Bab 10

2.5K 197 3
                                    

Arka dan Raya❤ Mereka Sweet kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arka dan Raya Mereka Sweet kan?

•────────────•

Kamu yang menetapkan janji, kamu juga yang mengingkari.

•────────────•

"Kau sudah pulang?" Raya langsung menghampiri Arka yang baru saja menutup pintu apartemen dengan wajah lelah.

Arka tersenyum ke arah Raya. Raya balas tersenyum serta mengambil alih tas kerja pria itu lalu membantunya melepaskan jas dan dasi yang melekat.

"Cepatlah mandi! Aku sudah siapkan air hangat untukmu," ujar Raya.

"Tapi aku lapar," balas Arka—bebal, dia-pun mendudukkan diri di kursi makan, membuat Raya membelalak protes.

"Mandi dulu! Kau baru saja dari perjalanan, pastinya terkena polusi. Belum lagi keringat yang menyebabkan bau apek. Atau kau tidak mencium bau ketek-mu yang menyengat?"

"Apa kau baru saja mengejek ketek-ku?" Arka menoleh penuh godaan. Detik itu juga Arka bangun dan segera menghampit kepala Raya, yang menjadikan wajah gadis itu mencium ketiaknya. "Rasakan ini! Apa kau masih bisa menganggapnya bau?" tanya Arka menyengir tak berdosa.

Raya mendengus, dia berusaja berontak bersamaan dengan senyum gelinya. "Lepaskan! Kau bau! Ketek-mu juga!" Tidak. Tentu saja tidak. Ketiak Arka jauh di luar akuan Raya. Bagaimanapun kondisi Arka, bau tubuh pria itu selalu saja maskulin.

"Arka hentikan ...," rengek Raya. Pasalnya, Raya pegal harus tertawa terus menerus sementara Arka tiada henti menggodanya.

Arka-pun menurut, pria itu menghentikan aksinya dan memberi kecupan singkat di kening Raya.

"Aku bangga memiliki istri sepertimu," bisik Arka sebelum akhirnya berlari meninggalkan Raya yang membeku.

Raya mengumpat dalam hati ketika kesadarannya pulih. Namun, seulas senyum terpatri di wajah manisnya. Gadis itu memegang dada-nya yang bergemuruh aneh. Pipinya terasa panas seperti di sengat sinar mentari pagi. Apa ini tanda-tanda munculnya perasaan terhadap Arka? Ya, Tuhan, tidak! Raya harus ingat keburukan Arka. Dan tentunya Raya juga harus ingat jika pernikahan ini... hanya terpaksa.

Raya mengendurkan senyumnya menjadi mimik keruh. Hatinya terasa nyeri mengingat ini semua hanya terpaksa. Raya yang mengharapkan untuk segera berpisah, nyatanya sudah mulai menemukan titik ternyaman pada pernikahan ini.

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗹𝗮𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang