"Ugh, mau McFlurry juga."
Mark terkekeh begitu menyadari Lucas yang tengah merengut sebal. Ia menempelkan es krim bertabur oreo dari salah satu restoran ayam terkenal itu ke pipi sahabatnya.
"Ini enak loh, Cas. Yakin nggak mau beli? Mumpung kita belom jauh banget nih."
Sadar bahwa dirinya sedang digoda, Lucas semakin merengut. Ia mendorong tangan Mark yang sedang menempel di pipinya dan beringsut menjauh.
"Mark kalau nggak mau beliin mending nggak usah banyak omong deh," ujarnya sambil menghentakkan kaki. Mark yang melihat tingkah sahabatnya itu malah semakin tertawa.
Lucas memainkan bagian bawah bajunya. Merematnya dengan kuat sambil menunduk. Ia sedang menahan tangisnya sekarang. Iya, dia sadar kok kalau dia terlalu cengeng. Tapi gimana, Lucas sendiri nggak tau kenapa dia punya sikap yang terlalu sensitif begini.
Lagian, Mark kenapa sih harus ngajak dia buat keliling segala sih? Lucas pikir mereka cuma jalan-jalan random sebentar, terus pulang ke rumah. Kalau tau mereka bakalan mampir ke McDonald's, Lucas pasti nolak dari awal. Dia kan nggak punya banyak uang kayak Mark. Uangnya harus ditabung. Mama bilang Lucas nggak boleh jajan banyak-banyak, jadi Lucas nurut deh. Walaupun dia pegang uang sekarang, Lucas nggak bisa sesukanya make uang buat beli es krim bertabur oreo. Ia harus nabung! Tapi Lucas juga mau makan McFlurry!
Sadar bahwa temannya terus diam dan menunduk, Mark menolehkan kepalanya dengan dramatis. Dalam sekejap ia langsung menyesal sudah menggoda anak jakung di sebelahnya ini.
Oh ayolah, Lucas ini badannya saja yang besar, perasaannya sangat sensitif seperti pantat bayi. Disenggol dengan hal yang salah sedikit, bisa langsung iritasi. Dan Mark yakin jika ia semakin menggoda anak itu, pasti air matanya akan keluar.
"Nih," kata Mark sambil menyodorkan plastik yang sedari tadi ia pegang. "Tadi gue beli dua, satunya buat lo. Tapi pengen godain lo dulu baru ngasih. Udah gausah nangis. Nanti gue yang diomelin sama Om."
Lucas mendongak dan melihat ke arah plastik putih yang disodorkan Mark, kemudian melirik temannya yang menunjukkan wajah tak bersalah. Bibir Lucas melengkung ke bawah, matanya berkaca-kaca.
"Markie jahat."
Setelahnya Lucas menangis kencang, membuat Mark panik dan menariknya untuk duduk di kursi taman yang sepi. Malu jika ada orang lain yang melihat mereka. Kan nggak lucu kalau Mark dituduh ngehamilin Lucas.
"Ih, kenapa nangis sih! Cas, kita udah SMA tau. Nggak boleh cengeng," ucap Mark sambil mengelus-elus pundak lebar lelaki yang lebih tua beberapa bulan darinya itu. "Lagian emangnya lo nggak dikasih uang jajan sama Om? Lo nakal kan pasti, makanya nggak dikasih uang jajan."
"Dikasih, uh—ugh." Lucas mengusap air matanya dengan kasar, ia lalu mengubah raut wajahnya menjadi sebal ke arah Mark. "Sok tau."
Mark tertawa lagi melihat wajah sebal itu. Nggak tau deh, hidup Mark Lee kayaknya tujuh puluh persen cuma diisi sama ketawa. Padahal yang dia ketawain biasanya nggak lucu. Pengecualian buat Lucas sih, soalnya apapun yang dilakuin Lucas pasti lucu.
"Ya terus kenapa nggak beli sendiri? Gue tau lo seharian di sekolah nggak jajan tadi," balas Mark sambil menyodorkan McFlurry yang is belikan kepada Lucas.
Sang empu menerima dengan senang hati. Ia langsung memasukan jari telunjuknya ke lubang di atas sendok es krim itu, membuat jarinya seakan menyatu dengan sendok, lalu makan dengan khidmat. "Kata Mama harus nabung. Nggak boleh jajan banyak-banyak."
"Ya bukan berarti lo nggak jajan seharian juga, Xuxi. Ya ampun. Maksud Tante tuh lo harus ngebatesin. Kalau dirasa nggak pengen-pengen amat, nggak perlu-perlu banget, ya nggak usah dibeli. Kalau pengen mah beli aja kali." Mark berdecak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seirá; All x Lucas
Fiksi Penggemar"For the one and only, our big baby, Huang Xuxi." === Seirá / σειρά : Kumpulan - Kumpulan cerita pendek. - Bxb, boyslove, gay, same-sex relationship, and stuff. - All x Lucas. - Mostly bottom Lucas! Because I want to. - Contains several adult scenes...