Bab 12

2.3K 201 0
                                    

Arka dengan wajah frustasinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arka dengan wajah frustasinya.

•────────────•

Di saat seperti ini... aku membenci diriku sendiri. Selain karena aku telah mempercayai kamu, itu juga karena aku telah membuat dia celaka.

•────────────•

Raya berlari menyusuri koridor rumah sakit bersama genangan air mata yang tiada hentinya mengalir. Raya berhenti tepat di kejauhan saat matanya menangkap sosok Clara dan Gio di luar ruang UGD. Gio berjalan mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajahnya frustasi. Sementara Clara duduk sambil menengadah, berusaha menahan keras air matanya yang hendak tumpah.

"Ba-bagaimana keadaan Putra di dalam?"

Clara mengalihkan pandangannya kepada Raya. Bibir Raya bergetar. Serta penampilan anggunnya yang kini tampak begitu kacau. Clara bangkit dan menghamburkan diri memeluk Raya erat. Menangis pilu di bahu ramping orang yang masih dicintai Putra hingga saat ini.

Gio menggeram. Dia menarik kasar Clara hingga pelukan dari Raya terlepas secara paksa. Gio memandang Raya berapi-api. Belum sempat Raya mempertanyakan, sebuah tamparan di pipi kirinya langsung menjalari rasa panas sekaligus sesak.

"Untuk apa kau kemari?!" sergah Gio. Kedua tangan pria paruh baya itu mengepal.

"Sa-saya...."

"Apa belum cukup kau menganggu Putra?!" potong Gio. "Seharusnya kau jangan pernah menemui Putra atau coba menemuinya lagi! Lihat? Apa yang terjadi sekarang? Dia celaka karena ingin menemuimu!" Gio mengangkat tangannya di udara berniat ingin menampar Raya sekali lagi. Clara bergegas menahannya di saat Raya sudah bersiap menyambut tamparan tersebut.

"Om? Sudah! Ini kecelakaan. Raya tidak bersalah. Jika Putra sadar, dia pasti juga tidak terima Om menyalahkan Raya seperti ini," ujar Clara. Clara mengusap punggung Raya untuk memberi ketenangan.

"Seharusnya kau tidak usah membelaku," bisik Raya.

"Tapi kau patut dibela," balas Clara.

"Clara? Menyingkirlah! Apa kau tidak sadar jika dia adalah penghalau di dalan hubungan kalian berdua?" Gio berkata setengah membentak.

"Tidak, Om. Aku membela Raya karena dia tidak bersalah. Karena kita sama-sama perempuan. Dan karena aku ingin mewakili jiwa pelindung Putra terhadap dia."

Raya membeku. Tidak disangka jika tunangan Putra justru memberi pembelaan kuat. Apalagi kalimat terakhir Clara yang katanya mewakili jiwa pelindung Putra terhadap Raya. Apa artinya selama ini Putra selalu mencoba melindunginya? Jika iya, Raya menyesal. Menyesal karena seharusnya dia bisa lebih keras untuk menolak dijodohkan. Dengan begitu, mungkin saat ini dia masih bersama Putra.

𝗘𝘃𝗲𝗿𝗹𝗮𝘀𝘁𝗶𝗻𝗴 𝗟𝗼𝘃𝗲 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang