Bab 7

2.7K 261 0
                                    

Hatiku mulai memberi respon aneh setiap berada di dekatnya. Tolong aku, beri aku tutor agar tidak mencintai orang yang salah, kawan....

•────────────•

Terik matahari yang menyengat sebagian ruang apartemen ini berhasil membangunkan Raya yang semula lelap dalam tidurnya. Raya menggeliat, dia mulai bergerak-gerak kecil untuk melepaskan rasa penat sekaligus beban di pinggangnya. Namun, tetap saja pinggangnya masih terasa berat. Saat sebuah tangan semakin merengkuh pinggangnya erat, barulah Raya sadar kalau beban itu dikarenakan seseorang yang mendekapnya dari belakang.

Raya membelalakkan mata dan dengan cepat langsung berbalik melihat si pelaku yang dengan lancang telah memeluknya. Detik itu juga wajah Raya dan Arka berhadapan cukup dekat. Raya menahan napas begitu dia merasakan hembusan napas Arka yang masih terlelap mulai menyapu sebagian pipi kiri dan kanannya.

Raya mengerjap, dia menggigit bibir bawahnya saat bibir Arka yang berwarna pink pucat berhasil memberi reaksi aneh pada tubuhnya. Wajah Arka ibaratkan sebuah lukisan indah yang diciptakan Tuhan dalam keadaan senang.

Sial!

Tangan Arka mulai disingkir kasar dari pinggangnya. Dilanjut dengan kaki Raya yang mulai mengangkat dan menendang paha pria itu hingga berbalik dan jatuh dari ranjang dengan cara berguling-guling.

Raya hampir tertawa. Hanya hampir, lalu urung saat ringisan Arka mulai terdengar dari bawah sana.

"Damn you!" umpat pria itu seraya bangkit. Pria itu berdiri dengan keadaan setengah sadar sembari mengusapi pantatnya yang terasa panas. "Apa yang kau lakukan, hah? Mengapa kau suka sekali menyakitiku? Atau kau memang ingin aku melamporkanmu ke polisi akibat tindakan KDRT?"

Raya membelalak. Dia tidak menyangka Arka akan sedrama ini. "Aku tidak sekejam itu! Itu aku lakukan karena kau telah lancang memelukku sembarangan."

Arka menaikkan sebelah alis. "Apa salah jika hanya sekadar memeluk? Suami istri malah butuh hal yang lebih dari itu. Tapi baru saja memeluk, kau sudah beringas seperti ini. Bagaimana jika aku berhasil meloloskan semua pakaianmu untuk malam pertama kita nanti?"

"Jangan harap ada malam pertama! Karena aku tidak akan membiarkanmu menyetubuhiku!" Raya tidak yakin atas apa yang dia ucapkan. Dirinya juga ragu akan hal itu. Ragu jika suatu saat dirinya akan berubah pikiran dan menantang ucapannya sendiri.

Arka hanya mendelik sekilas kemudian dia melenggang pergi selepas mengambil handuk yang tersampir di cantolan baju. Raya merunduk begitu menyadari perutnya yang mendadak berbunyi. Dia menatap pintu kamar mandi—tempat di mana Arka mengguyur dirinya di bawah air.

"Arka ... aku lapar. Apa ada bahan makanan di kulkas?" tanya Raya sembari mengusap perutnya prihatin.

Arka tidak manjawab pertanyaan Raya akibat cukup malas meladeni. Bahkan Raya hampir mengumpat akibat kesal. Baru saja Raya beranjak ingin memastikan isi kulkasnya, Arka justru sudah keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang sudah melilit di tubuhnya.

"Di kulkas tidak ada bahan apapun. Mengapa tidak order saja?" tanya Arka saat melewati Raya untuk mengambil bajunya di lemari.

"Masakan sendiri lebih nikmat daripada di luar sana."

"Aku meragukan kalau kau bisa masak."

"Hey! Aku bisa masak! Jangan meremehkan bakatku!"

"Ya, ya, ya. Aku tidak bisa terus menanggapimu apabila tidak ada bukti," balas Arka mengalah.

"HEY! APA YANG KAU LAKUKANNNNN?!" Raya membalikkan tubuhnya dengan cepat sebelum Arka benar-benar meloloskan jubah mandinya dan bertelanjang bulat di hadapannya.

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗹𝗮𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang