08 - Ngidam Bakso

42 18 10
                                    

"Kak Mona ngapain duduk di sini?" Bianca menatap orang di depannya aneh. Duduk bersila di depan apartemennya dengan segelas air mineral yang tersisa setengah.

"Lama banget sih lo pulang sekolahnya, Bi. Capek tau gak gue nungguin lo di sini," keluh Mona sambil mengganti posisinya menjadi berdiri.

"Kenapa gak masuk aja kak?" tanya Bianca membuat Mona memicingkan matanya tajam.

"Berapa kali sehari lo ganti password-nya?"

"Em...," Bianca menghitung dengan kelima jarinya. "Lupa gue kak," cengir Bianca tanpa dosa.

"Kalau lo lupa kenapa diganti tiap hari Biancaaa!?" Mona bertanya dengan raut menahan kekesalannya.

"Biar gue ingat, kak." Bianca menutup mulut Mona cepat sebelum sebuah makian menimpanya.

"Capek banget gue kak sekolah," ucapnya dengan mata terpejam. Sekarang mereka sedang duduk di sofa yang sama. Mona menatap Bianca prihatin. Ia tahu tidak mudah menjalani hidup sebagai seorang Bianca.

"Nih minum dulu, awas lo dibuang lagi kaya kemarin. Capek gue buatinnya." Entah kapan Mona ke belakang sehingga Bianca tidak merasa perpindahannya. Ia menatap secangkir coklat hangat di atas meja yang masih setia dengan kepulan asapnya itu.

Bianca merentangkan tangannya ke arah Mona. "Makasih kakakku sayang," ucap Bianca manja dalam pelukan hangat Mona. Ia merasakan kehangatan sosok seorang ibu dari Mona.

"Jangan lupa besok jadwal lo. Awas kalau telat!" Bianca semakin mengeratkan pelukannya kepada Mona.

"Iya, bawel banget sih lo kak."

Bianca beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju kamarnya, membuat Mona hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah.

"Punya adik satu kok susah banget dibilangin. Sabar Mona," ucap Mona mengusap dadanya sabar.

Empat puluh menit sudah Bianca berada di kamarnya, setelah menyelesaikan ritual mandinya ia segera menghampiri Mona. Dengan pakaian santainya Bianca berjalan sambil bernyanyi dengan suara merdunya.

Dilihatnya Mona tidak seorang diri, dia sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Tidak salah lagi, itu pasti bang Aksa.

Diambilnya sebuah bantal kecil di sofa lalu dilemparnya tepat mengenai muka Aksa.

"Adik durhaka lo!" celetuk Aksa mengusap wajahnya yang terkena lemparan tadi.

"Kemana aja lo bang baru nongol?" Dengan santainya Bianca duduk di sebelah Mona lalu mengambil teh kotak yang duduk sendiri di depan Aksa.

"Lo tinggal di mana sih, Bi? Kaya tarzan kurang air aja lo." Aksa melipat kedua tangannya di depan dada.

"Santai kali bang," sahut Bianca.

"Besok gue gak bisa temenin lo," ucap Mona membuat Bianca menatapnya tanda tanya.

"Aksa yang bakal temenin lo ke sana," sambungnya lagi.

Aksa yang ditatap Bianca hanya tersenyum seperti biasa. "Mau kencan lo kak?" tanya Bianca menaik-turunkan alisnya lalu cekikikan sendiri.

"Mau jemput mama di bandara," jawab Mona.

Bianca mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Oke. Jemput gue jam enam ya, bang."

"Kenapa gak jam lima aja sekalian," sahut Aksa dengan kesal. "Jadwal lo besok itu jam sepuluh, Bi."

"Iya juga sih."

"Ya udah jam lima aja bang," sambung Bianca membuat Aksa ingin menelannya hidup-hidup sekarang juga.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang