Bab 23

2.1K 177 2
                                    

Ada yang rela patah demi mengulik kebahagiaan.

•────────────•

Send : [ Lokasi ]

"Datanglah ke alamat yang sudah aku kirimkan. Jika tidak, nyawa perempuanmu akan hilang."

Sebuah peta lokasi dan tulis pesan baru saja tersampai pada Putra. Dengan meremas ponselnya, pria itu menatap bengis nomor yang tidak diketahui itu. Feeling-nya mengatakan, jika teror tersebut bukanlah teror main-main. Raya memang sedang dalam bahaya dan diawasi oleh seseorang.

Sebuah ketukan pintu bertubi-tubi terdengar berisik dari pintu kamarnya. Seseorang di luar sana seakan terburu-buru ingin cepat ditanggapi pria yang tengah merebahkan diri di atas ranjang itu. Putra-pun segera beranjak dengan tergesa untuk membuka pintu kamarnya.

"Ada apa, Ayah?" tanya Putra begitu Gio tampak sangat kalut.

"Cla-Clara... hilang."

"Apa?"

Untuk beberapa saat Putra mengambil waktu untuk dapat meresapi perkataan Gio. Seperti isi pesan di ponselnya, perempuan Putra akan menghilang bersama nyawanya apabila dia tidak datang menuju alamat yang diberikan. Sungguh. Teka-teki macam apa ini?! Siapa sesungguhnya perempuan yang dimaksud oleh pesan tersebut?

Tanpa mengambil satu kalimat pun untuk diucapkan pada Gio, Putra langsung mengambil jaket kulit beserta kunci mobilnya dan beranjak meninggalkan rumah.

****************

Bel apartemen mereka berbunyi hingga jadi dominan. Raya mengusir Arka untuk menyuruh pria itu mengintip siapa yang datang untuk bertamu di malam-malam begini.

"Arka...." Seorang wanita muncul dengan derai air mata. Wajahnya memerah. Matanya sembap seperti sudah lama menangis.

"Kau?" Arka bergumam, "ada apa denganmu?" tanya nya pada wanita itu.

Wanita yang Arka tanyakan itu sama sekali tidak bisa menjawab. Mulutnya bergetar. Isakkannya kian mengalun lebih keras membuat Raya terusik dan keluar dari kamarnya untuk mengintip apa yang terjadi.

Raya berhenti mengambil jarak yang cukup jauh dari mereka. Raya sudah tampil elegan untuk menghadiri makan malam bersama yang diadakan oleh penggawai Arka siang tadi. Namun, kehadiran Hera berhasil menyelipkan berbagai tanya dalam benaknya. Ditambah air mata yang mengucur deras dari pelupuk matanya.

Seketika, sebuah argumen aneh melintas di kepalanya. Raya berharap apa yang dia pikirkan tidak benar-benar terjadi mengingat pertama kali mereka bertemu dengan pernyataan Hera yang sangat pedih jika diingat kembali.

"Raya...." Hera memanggil nama Raya. Tungkai kaki Raya perlahan melemas. Dia semakin takut atas pemikirannya.

"Aku hamil anak Arka."

Hancur sudah. Runtuh pertahanan Raya untuk menahan bobot tubuhnya. Segala keterkejutan berhasil mendorong Raya hingga menjatuhkan lututnya pada lantai putih ini. Setiap kali ingin percaya... mengapa cobaan selalu ada? Arka mengobrak-abrik perasaannya lagi untuk kesekian kalinya. Karena kesenangan pria itu di hari-hari sebelumnya, kesengsaraanlah yang balik menghampiri untuk membalas setiap perbuatan pria itu.

Ini sudah detik-detik kehancuran yang sesungguhnya. Memaafkan Arka untuk terakhir kalinya saat itu... maka yang terjadi setelah ini mungkin adalah perpisahan.

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗹𝗮𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang