Bab 11

2.3K 201 3
                                    

Nyatanya kita tak searah. Dengan senang hati aku akan berubah ketika kamu memperlakukan aku secara baik. Dengan senang hati pula, aku akan memberi tamparan ketika perasaan ini berhasil dinodai pilu karena ulahmu.

•────────────•

Raya meremas ponselnya sekuat tenaga sembari menatap punggung Arka yang sudah menunggunya di halaman apartemen mereka. Raya memandang pesan Putra yang mengatakan jika dirinya sudah ada di perjalanan. Sekarang, apa yang harus Raya lakukan? Apakah kabur lebih baik? Jujur saja Raya masih menyimpan banyak rasa untuk Putra. Tapi mengingat Putra yang melukai perasaannya, juga tentang statusnya—cukup membuat Raya tidak mampu berkutik.

Arka berbalik bersamaan dengan tangan Raya yang hendak menyentuh bahu pria itu. Arka meneguk kasar saliva. Entah mengapa dia salah tingkah setelah meratapi keanggunan Raya malam ini. Raya seperti seorang staylish handal tanpa harus dibimbing beberapa pe-make up. Karena baginya, memang perempuan harus bisa soal masalah seperti ini.

Mini dress berwarna putih selutut dengan bawahan yang bergelombang serta area leher dan setengah bahu yang dibiarkan terbuka. Rambut Raya terurai bersama helai rambut bagian depan yang dikepang tipis lalu dijepit ke belakang.

Arka berdeham menguasai diri. "Sudah siap?" tanya Arka basa-basi, berusaha untuk tidak terlihat gugup.

Raya mendesah. Alih-alih menggeleng untuk membatalkan acara malam ini, Arka justru lebih dulu menyeretnya masuk ke dalam mobil. Tidak ada yang seru di sepanjang perjalanan. Hening menyelimuti sementara mereka masih sibuk pada pikiran masing-masing. Mobil Arka akhirnya sampai di salah satu hotel yang diyakini Raya adalah tempat ulang tahun kerabat kerja Arka.

"Wow! Kejutan," sapa Jordan, riang seperti biasanya. "Kupikir kau tidak akan membawa Raya kemari." Jordan lalu menyuruh mereka berdua masuk ke dalam hotel yang sudah ramai tamu.

"Bagaimanapun dia istriku," jawab Arka, tersenyum tulus begitu matanya mengunci pada satu titik. Raya yang tengah melirik berbagai makanan yang ada di atas buffet-buffet sekitarnya.

"Istri konon?" gumam Jordan sambil tersenyum penuh arti.

Raya menoleh saat sebuah minuman disondor ke arahnya. Arka sang pelaku hanya tersenyum tipis ketika Raya menerimanya. Jordan menyikut Arka membuat pria itu menoleh penuh keangkuhan.

"Ada apa?" tanya Arka, menahan kesal.

"Tia ada di sini," bisik Jordan.

"Ya, aku tahu," balas Arka santai, lalu kembali meluruskan tatapannya pada Raya yang tampak cemas. Bukan bertanya, Arka justru menikmati. Sebab dia tahu, pasti masalah Putra.

"Apa kau ingin berkeliling bersamaku?" tawar Arka kepada Raya.

"Tidak, aku malas." Raya menenggak minumnya sambil melengoskan wajah dari pria itu.

"Aku ingin mengenalkanmu kepada teman-temanku. Rasanya aku bangga apabila mengenalkanmu. Sebab kau tampak sangat cantik malam ini."

Raya menyipitkan pandangan sinis kepada Arka. Senyum penuh penyesalan terpampang di bibirnya. "Seharusnya memang aku tidak perlu merias wajah ketika ikut denganmu."

"Kau sudah merias wajahmu saat ini, Raya.

Raya mengangguk kecil. "Aku menyesal," akunya jujur.

Arka terkekeh menanggapi sikap Raya. Mata Arka berkeliling sejenak untuk melihat-lihat dekorasi pada pesta malam ini.

"Selamat malam, Mr. Arka?" Pria bertubuh gempal namun tinggi datang menyapa Arka bersama wanita cantik di sampingnya.

Arka menunduk hormat. "Malam juga, Mr. Rentino." Arka mengalihkan tatapnya pada wanita di samping pria itu. "Selamat untuk hari ulang tahunmu, Mrs. Gebbi."

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗹𝗮𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang