04 - Siapa Lo Sebenarnya?

96 28 8
                                    

Kembali lagi bersama Darbi di lapak eneng..
Selamat bertamasya kembali..

"Kau tidak akan pernah tahu jawabannya,
jika terus penasaran denganku."
"Tapi jika kau membiarkannya,
mungkin semesta akan berbaik hati padamu."

~~~

"Ayo masuk!" Darrel menarik tangan Bianca membawa gadis itu untuk masuk ke dalam sebuah ruangan.

"Nggak."

"Masuk!"

"Gue gak mau ke sini! Gue mau pulang."

"Luka lo kalo gak dibersihin bisa infeksi."

"Gue bisa bersihin sendiri nanti,"

Darrel menatap Bianca tajam di manik matanya. "Gue gak nanya dan gak butuh jawaban lo," ucap Darrel kembali menarik tangan gadis itu menuju ruang UGD.

Bianca mencoba melepas tangannya, tapi semakin ia mencoba melepaskan semakin erat dan cepat pula Darrel menariknya. Bianca meringis menahan perih di tangannya.

"Lo ikhlas gak sih?"

Darrel menghentikan langkahnya di samping pintu UGD, membuat Bianca yang tidak siap menabrak punggung tegap cowok itu.

"Masuk!" titah Darrel tak terbantahkan, mendorong tubuh Bianca ke dalam ruangan itu.

Bianca menghentakkan kakinya ke lantai keramik putih itu dengan kesal. "Iya-iya, bawel banget sih!"

"Eh ada Mas Darrel, kenapa Mas? Siapa yang sakit?" tanya perawat yang sedang bertugas kepada Darrel, seakan Bianca tidak dianggap ada di sana. Ingatkan Bianca untuk tidak mencakar wajah sok imut perawat itu. Dasar caper! Tapi sepertinya ada yang Bianca lewatkan di sini.

Menarik Bianca, lalu mendudukkannya di kasur. Darrel berjalan ke depannya dengan sedikit membungkukkan kepala ke arah leher Bianca, membukakan jaketnya dengan perlahan. Dengan mudahnya Bianca menurut saja, tidak seperti tadi.

Bianca kaget dengan apa yang dilakukan Darrel, ia menatap raut muka cowok itu yang serius membukakan jaket miliknya, hingga tersisa seragam putihnya. Tidak ada raut bercanda di sana. Ini orang kenapa banget sih?

"Bisa diam juga ternyata lo," ucap Darrel sinis tepat di telinga Bianca. Deru napas itu membuat Bianca merinding seketika, lalu menatap Darrel datar.

"Ini Sus, tolong bersihin lukanya." Darrel berucap kepada perawat namun tatapannya tidak lepas dari gadis di depannya.

"Emm... baik, Mas," balas perawat itu dengan malas.

"Hati-hati sus, orangnya galak. Salah-salah nanti suster yang kena suntik," ucap Darrel terkekeh. Ia sedang berdiri mengawasi di dekat pintu. Melihat gadis itu kesal seperti meneguk secangkir kopi, menjadi candu tersendiri baginya. Untung cantik. Eh?

🐝🐝🐝

Pukul enam kurang lima menit. Mobil Alfa yang dikendarai Darrel sampai di depan Apartemen Bianca. Gadis itu turun tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

Darrel menurunkan kaca mobilnya, memperhatikan Bianca yang mulai jauh dari jarak pandangnya. Tersenyum tipis, sangat tipis ketika melihat sendiri gadis itu pulang dengan selamat.

"Apartemen?" tanya Darrel pada dirinya sendiri.

Darrel mengusap rambutnya kasar, ia sudah terlalu jauh. "Bukan urusan lo Rel, mau apartemen ataupun hotel juga. Akhh!!"

Segera Darrel melajukan mobil itu dengan kecepatan penuh membelah keramaian jalan Ibukota. Tujuannya saat ini hanya satu.

Lima belas menit perjalanan mobil itu berhenti di sebuah tempat yang ramai oleh anak-anak remaja seumurannya. Melepas jaket kebanggaannya dan mengganti dengan sebuah sweater berwarna abu-abu.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang