil hitamnya mengeluarkan bunyi diantara mobil lainnya. Sangat mencolok diantara yang lain.

Teman-temannya sudah pulang lebih dulu setelah bel pulang berbunyi tadi. Hanya terhitung beberapa orang saja yang sedang melakukan latihan ekskul masih bertahan di sekolah.

"Kenapa harus sekarang sih!" gerutunya ketika melihat ban belakangnya yang kempes.

Dengan segera ia mengambil hp androidnya untuk menghubungi seseorang. Meletakkan hp itu di telinganya sampai terdengar sebuah suara,

"Nomor yang Anda tuju sedang berada di lu-" Dengan cepat ia menekan tombol merah di layarnya.

Mencari nomor orang yang selanjutnya dan menekan tombol hijau.

Tut... Tut... Tutt...

"Akh!" gadis itu menggeram kesal.

Matanya memicing melihat gerombolan anak laki-laki memasuki area parkir kompak mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan terdapat lambang yang bertulisan ALTAIR di dada sebelah kiri. Tiga orang diantaranya adalah orang-orang yang ditemuinya pagi tadi.

"Bang, lo yakin cuman mau berempat aja ke sana?" tanya cowok dengan jambul hiperbolanya. Kalau Bianca tidak salah ingat, dia yang tadi sedang membersihkan toilet cewek.

"Iya bang, kita takutnya mereka bakal pasang semua anggota."

"Lo berdua gak percaya sama kita?" tanya Erland terdengar marah karena mereka seperti sedang diremehkan oleh adik kelasnya itu.

"Bukan gitu bang maksud gue, kita kan juga anggota inti. Mana bisa kalian turun tangan kita diam aja kaya pengecut."

"Kali ini mereka cuman mau jebak kita aja, jadi gue gak mau ada anak kelas XI ataupun X yang ikutan turun." Darrel, sang ketua menatap adik kelasnya itu serius memberi penjelasan.

"Benar kata Darrel, kalian gak usah ikut untuk kali ini. Tapi untuk berjaga-jaga kalian bisa kumpul di basecamp aja dulu." Alfa bersuara dengan nada perintahnya.

"Siap bang! Kabarin kita kalau perlu bantuan."

Samar-samar Bianca mendengar pembicaraan mereka, walaupun itu dari jarak kurang lebih delapan meter di depannya. "Tipe cowok yang suka pakai otot, klise banget. Udah bisa ketebak," gumamnya menyaksikan gerombolan cowok di depannya.

Darrel tersentak ketika seorang anggotanya tersungkur tepat di depan kakinya dengan keadaan babak belur. Wajahnya biru memar, sudut matanya sobek dan mengeluarkan cairan merah pekat begitu juga dengan hidungnya. Seragam abu-abunya penuh dengan debu dan bercak darah.

"Shit!"

Darrel memicing melihat ke sekitarnya, "Siapa yang udah berani mukulin Reno?!" Aura sekitar tiba-tiba menegang.

"Keluar kalian! Dasar banci!!" Erland berteriak emosi. Mereka semua berubah sangat menyeramkan. Ini tidak sesuai rencana. Mereka telat.

"Pengecut memang," ujar Darrel dengan senyum iblisnya.

"DASAR ANJ*NG!! KELUAR KALAU LO BERANI! CUMAN PENGECUT YANG SUKA MAIN BELAKANG DOANG!!"

Hanya tinggal mereka berempat di sana, Yono dan Anjas sudah pergi dengan motor besarnya menuju basecamp. Bianca yang kaget dengan teriakan Darrel terperanjat di tempatnya. Tiba-tiba ...

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang