Angin berhembus lembut dari arah timur menerpa manja wajah gadis yang saat ini tengah berlarian kecil di hemparan ilalang , kaki kakinya yang jenjang dengan lincahnya melalui jalan yang di tumbuhi ilalang yang tinggi , gadis itu memegangi gaun sederhana nan anggun namun pas ditubuhnya yang ramping, sesekali ia menenggok kesana kemari memanggil sosok yang sedari tadi membuatnya berlari.
"Liam , kamu dimana ? Jangan bersembunyi jangan meninggalkanku , jangan pergi terlalu jauh liam " ucap gadis berparas cantik itu
Namun sosok yang ia panggil tidak muncul , gadis itu semakin jauh melangkah dan menunduk mengatur nafasnya.
"Liam. Berhenti bercanda aku akan marah jika kamu tidak keluar sekarang juga , ku hitung sampai 3 jika kamu tidak keluar aku tidak mau bertemu kamu lagi. 1... " gadis itu memulai hitungannya dengan harapan lelaki yang ia cari keluar .
Gadis itu menenggok kesana kemari namun tidak ada tanda tanda keluarnya lelaki itu ." 2..." ucap gadis itu lagi.
"Kamu tidak akan keluar baik aku benar benar marah liam.. ti" hitungan gadis itu terhenti saat sepasang tangan kekar yang memeluk tubuhnya dari belakang tanpa suara ataupun gerakan.
" tiga.. aku disini hea , apakah kamu akan marah sekarang " ucap liam memeluk gadis bernama hea itu.
Hea gadis cantik dengan tubuh yang ramping tubuhnya tidak terlalu rendah tidak juga terlalu tinggi namun pas jika liam peluk , rambutnya hitam panjang serta lurus , matanya bulat berwarna hitam kecoklatan hidung yang mancung ,bibirnya merah ranum namun sangat manis .
Melengkapi sosok indah yang selalu liam puja , liam sangat menyukai gadis itu ia sangat suka jika berlama -lama bersama gadis itu.
"Kamu menyebalkan , aku marah " hea menekuk wajahnya dan memanyunkan bibirnya.
" hey , jangan seperti itu nanti tidak cantik lagi " liam memutar tubuh hea dan kembali merengkuhnya , ia mendekatkan wajahnya pelan.
"Biarkan saja tid.. liam ! " hea kaget dengan perlakuan liam yang tiba tiba mengecup bibirnya tanpa ijin.
" makanya jangan pernah memanyunkan bibirmu seperti itu dihadapanku atau akan ku cium tanpa ampun " ucap liam tersenyum dan meelus lembut pipi hea
" menyebalkan " ucap hea malu pipinya merah merona dan membuat liam sangat gemas , lantas ia memeluk gadis itu erat dan tersenyum.
Liam mendekatkan wajahnya kembali tetapi terhenti saat seseorang memanggilnya.
" tuan liam " seru orang itu membuat liam memalingkan wajahnya dan menatap jengkel orang yang merusak moment indah mereka.
" ada apa panglima choi ?" Jawab liam pelan
"Maaf menganggu tuan , para menteri menunggu kedatangan anda untuk memulai rapat " ucap panglima choi sopan.
Liam menghembuskan nafas panjang " baiklah aku akan segera kesana " ucap liam
"Baik tuan kalau begitu saya permisi" panglima choi membungkuk sopan dan pergi.
"Hea aku pergi dulu ya , sampai bertemu nanti malam." Ucap liam meelus pipi hea lembut.
"Baiklah jaga diri ya liam " ucap hea senyum dan mereka berpisah.
Senja berganti malam Hea yang selesai mandi tengah menyisir rambutnya membelakangi jendela sambil bernyanyi kecil hea merapikan rambutnya.
"Sudah selesai " ucap hea pelan ia menaruh sisirnya dan beranjak berdiri untuk menutup jendela , namun saat membalik badan sosok liam sudah dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A story never told (Dejavu) [On Going]
FanfictionAku , gadis sederhana yang memiliki mimpi untuk bisa kuliah di universitas ternama agar bisa mendapatkan gelar sarjana dan membanggakan orang yang sangat aku cintai yaitu ibu , namun dunia ku seketika berubah setelah bertemu orang sepertimu entah ke...